Liputan6.com, Jakarta Selama ini, segmen mirko yang dianggap kebal terhadap krisis, ternyata ikut terdampak pandemi Covid-19. Ya, selama setahun terakhir, perekonomian mikro atau sektor UMKM menurun drastis, akibat penyebaran Covid-19.Â
Melihat fakta tersebut, BRI tak tinggal diam. BRI yang dikenal sebagai industri finansial yang loyal dengan UMKM ini mendukung penyelamatan dan pemulihan sektor mikro. Melalui kinerja dengan sasaran yang tepat, segmen mikro BRI menemukan ketangguhan baru, untuk bangkit dan kembali berekspansi di tahun ini.Â
Hal ini mengingat kemampuan pelaku UMKM untuk cepat beradaptasi dan bangkit dari dampak pandemi Covid-19 menjadi faktor kunci, di samping dimulainya proses pemulihan yang dilakukan Pemerintah melalui vaksinasi dan pemberian stimulus bagi pelaku usaha.
Advertisement
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan bahwa perseroan optimistis atas kinerja segmen mikro pada tahun ini dan sudah melakukan kalkulasi. Bila distribusi vaksin dan penyebaran virus berlangsung moderat, maka kinerja segmen mikro diprediksi semakin cepat untuk bangkit. Namun jika kondisi tetap memburuk, segmen mikro akan tetap bisa bangkit karena sudah banyak pelaku usaha mikro yang mampu beradaptasi.Â
"Kami yakin segmen mikro ini sudah mampu melewati titik terendahnya dan akan cepat mulai bangkit tahun ini. Pemerintah mendorong vaksin lebih agresif sehingga meningkatkan akselerasi pemulihan kinerja pelaku usaha mikro," ujar Supari.
Â
Supari mengatakan bahwa penyebaran virus Covid-19 sudah mulai melandai. Itu karena Pemerintah terus mempercepat program vaksinasi dan mendorong mobilitas masyarakat agar ekonomi semakin membaik. Hal ini secara tidak langsung meningkatkan konsumsi masyarakat yang mengarah ke peningkatan aktivitas pelaku usaha mikro selama setahun berada dalam kondisi sulit.Â
Pandemi Covid-19 sejak awal 2020 membuat banyak pelaku UMKM terdorong untuk melakukan perbaikan cara menjalani usaha. Saat ini mereka telah menemukan kenormalan baru berupa daya adaptasi untuk dapat menjalankan bisnis lebih efisien dan presisi.Â
Contoh adaptasi yang dilakukan pelaku UMKM, salah satunya terlihat dari cara mereka menentukan besar keuntungan dari penjualan produk. Sebelum pandemi, pelaku UMKM kerap mengambil keuntungan dengan margin 30% per produk.Â
Meski demikian, ternyata margin tersebut tak bisa dipertahankan setelah pandemi. Akibatnya, pelaku usaha mikro menyiasati agar dapat lebih efisien, di antaranya dengan menurunkan jumlah dagangan. Cara lain yang dilakukan sektor mikro, hanya menjual barang yang dibutuhkan masyarakat dengan margin yang lebih minim agar barang dagangan terserap pasar.Â
Supari meyakini pelaku UMKM sudah melewati masa terberat dan siap bangkit, mengingat segmen ini cepat berdaptasi sehingga mampu melakukan berbagai macam perbaikan dalam caranya berusaha.Â
Optimisme ini ditunjukkan dari penyaluran kredit segmen mikro BRI yang masih sangat baik pada awal 2021 ini. BRI mencatat permintaan kredit mikro dan kecil masih cukup kuat untuk kredit bersubsidi maupun non-subsidi. Kondisi positif ini melanjutkan tren baik BRI dalam penyaluran kredit mikro sepanjang 2020.Â
Berdasarkan catatan BRI, penyaluran kredit mikro sepanjang tahun lalu mencapai Rp351,3 triliun yang disalurkan kepada lebih dari 11 juta nasabah. Angka tersebut mencapai 40 persen dari total pembiayaan BRI yakni Rp938,37 triliun. Pertumbuhan kredit mikro pada 2020 mencapai 14,2 persen secara year on year (YoY), jauh melampaui pertumbuhan segmen lain dan angka pertumbuhan industri yang minus 2,41%.
Â
(*)