Liputan6.com, Jakarta Bukan Donald Trump jika tanpa kontroversi. Bahkan setelah melepas jabatannya sebagai orang nomor satu di Amerika Serikat (AS), kasus demi kasus makin kencang menerpa. Mau tidak mau, ini berefek buruk terhadap gurita bisnisnya yang sudah ia bangun bertahun-tahun silam.
Dikutip dari Bloomberg, Senin (22/3/2021) salah satu media bisnis yang berbasis di New York ini merilis artikel terbaru kinerja bisnis Donald Trump dalam beberapa tahun terakhir.
Secara keseluruhan, kekayaan Trump berkurang hampir 25 persen selama menjadi Presiden AS. Dari USD 3 miliar atau lebih dari Rp 43,1 triliun menjadi USD 2,3 miliar atau sekitar Rp 33,1 triliun.
Nasib sialnya bertambah, ia dihadapkan pada tagihan utang sebesar USD 590 juta atau lebih dari Rp 8,4 triliun yang akan jatuh tempo dalam empat tahun mendatang.
Padahal kinerja bisnisnya tidak begitu menjanjikan, bahkan terbilang boncos akibat pandemi Covid-19. Masalah yang saat dirinya masih jadi presiden selalu disepelekan.
Gurita bisnis Donald Trump kebanyakan berputar pada aset mewah. Industri properti merupakan urat nadi pendapatannya.
Sekitar tiga perempat sumber kekayaan Trump disumbangkan dari kepemilikannya atas sejumlah aset real eastate mulai dari hotel, resort mewah, lapangan golf hingga gedung perkantoran yang menjulang puluhan lantai.
Sayangnya selama beberapa tahun belakangan bisnis terbesarnya itu mulai lesu. Dalam lima tahun terakhir, nilai real estate yang dimilikinya telah berkurang 26 persen.
Dia juga dihadapkan utang dari aset real estate yang nilainya ditaksir mencapai USD 256,8 juta atau lebih dari Rp 3,5 triliun.
Trump tidak hanya kaya raya dari hasil berbisnis properti, beberapa sumber kekayaan minoritasnya masih menghasilkan uang hingga saat ini.
Trump masih memiliki sejumlah pesawat tipe Boeing 757 dari bekas bisnis aviasinya yang sudah tutup hampir tiga dekade silam.
Pada tahun 2015 ada 7 pesawat yang nilainya ditaksir USD 59 juta atau lebih dari Rp 800 miliar, namun tahun lalu tersisa 5 pesawat dan nilainya berkurang 80 persen yang tersisa USD 6,5 juta atau kurang dari Rp 100 miliar.
Trump juga sudah meluncurkan belasan buku yang menghasilkan pendapatan fantastis. Pemasukan dari penjualan buku-bukunya mencapai USD 119.341 atau sekitar Rp 1,7 miliar tahun lalu. Meski nilai ini sangat berkurang banyak jika dibandingkan USD 888.000 atau Rp 12,7 miliar yang diperoleh dari penjualan tahun 2015.
Di industri hiburan, Trump juga sempat memegang lisensi untuk perhelatan kecantikan terbesar dunia Miss Universe namun menjualnya saat pertama kali hijrah ke White House.
Donald Trump juga sempat terlibat dalam sejumlah serial hiburan. Ia muncul sebagai cameo di "Home Aline 2", "Zoolander", dan "Sex and City".
Saksikan Video Ini
2 dari 5 halaman
Lesu Bahkan Sebelum Pandemi
Sayangnya, pandemi Covid-19 membuat banyak pekerja yang meninggalkan kantornya dan akhirnya berdampak terhadap berkurangnya sumber pemasukan dari jasa sewa gedung kantor. Ini yang dialami dua gedung milik Trump di dua kota besar, New York dan San Fransisco.
Bersama perusahaan properti Vernado Realty Trust, Trump adalah pemilik dari gedung perkantoran 43 lantai di Manhattan, New York. Serta pemilik Bank of America Tower, gedung perkantoran setinggi 52 lantai di San Fransisco yang juga merupakan salah satu gedung tertinggi di kota ini.
Trump memiliki 30 persen saham atas dua gedung tersebut, yang menyumbang 1/3 dari total kekayaannya. Sialnya, nilai saham propertinya itu justru sudah tergerus hingga USD 80 juta atau lebih dari Rp 1 triliun sejak 2019. Bahkan Vernado Realty Trust selaku pemiliki mayoritas saham dikabarkan berencana menjual gedung tersebut.
Selain dua gedung tadi, Trump masih punya aset berupa gedung pencakar langit lainnya. New York rupanya jadi basis bisnis properti Trump paling menggiurkan.
Dia juga adalah pemilik gedung bergaya Art Deco di kawasan Wall Street. Pusat keuangan AS yang ditaksir memiliki harga sewa gedung yang relatif lebih mahal di banding kawasan manapun.
Hanya saja gedung yang usianya lebih dari 90 tahun ini belakangan mulai ditinggalkan penyewanya. Dalam lima tahun terakhir, nilai gedung tersebut telah turun hampir 50 persen, dari USD 550 juta atau hampir Rp 8 triliun pada tahun 2016 menjadi USD 277,7 juta atau sekitar Rp 4 triliun saat ini.
Termasuk Trump Tower, gedung ikonik di kawasan Manhattan yang merupakan markas dari organisasi bisnis keluarga Trump yaitu Trump Organization.
Gedung ini berdiri di salah satu kawasan paling elit, Fifth Avenue yang kabarnya rata-rata harga sewa gedung perkantoran di sana sudah mengalami penurunan harga hingga 32 persen bahkan sudah anjlok sejak 2018, sebelum pandemi melanda.
