Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar Rupiah ditutup melemah 45 poin di level Rp14.405 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 14.360 per dolar AS. Untuk perdagangan selanjutnya, Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup melemah direntang 14.390 hingga Rp14.450 per USD.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, dalam dua pekan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro mulai 23 Februari-8 Maret 2021, kasus harian Covid-19 di DKI Jakarta cenderung menurun.
"Penurunan kasus ini adalah hasil dari kerja keras Pemerintah DKI Jakarta dan masyarakat dengan terus mengupayakan peningkatan angka kesembuhan," ujar Ibrahim dalam riset harian, Jakarta, Selasa (9/3/2021).
Advertisement
Selain itu pemerintah DKI Jakarta juga kembali memperpanjang PPKM mikro mulai 8-22 Maret mendatang tujuannya adalah untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 di masa libur panjang hari keagamaan Isra Mi’raj dan Hari Raya Nyepi yang jatuh pada 11 dan 14 Maret 2021.
"Selain itu Pemerintah juga terus melakukan vaksinasi yang saat ini berfokus terhadap lansia yang berumur 60 tahun ke atas," jelas Ibrahim.
Secara bersamaan rilis penjualan ritel Indonesia masih lemah, pertumbuhan negatif terus terjadi. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ditengarai menjadi penyebab rendahnya permintaan yang membuat penjualan ritel lesu.
Bank Indonesia (BI) melaporkan, penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Januari 2021 berada di 182. Turun 4,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM).
Namun perubahan bulanan banyak dipengaruhi oleh faktor musiman. Misalnya, penjualan ritel Januari tentu tidak sebaik Desember yang diwarnai momentum Hari Natal dan Tahun Baru.
Oleh karena itu, yang lebih mencerminkan situasi sebenarnya tanpa intervensi faktor musiman adalah perubahan tahunan (year-on-year/YoY).
Di sini penjualan ritel masih ambles belasan persen. Pada Januari 2021, penjualan ritel tumbuh minus 16,4 persen YoY. Membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang -19,2 persen YoY, tetapi masih lumayan dalam. Hal ini yang juga menjadi sentimen pergerakan rupiah.
Â
Anggun P. Situmorang
Merdeka.com
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tertekan Obligasi AS, Rupiah Melemah Hampir Sentuh 14.500 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini. Rupiah melemah tertekan kenaikan imbal hasil obligasi AS.Â
Mengutip Bloomberg, Selasa (9/3/2021), rupiah dibuka di angka 14.415 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.360 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah terus bergerak melemah ke 14.422 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.415 per dolar AS hingga 14.462 per dolar AS. jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,65 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.468 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.390 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi masih terkoreksi dibayangi kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS.
"Dolar AS masih berpeluang menguat di awal sesi Selasa bila melanjutkan sentimen beli dolar AS yang ditopang naiknya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya seperti dikutip dari Antara.
Telah disetujuinya stimulus fiskal pemerintah AS sebesar USD 1,9 triliun oleh Senat AS di akhir pekan lalu dan janji Gubernur Federal Reserve (Fed) Jerome Powell untuk mempertahankan stimulus moneter untuk menopang pemulihan ekonomi AS, telah menopang kembali naiknya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS.Â
Dolar AS naik ke level tertinggi dalam 3,5 bulan pada Senin (8/3) kemarin karena meningkatnya tingkat imbal hasil obligasi AS yang membuat takut investor dan meningkatkan permintaan terhadap aset safe haven dolar AS.
Setelah turun sekitar 4 persen pada kuartal terakhir 2020, dolar AS telah menguat hampir 2,5 persen pada tahun ini hingga hari ini karena investor memperkirakan kenaikan secara luas dalam tingkat imbal hasil obligasi AS yang dapat membebani penilaian ekuitas dan meningkatkan permintaan untuk mata uang AS.
Data ekonomi AS akhir-akhir ini juga mendukung penguatan dolar AS seperti laporan jumlah tenaga kerja di luar sektor pertanian yang menambahkan 379.000 pekerja pada bulan lalu.
Advertisement