Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi optimistis bahwa kinerja ekspor Indonesia akan tumbuh 4 persen tahun ini guna menopang pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5-5,5 persen, sesuai target yang dipatok pemerintah.
“Saya berkeyakinan itu bakal terjadi karena ada yang disebut namanya supercycle daripada komoditi,” ungkap Mendag dikutip dari Antara, Jumat (19/3/2021).
Baca Juga
Mendag menyampaikan, melihat perhitungan lembaga rating dunia, seperti IMF (Dana Moneter Internasional) dan OECD (Organisation for Economic Co-Operation and Development) keduanya melakukan koreksi terhadap perekonomian dunia dengan menyebutkan angkanya akan naik.
Advertisement
“Kalau kita lihat daripada lembaga rating dunia terutama IMF, OECD memberikan update daripada perekonomian dunia, yang naik. Jadi, artinya dikoreksi tetapi bukan koreksi turun, tapi koreksinya naik,” ungkap Mendag.
Sedangkan, Indonesia membidik perekonomian tumbuh 5-5,5 persen tahun ini, di mana untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut, maka nilai ekspor harus tumbuh 4 persen, pertumbuhan impor tidak boleh lebih dari 2 persen, konsumsi rumah tangga harus naik 5 persen, dan investasi perlu tumbuh 13,7 persen.
Terkait hal tersebut, dari sisi perdagangan, Mendag menyampaikan dua hal yang bersinggungan langsung yakni ekspor dan impor.
Meskipun kenaikan ekspor harus mencapai 4 persen, namun Kemendag merancang strategi agar ekspor tumbuh 6,3 persen.
Optimisme Mendag tersebut didukung oleh tren adanya supercycle komoditi, yakni komoditas yang harganya naik kencang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, di antaranya harga minyak mentah, harga LNG, beras, iron ore, dan copper.
“Beberapa harga komoditas utama dunia mencatatkan rekor kenaikan sangat signifikan di 2020, yang memicu spekulasi adanya supercycle komoditi di tahun 2020-2021 yang diakibatkan oleh stimulus ekonomi di negara maju, nilai tukar dolar yang kian melemah, dan permintaan yang naik drastis di RRT dan negara industri di Asia,” ujar Mendag.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Buka-bukaan Mendag Lutfi Soal Impor Garam 3 Juta Ton
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menjelaskan alasan pemerintah memutuskan membuka keran impor garam 3 juta ton tahun ini. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan garam industri.
Menurut Mendag, kualitas garam industri yang diproduksi dalam negeri belum menyamai kualitas garam impor.
"Jadi yang kita bicarakan adalah garam hasil impor untuk kebutuhan industri, dimana garam kita yang dikerjakan PT Garam dan petani garam belum bisa menyamai kualitas garam industri," jelas Mendag dalam acara Weekly Update bersama Menteri Perdagangan, Jumat (19/3/2021).
Mendag bercerita tentang awal mula industri mulai memakai standar garam industri. Dirinya mencontohkan produsen mie instan yang membutuhkan garam industri dalam produksinya.
"Ada masalah-masalahnya di masa lampau, kalau Anda tahu mie instan itu kan harganya kira-kira Rp 2.500. Itu di dalam Rp 2.500 itu ongkos untuk garamnya itu Rp 2. Tetapi kalau garamnya tidak sesuai spek (spesifikasi) untuk industri garam, yang Rp 2 itu bisa menghancurkan mie instan yang Rp 2.500 itu. Inilah yang sekarang menjadi permasalahannya," ungkapnya.
Lufti menandaskan, untuk menyamai kualitas garam impor, memang industri garam dalam negeri harus dapat lebih jeli melihat peluang dan melakukan pengembangan kualitas.
"Apa yang bisa dilakukan supaya swasembada? Bukan jumlahnya saja, tapi kualitasnya. Ini yang mustinya industri nasional bisa lihat opportunity untuk memperbaiki industri nasional," ujarnya.
Advertisement