Advertisement
3 dari 5 halaman
Nasib Bisnis Resort dan Hotel
Salah satu mesin uang Trump yang tidak kalah seret menghasilkan untung ialah properti resort dan hotel. Trump memiliki sejumlah hotel di beberapa kota penting di AS yang tergabung dalam jaringan bisnis hotel Trump Hotel Group.
Trump adalah pemilik dari Trump International Hotel yang letaknya tidak jauh dari White House di Washington DC. Hotel mewah dengan arsitektur khas yang merupakan bekas gedung kantor pos bersejarah.
Saat terpilih sebagai Presiden, hotel ini kabarnya sering menjadi hub yang mempertemukan Trump dengan sejumlah politisi internasional untuk lobi dan kerjasama.
Sayangnya, sekalipun diklaim ikonik dan jadi spot favorit turis saat berkunjung ke kawasan ini, yang ada Hotel mewah ini justru menyumbang setengah dari total USD 330 juta atau sekitar Rp 4,7 triliun utang bisnis hotel Trump. Ratusan juta dollar utang tersebut diajukan dengan sepenuhnya memakai jaminan dari kekayaan pribadi Trump.
Hotel ini melaporkan penurunan pendapatan selama periode pandemi 2020. Dari USD 40,5 juta atau hampir Rp 600 miliar pada tahun 2019, menjadi hanya USD 14,3 juta atau kurang dari Rp 210 miliar tahun 2020.
Dengan makin berkurangnya pemasukan ditambah tagihan utang yang terus menanti, Trump dalam proses penjualan properti ini dengan harga sekitar USD 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun.
Proses penjualan itu menggunakan jasa pialang Jones Lang LaSelle, yang kabarnya sejak Januari lalu telah menarik diri dari transkasi ini.
Sekalipun pihak Trump sempat sesumbar hotelnya ditawar USD 350 juta atau lebih dari Rp 5 triliun dan mereka menolaknya, analis memandang harga yang dipatok dalam penjualan tersebut tidak realistis dan kelewat mahal.
Hotel mewahnya di Chicago serta resrotnya di Miami pun sama. Hotelnya di Chicago menyumbang 1/4 dari total penumpukan tagihan utang aset hotel dan resort Trump. Sementara resort mewahnya di Miami menyumbanh 1/3 dari nilai utang tersebut.
4 dari 5 halaman
Fenomena 'Triple Whammy'
Trump menghadapi fenomena yang disebut Bloomberg 'triple whammy', istilah yang sering dipakai di media AS untuk merujuk kejadian tidak menyenangkan yang terjadi secara beruntun.
Seperti yang dialami Trump, gurita bisnisnya bukan hanya terpengaruhi karena pandemi Covid-19. Portofolio Trump yang sudah lawas, banyak properti dan gedungnya sudah terbilang tua adalah alasan lain.
Ruth Colp-Haber yang bekerja di kantor konsultan properti Wharton Property Advisor menyebut "Ini adalah bisnis yang tidak diinginkan saat ini," untuk merujuk pada aset-aset Trump yang tidak lagi kompetitif dengan kehadiran berbagai properti yang lebih terbarukan.
Selain dua faktor tersebut, manuver politiknya juga jadi preseden buruk makin suramnya kinerja bisnis sang mantan presiden. Kerusuhan Capitol Hill tahun lalu juga merusak citra trump di kalangan pialang dan investor.
Efeknya banyak mitra bisnis Trump memutus kontrak. Belum lama ini broker Cushman & Wakefield Plc yang menangani leasing gedung Trump di Wall Street memutuskan kontraknya.
Deutsche Bank AG, perusahaan bank penyaluran kredit juga melakukan pemutusan kerjasama dengan bisnis Trump. Mereka akan memasukkan aset hotel Trump ke dalam daftar merah yang tidak akan lagi mereka bantu dalam penyaluran kredit.
Aset properti berupa lapangan Golfnya juga ikut terimbas. Professional Golf Association of America (PGA), organisasi golf terbesar di AS membatalkan penggunaan lapangan golf Trump, Trump National Golf Club Bedminster di New Jersey sebagai tuan rumah turnamen tahun 2022.
Advertisement
5 dari 5 halaman
Skandal Pajak Donald Trump
Di samping kasus Trump menyangkut sikap politiknya selama menjadi Presiden, ia juga terlilit sejumlah kasus pelanggaran bisnis berkaitan dengan penghindaran pajak.
Dikutip dari BuzzFeedNews, akhir Februari 2021, Mahkamah Agung AS mengabulkan tuntutan Jaksa Cyrus Vance atas gugatan terhadap Trump untuk membayar 8 tahun tunggakan pajaknya.
sebelumnya, laporan investigasi The New York Times pada September tahun lalu juga mengungkap borok dibalik penghindaran pajak sang mantan presiden. Dalam 15 tahun terakhir, Trump 10 kali tidak melakukan pembayaran pajak pendapatan. Bahkan di tahun-tahun awal kariernya sebagai presiden, pada tahun 2016 dan 2017 Trump hanya membayar pajak pendapatan USD 750 atau kurang dari Rp 10 juta.
Begitupun dengan pajak bisnisnya. Trump berlindung dari tagihan pajak lewat membuat laporan kerugian perusahaan yang mencapai USD 1,4 miliar selama krisis keuangan 2008 dan 2009. Dan ia menggunakan cara serupa untuk menghindarkan bisnisnya dari pajak selama beberapa tahun berikutnya.
Reporter: Abdul Azis Said