Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menilai kebakaran hutan dan lahan (karhutla) merupakan bencana paling merugikan bagi Indonesia. Kerugian ekonomi akibat karhutla mencapai USD 16,1 miliar, atau sekitar Rp 229,6 triliun (kurs Rp 14.266 per dolar AS).
"Kerugian karena karhutla mencapai USD 16,1 miliar. Artinya kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan dan lahan ini luar biasa besarnya," jelas Doni saat membuka Rakornas Penanggulangan Bencana Tahun 2021, Jumat (5/3/2021).
Kerugian Rp 229,6 triliun tersebut bahkan jauh lebih besar dibandingkan dengan bencana tsunami Aceh pada 2004 silam.
Advertisement
"Tsunami Aceh kerugian ekonominya sekitar USD 7 miliar. Artinya, kerugian ekonomi akibat karhutla sangatlah tinggi," terang Doni.
Belajar dari pengalaman tersebut, pemerintah pusat/daerah bersama segenap komponen bangsa dan relawan telah lebih berhasil menekan angka karhutla.
"Tahun lalu, kita semua pemerintah pusat, pemerintah daerah didukung oleh segenap komponen bangsa termasuk para relawan berhasil dalam mengendalikan api. Sehingga tidak banyak daerah-daerah yang mengalami kebakaran hutan," sebut dia.
"Mudah-mudahan prestasi kita tahun lalu bisa kita ulangi lagi di tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang. Ini semua tak lepas dari arahan bapak Presiden, upaya pencegahan dan mitigasi merupakan program prioritas," ujar Doni.
Â
Saksikan Video Ini
Temuan Bibit Sawit di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Lahan Sengaja Dibakar?
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau menyatakan suaka margasatwa Giam Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, sengaja dibakar. Kebakaran lahan di sana sudah lebih dari 100 hektare setelah api menghanguskan kawasan Cagar Biosfer itu.
Kepala BBKSDA Riau Suharyono menyebut anggotanya menemukan indikasi pembukaan kebun sawit di lokasi. Manusia tak bertanggung jawab itu diduga membersihkan lahan di sana dengan membakar.
Baca Juga
"Kemudian apinya tidak bisa dikendalikan sehingga merembet, ada tiga titik api," kata Suharyono di Pekanbaru.
Dugaan pembukaan kebun ilegal ini diperkuat dengan temuan bibit sawit di lokasi. Bibit-bibit itu disita sebagai barang bukti penegakan hukum.
"Ini menjadi bukti permulaan selanjutnya dikoordinasikan dengan penegak hukum, Polri," kata Suharyono.
Hanya saja, petugas BBKSDA Riau tidak menemukan pembuka kebun ataupun pembakar lahan di sana. Mereka sudah lari karena ulahnya menyebabkan kebakaran besar pada tahun ini.
Suharyono menyebut pembukaan kebun sawit itu sudah masuk zona inti Giam Siak Kecil. Diapun mengatakan tindakan tersebut ilegal.
Suharyono menjelaskan, aktivitas manusia di suaka margasatwa tidak diperbolehkan. Kecuali ada kerjasama dengan pihaknya.
"Tapi tidak dalam membuat kebun, tidak ada kerjasama seperti itu," tegas Suharyono.
Suharyono menyebut membuka kebun dengan membakar lahan adalah tindakan manusia tidak punya nurani. Sehingga perlu sentuhan dari pemangku kepentingan untuk merubah pola pikir seperti itu.
"Karena tidak mungkin binatang membawa korek api ke dalam hutan," kata Suharyono.
Advertisement