Sukses

KRI I Gusti Ngurah Rai, Sang Penjaga Blok Ambalat Pemilik Peluru Kendali Sejauh 200 Km

Indonesia patut berbangga dengan kepemilikan KRI I Gusti Ngurah Rai-332 buatan PT PAL.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia patut berbangga dengan kepemilikan KRI I Gusti Ngurah Rai-332. Kapal yang dibangun di galangan PT PAL Indonesia (Persero) ini ternyata menjadi salah satu kapal superior yang dioparasikan TNI AL.

Dikutip dari laman Instagram @ptpal_indonesia, KRI I Gusti Ngurah Rai-332 saat ini tengah disiagakan di Blok Ambalat, Kalimantan Utara dalam rangka Operasi Gabungan Pengamanan Perbatasan Laut. KRI GNR-332 termasuk 1 dari 5 KRI yang dikerahkan bersama pesawat tempur termasuk Sukhoi untuk mengusir kapal dan pesawat asing yang melintas tanpa ijin di Ambalat. Daerah ini berbatasan langsung dengan Malaysia.

KRI I Gusti Ngurah Rai-332 memiliki kemampuan untuk perang empat matra sekaligus, yakni perang permukaan sesama kapal perang, perang bawah air melawan kapal selam, perang udara dengan pesawat tempur, dan perang elektronika, serta mampu mengacaukan sistem persenjataan dan kendali dari kapal perang musuh.

Kapal perang yang dibekali meriam utama OTO Melara 76/62 mm Super Rapid Gun, peluru kendali permukaan-ke-permukaan Exocet MM40 Block 3 yang jarak jangkaunya bisa sampai sejauh 180-200 km. Dengan kemampuan ini, diharapkan akan membuat efek gentar bagi Negara lain yang melintas tanpa ijin di wilayah teritorial Indonesia.

Dari laman resmi PT PAL, pada November 2020, KRI I Gusti Ngurah Rai-332 telah selesai dilakukan Fitted For But Not With (FFBNW) atau memperbarui sistem teknologi dan persenjataan. Dengan selesainya proyek FFBNW ini maka KRI I Gusti Ngurah Rai-332 siap dioperasikan sesuai dengan fungsi asasinya sebagai kapal kombatan.

Proyek FFBNW Kapal PKR terbagi dalam 4 segmen pengerjaan yaitu persiapan, pemasangan (install), integrasi sistem dan pengujian, serta SAT dan delivery.

KRI I Gusti Ngurah Rai-332 dengan panjang total 105,11 meter dan berat 2.365 ton merupakan kapal perang kelas lightfregat atau perusak kawal rudal (PKR) yang dilengkapi dengan sistem persenjataan meriam utama 76 mm dan dipersenjatai dengan sistem rudal permukaan ke udara (SAM), sistem pertahanan diri (Close in Weapon System-CIWS) 35 mm, sistem pelontar torpedo, dan sistem rudal permukaan ke permukaan (SSM).

KRI I Gusti Ngurah Rai-332 memiliki kemampuan peperangan elektronik melalui sistem Electronic Counter Measure (ECM) dan Electronic Support Measure(ESM) yang telah terintegrasikan dalam Combat Management System (CMS) yang dimiliki KRI I Gusti Ngurah Rai-332.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Sejarah KRI I Gusti Ngurah Rai-332

Nama KRI I Gusti Ngurah Rai-332 diambil dari nama Pahlawan Nasional asal Bali I Gusti Ngurah Rai yang memimpin pasukan bernama “Ciung Wanara” melakukan pertempuran terakhir dikenal dengan nama Puputan Margarana melawan Belanda pada 20 November 1946. I Gusti Ngurah Rai yang terdesak menyerukan kepada pasukannya untuk berperang habis-habisan dengan gagah berani.

Pertempuran inilah yang kemudian terkenal dengan Puputan Margarana. I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya gugur sebagai kusuma bangsa. Dengan nama tersebut KRI I Gusti Ngurah Rai-332 diharapkan dapat mewarisi ruh pantang menyerah serta keberanian I Gusti Ngurah Rai dalam mempertahankan wilayah NKRI.

Dengan selesainya proyek FFBNW KRI I Gusti Ngurah Rai-332 maka statusnya meningkat dari laik layar menjadi laik tempur serta mampu melaksanakan tugas pokok yang diembannya seperti Anti Air Warfare, Anti Surface Warfare, Electronic Warfare, Naval Gun Fire Support, serta Naval Diplomacy untuk semakin memperkuat TNI Angkatan Laut dalam menjalankan tugasnya menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.