Sukses

Berbagai Upaya PLN demi Efisiensi

Efisiensi penyediaan tenaga listrik merupakan salah satu komponen parameter yang digunakan dalam perhitungan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) maupun kebutuhan subsidi listrik.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah terus mendorong PT PLN (Persero) melakukan efisiensi untuk mewujudkan tarif tenaga listrik yang kompetitif. Kebijakan efisiensi ini telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 9 Tahun 2020 tentang Efisiensi Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero).

Ini diungkapkan Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Munir Ahmad pada Webinar Efisiensi Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) di Jakarta, pada Selasa (23/2/2021) lalu.

Dia mengatakan jika efisiensi penyediaan tenaga listrik merupakan salah satu komponen parameter yang digunakan dalam perhitungan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) maupun kebutuhan subsidi listrik. Salah satu parameter dalam mengitung subsidi listrik adalah besaran susut jaringan (losses).

Direktur Bisnis Regional Jawa Madura dan Bali PT PLN (Persero) Haryanto WS menyatakan susut jaringan tenaga listrik Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara di kawasan Asia Tenggara lainnya.

Pada 2019, susut jaringan di Indonesia tercatat 9,37 persen. Adapun susut jaringan di negara lain seperti Singapura telah mencapai 2,02 persen, Malaysia 5,79 persen, Thailand 6,11 persen, dan Vietnam 9,29 persen.

Susut jaringan ini juga merupakan salah satu parameter efisiensi jaringan tenaga listrik, semakin tinggi angka susut jaringan maka semakin kurang efisien penyediaan listrik.

Menurut Haryanto, masih tingginya nilai susut di Indonesia tidak terlepas dari struktur pelanggan yang didominasi oleh pelanggan tegangan rendah (TR).

Dominasi pelanggan TR ini menyebabkan konsumsi energi per kapita relatif rendah (972 kWh/kapita per tahun), sehingga pencapaian susut lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju yang konsumsi listrik perkapitanya lebih besar.

“Kami akan berusaha untuk memaksimalkan penurunan susut energi. Namun, penurunan susut energi ini membutuhkan investasi yang nilainya tidak sedikit. Banyak pengaruh dari konfigurasi atau kondisi beban kita, tapi kami akan berusaha” ujar Haryanto.

Disebut Haryanto, PLN terus berusaha memperbaiki susut jaringan di seluruh proses bisnis dari hulu ke hilir (Pembangkit, Transmisi dan Distribusi).

Upaya tersebut diantaranya adalah melakukan upaya teknis untuk menurunkan susut pada transmisi, melakukan upaya untuk menurunkan susut teknis & non-teknis pada distribusi.

Kemudian melakukan program transformasi PLN untuk memperbaiki proses bisnis untuk dapat meningkatkan efisiensi dan perbaikan susut jaringan, dan PLN juga sedang mengajukan usulan kepada Kementerian ESDM untuk menaikkan batas power factor untuk pelanggan industri dan komersil dari 0,85 menjadi 0,90.

“Kami juga terus berusaha meningkatkan otomatisasi dan sentralisasi serta digitalisasi di distribusi ini untuk meminimalkan loses,” ungkap Haryanto.

 

2 dari 2 halaman

Efisiensi di Pembangkitan

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Operasi I PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Sugiyanto menjelaskan bahwa PJB telah melakukan berbagai efisiensi di pembangkitan untuk menekan Specific Fuel Consumption (SFC).

PJB telah mengganti jenis batu bara yang digunakan di PLTU Paiton dengan kalori yang lebih rendah sehingga menghasilkan penghematan.

“Apabila kita bisa menemukan batubara yang tepat untuk suatu pembangkit maka kita berpotensi untuk bisa menurunkan BPP, ini yang kami lakukan di PLTU Paiton 1 dan 2. Kita lakukan coal switching, hasilnya dari bisa saving 260 M per tahun,” ungkap Sugiyanto.

Sugiyanto juga menjelaskan bahwa PJB telah menjalankan co-firing di PLTU dengan mengkombinasikan batu bara dengan biomassa.

“PJB siap mendukung upaya-upaya pemerintah untuk berkarya dalam melakukan inovasi untuk mewujudkan efisinsi yang menghasilkan tarif yang kompetitif,” dia menandaskan.(*)