Sukses

Jual Cuitan Pertamanya, Bos Twitter Jack Dorsey Berikan Hasil Lelang ke Warga Kelaparan di Afrika

Jack Dorsey akan menyumbangkan hasil lelang cuitan pertamanya kepada penduduk di Afrika yang terancam kelaparan akibat pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta Setelah pada pekan lalu mengumumkan siap melelang twit pertamanya, CEO Twitter, Miliarder Jack Dorsey kembali membagikan kabar bahwa hasil lelang tersebut akan disumbangkan kepada masyarakat Afrika yang terdampak pandemi Covid-19.
 
"Akan secara langsung dikonversi ke Bitcoin dan diberikan kepada @GiveDirectly Afrika Response," tulis Dorsey dalam cuitannya.
 
Give Directly merupakan lembaga sosial non-profit yang berbasis di New York, Amerika Serikat dan telah aktif menyalurkan donasi kepada ratusan ribu keluarga miskin sejak 11 tahun terakhir. Kebanyakan sasaran donasi mereka ialah penduduk di Afrika.
 
Rencananya, hasil lelang twit Jack Dorsey akan disalurkan kepada ribuan keluarga di Afrika yang terdampak pandemi Covid-19. Kabarnya banyak penduduk yang terancam kelaparan karena kehilangan pekerjaan.
 
"Hanya sedikit yang memiliki sumber keuangan untuk mengatasi krisis ini. Misalnya, di Mathare, daerah kumuh perkotaan di Nairobi, 95 persen mengatakan mereka makan lebih sedikit karena COVID-19," keterangan dalam situs penggalangan dana tersebut, Jumat (12/3/2021).
 
Sampai saat ini, penawaran tertinggi aset digital pertama milik bos Twitter ini masih dipegang oleh CEO Bridge Oracle, Sina Estavi dengan harga USD 2,5 juta atau setara Rp 35,7 miliar.
 
Lelang twit pertama Jack Dorsey ini akan ditutup pada tanggal 21 Maret mendatang. Setelah tanggal 6 kemarin pertama kalinya ia membagikan tautan ke situs lelang Valuables by Cent.

Saksikan Video Ini

2 dari 2 halaman

Jual Aset Digital

 
Jack Dorsey menjual cuitan pertamanya sebagai aset digital dan bergabung dengan beberapa orang lain yang lebih dulu masuk ke dalam tren jualan aset non-fungible tokens (NFT). Seperti desainer grafis terkemuka, Mike Winkelmann, kreator Meme, Nyan Cat hingga klip top shot di NBA.
 
NFT bekerja seperti halnya Bitcoin atau pun mata uang kripto lainnya yang menggunakan sistem blockchain. Meski begitu, bedanya NFT tidak dapat dipertukarkan seperti halnya mata uang kripto.
 
Seperti dikutip dari The Wall Street Journal, sistem baru ini memungkinkan seseorang dapat membeli versi aslti dari sebuah aset secara digital yang dibuktikan dengan kepemilikan atas token blockchain. Karena itu, NFT bersifat langka dan tidak dapat diduplikasi.
 
NFT sudah ada sejak 2017 lalu. Namun keberadaannya mulai banyak dikenal beberapa waktu belakangan setelah situs lelang Cristie mulai memperkenalkan beberapa aset seni digital. Begitupun the NBA yang melelang beberapa cuplikan pebasket terkenal saat tanding sebagai aset NFT.
 
Band rock terkenal King of Leon juga baru-baru ini merilis album terbarunya 'When You See Yourself' sebagai aset NFT. Dikutip dari Billboard, hanya dalam hitungan hari sejak dirilis Jumat pekan lalu, asetnya itu telah terjual seharga USD 2 juta setara lebih dari Rp 28 miliar.
 
Reporter: Abdul Azis Said
Â