Sukses

Masyarakat Mau Bayar Biaya Logistik Mahal Asal Barang Sampai Tepat Waktu, Benarkah?

Mayoritas konsumen jasa logistik diperkirakan mau membayar lebih mahal jika pelayanan yang diberikan maksimal dan memuaskan.

Liputan6.com, Jakarta - Mayoritas konsumen jasa logistik diperkirakan mau membayar lebih mahal jika pelayanan yang diberikan maksimal dan memuaskan. Tentunya dengan catatan proses pengiriman bisa tepat waktu.

"Masyarakat akan puas akan memberikan kompensasi yang istilahnya willingness to pay for more atau kerelaan untuk membayar lebih ketika memang barang itu sampai dengan tepat (waktu)," ungkap jelas Staf Ahli Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa, dan Sumber Daya Alam Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Raden Edi Prio Pambudi, dalam webinar bertajuk Prospek Ekonomi dan Bisnis Logistik 2021, Rabu (24/3/2021).

Dia mengungkapkan, di era modernisasi usaha logistik harus mau berbenah agar bisa bersaing. Salah satunya dengan meningkatkan kecepatan pengiriman untuk menciptakan keputusan tersendiri bagi konsumen.

"Jadi, logistik itu bukan sekedar mengatur mobilitas barang dan orang. Tapi yang paling penting tuntutan zaman sekarang adalah ketepatan waktu," terangnya.

Dia mencontohkan, dalam kegiatan belanja online pun kecepatan jasa logistik memegang peranan penting saat ini. Menyusul konsumen tak ragu untuk memberikan penilaian rendah terhadap toko yang memakai jasa pengiriman dengan proses pengantaran yang lama.

"Ya, kita sama saja ketika membeli barang di toko online kita inginnya satu hari sampai. Tapi ternyata tiga hari sampainya. Maka bintangnya tidak lagi lima, tapi satu atau dua," bebernya.

Artinya, kata dia, kesalahan sedikit saja di oleh usaha logistik dengan proses pengiriman barang yang lama bisa berujung fatal. "Padahal barangnya sendiri dalam kondisi baik," keras dia mengakhiri.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

8 Pelabuhan Terapkan Ekosistem Logistik di 2021, Luhut: Yang Halangi Kita Buldoser

Sebelumnya, pemerintah resmi meluncurkan ekosistem logistik di Batam atau Batam Logistic Ecosystem (BLE) sebagai percontohan untuk ekosistem logistik nasional (National Logistic Ecosystem/NLE). 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, pemerintah pada 2021 ini menargetkan untuk merampungkan pengembangan NLE di 8 pelabuhan Tanah Air.

Dia pun mengancam akan membuldoser siapa saja yang menghalangi rencana duplikasi ekosistem logistik nasional tersebut.

"Ini kan ada 8 (pelabuhan) yang besar-besar. Di sini (Batam), Jakarta, (Tanjung) Priok nanti iya, juga Patimban, kemudian Tanjung Emas Semarang dan Surabaya, terus Medan, Makassar, pokoknya 8," tuturnya dalam sesi teleconference, pada Kamis 18 Maret 2021.

"Jadi kita mau itu tahun ini jadi. Kami sudah rapat, pokoknya kita bisa. Siapa yang menghalangi kita buldoser itu," tegas dia.

Lebih lanjut, Luhut kemudian menjelaskan, platform NLE tersebut nantinya semua akan terintegrasi ke dalam satu sistem.

"Masalah kita di republik ini kita enggak pernah kerja holistik. Bandar udara sama. Supaya tertib. Kan terlalu banyak ketemu sama ini. Tadi kita buat efisiensi tapi efektif," ungkapnya.

Luhut lantas menyoroti, jika negara lain bisa melakukan efisiensi pembiayaan dengan ekosistem logistiknya, kenapa Indonesia tidak. Dia pun ingin menerapkan kebijakan antidumping untuk menghadapi praktik dumping yang dilakukan oleh negara eksportir.

"Kita punya barang kita dikenakan antidumping. Menteri Perdagangan teriak-teriak. Kita bisa efisien. Kita kenakan antidumping. Kita betul kompetitif," tegas Menko Luhut.