Sukses

Rusak Harga di Pasar, Mendag Janji Bereskan Masalah Predatory Pricing

Predatory pricing adalah aktivitas yang menghancurkan kompetisi dengan merusak harga.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, mengatakan akan perdagangan adil baik untuk pasar offline maupun online. Salah satunya adalah mengatasi persoalan predatory pricing yang merusak harga di pasar.

Dijelaskan Lutfi, predatory pricing adalah aktivitas yang menghancurkan kompetisi dengan merusak harga. Ketertiban perdagangan itu bisa terjadi salah satunya dengan memastikan tidak ada pembeli atau pedagang yang curang.

"Predatory pricing, yaitu harga yang diciptakan untuk menghancurkan kompetisi. Kemudian ketika kompetisi rusak, baru harga dinaikkan sesuai yang diinginkan," jelas Lutfi dalam konferensi pers Pembukaan Rapat Kerja Kemendag 2021 pada Kamis (4/3/2021).

Ia menegaskan, siapa pun yang ingin melakukan kegiatan perdagangan di Indonesia baik itu penjual atau pembeli, harus mengikuti aturan yang ada. "Kemendag adalah wasit dan regulatornya. Kita akan jamin pasar ini adalah pasar yang adil, menciptakan perdagangan yang bermanfaat untuk penjual dan pembeli," sambungnya.

Sesuai dengan amanat Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan amanat Undang-Undang, Lutfi menegaskan Kemendag akan menciptakan kondisi perdagangan yang adil sesuai azas-azas perdagangan yang menguntungkan bagi penjual dan pembeli. Oleh sebab itu, ia memastikan pasar Indonesia baik offline maupun online akan berjalan tertib dengan memastikan tidak ada praktik-praktik curang.

"Kemendag karena memang diamanatkan UU, akan membereskan hal tersebut. Kita akan bicarakan dalam waktu tidak terlalu lama. Kita akan mengatur, memastikan pasar Indonesia adalah pasar yang seimbang, jujur, adil, dan bisa memberikan manfaat," kata Lutfi.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Jalankan Amanat Jokowi, Mendag Segera Bentuk Dewan Penunjang Ekspor

Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan membentuk Dewan Penunjang Ekspor untuk mengembangkan produk-produk nasional, termasuk soal ekspor. Kehadiran dewan ini sesuai dengan amanat Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar Indonesia memiliki badan penunjang ekspor tersendiri.

Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, mengatakan Dewan Penunjang Ekspor ini nanti akan dikembangkan dari Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional yang sudah ada di dalam Kemendag.

"Kita sudah ada Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, yang kita bisa kembangkan untuk menjadi Dewan Penunjang Ekspor tersebut sebagai badan yang bisa mempelajari pasar-pasar tertentu," kata Lutfi dalam konferensi pers Pembukaan Rapat Kerja Kemendag 2021 pada Kamis (4/3/2021).

Perihal cara kerja Dewan Penunjang Ekspor ini akan menjadi bagian dari rapat kerja Kemendag. Menurut Lutfi, Kemendag akan berusaha agar dewan ini segera bisa bekerja.

Untuk saat ini, dewan tersebut disiapkan untuk menggarap dua industri besar di Indonesia yaitu Indonesia islamic fashion dan industri halal.

"Ini dua pasar besar, kalau kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, bukan hal mustahil kita bisa menguasai pasar regional bahkan mendunia. Ini akan jadi penopang Dewan Penunjang Ekspor di bawah Kemedag, yang mungkin nanti kita akan cari bentuknya bersama dengan Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional," jelas Lutfi.

Untuk saat ini, rencananya Dewan Penunjang Ekspor nanti akan mengumpulkan para desainer busana muslim terbaik di Indonesia. Kemudian di bawah pengarahannya, akan menciptakan barang-barang produksi Indonesia yang bermutu tinggi dan disukai masyarakat.

"Yang akhirnya nanti menciptakan pelanggan-pelanggan loyal. Jadi membeli barang Indonesia, itu cinta indonesia dan loyalitas terhadap bangsa," tutur Lutfi.

3 dari 3 halaman

Mendag Cemas, Negara Tujuan Ekspor RI Belum Bisa Atasi Covid-19

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi, mengkhawatirkan sejumlah negara yang dinilai belum bisa mengendalikan pandemi Covid-19. Terlebih lagi, beberapa negara tersebut masuk dalam daftar 20 mitra utama ekspor Indonesia.

Negara-negara yang dimaksud adalah Bangladesh, Pakistan, Filipina, dan Thailand.

"Dari 20 negara tersebut, yang kita khawatirkan karena penyelesaian Covid-19 belum beres adalah Bangladesh, Pakistan, serta kita belum melihat secara komprehensif penyelesaian Covid-19 di Filipina dan Thailand," kata Lutfi dalam konferensi pers virtual pada Kamis (25/2/2021)

Lutfi pun memuji India sebagai destinasi ekspor terbesar keempat Indonesia pada Januari 2021.

"India kita bisa lihat di sana tracing dan testing mereka berhasil dan penurunannya tajam," sambungnya.

Berdasarkan data BPS yang disampaikan Lutfi, destinasi ekspor terbesar Indonesia pada Januari 2021 adalah China dengan nilai USD 3,21 miliar. Sementara peringkat kedua ditempati Amerika Serikat dengan nilai ekspor USD 1,68 miliar.

Thailand berada di peringkat ke tujuh dengan nilai ekspor USD 0,62 miliar, dan Filipina di posisi selanjutnya dengan nilai ekspor USD 0,58 miliar.

Sementara Pakistan di peringkat 11 dengan nilai ekspor USD 0,29 miliar. Bangladesh merupakan destinasi ekspor Indonesia di peringkat 16 dengan nilai ekspor USD 0,20 miliar.Â