Sukses

Harga Minyak Turun Jelang Pertemuan OPEC

Harga minyak turun pada hari Selasa sebelum pertemuan OPEC + minggu ini.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada hari Selasa sebelum pertemuan OPEC + minggu ini. Di mana produsen diperkirakan akan mengurangi pembatasan pasokan karena ekonomi mulai perlahan pulih dari krisis virus corona.

Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan, prospek permintaan minyak tampak lebih positif, terutama di Asia, dan hambatan dari tahun lalu terus mereda.

Dikutip dari CNBC, harga minyak mentah Brent merosot 99 sen, atau 1,55 persen, menjadi USD 62,70 per barel, setelah turun kembali dari puncak lebih dari satu tahun minggu lalu di atas USD 67. US West Texas Intermediate (WTI) naik 28 sen menjadi USD 60,92 per barel, juga turun dari tertinggi minggu lalu.

Harga tergelincir setelah reli baru-baru ini di tengah ekspektasi bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, akan menambahkan lebih banyak minyak ke pasar mulai April karena mereka mengurangi pasokan yang dalam tahun lalu.

"Dengan pasar spekulatif yang sangat panjang, penurunan harga minyak tiga sesi terakhir terlihat korektif menjelang pertemuan Kamis," kata Jeffrey Halley, analis pasar di OANDA.

OPEC +, yang bertemu pada hari Kamis, dapat membahas memungkinkan tambahan sebanyak 1,5 juta barel per hari (bph) kembali ke pasar.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Produksi Minyak Turun di Februari

Produksi minyak OPEC turun pada Februari karena pemangkasan sukarela oleh Arab Saudi menambah pengurangan yang disepakati dalam pakta OPEC + sebelumnya, sebuah survei Reuters menemukan, mengakhiri kenaikan tujuh bulanan berturut-turut.

Di Asia, pertumbuhan aktivitas pabrik China merosot ke level terendah sembilan bulan di bulan Februari, yang dapat membatasi permintaan minyak mentah China. Pembelian minyak oleh importir utama dunia baru-baru ini berkurang.

"Ada tanda-tanda bahwa pasar fisik tidak seketat pasar berjangka," kata ING Economics dalam sebuah catatan.