Sukses

Faisal Basri: Pak Jokowi, Ganti Saja Menteri yang Suka Impor

Ekonom Senior Faisal Basri terus menyoroti isu impor beras yang dicanangkan pemerintah

Liputan6.com, Jakarta Ekonom Senior Faisal Basri terus menyoroti isu impor beras yang dicanangkan pemerintah. Meski Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mendeklarasikan tak akan impor beras hingga Juni 2021, Faisal menilai wacana impor beras telah jadi permainan segelintir pejabat sejak periode sebelumnya. 

Menurut dia, ada sebagian menteri yang lebih mengedepankan praktik percaloan dan menguntungkan segelintir orang dalam proyek impor beras ketimbang mengedepankan value creation.

"Bapak Presiden, ganti saja segera menteri-menteri Bapak yang gandrung mengimpor. Mereka mau gampangnya saja," tulis Faisal Basri dalam situs resmi miliknya, Sabtu (27/3/2021).

Faisal menyatakan, bukan kali ini saja mereka berulah. Dia lalu mengajak Jokowi mengingat kasus garam industri yang sempat memanas pada masa awal periode pemerintahannya 

"Kala itu Menteri Perindustrian (Airlangga Hartarto) mengeluarkan rekomendasi impor garam yang jauh melebihi kebutuhan. Ketika ditanya wartawan, dirjen yang mengurus garam berkilah: Kami lupa memasukkan produksi garam rakyat," singgung Faisal.

Lebih lanjut, Faisal turut mengutip laporan Badan Pusat Statistik (BPS), yang mengumumkan potensi produksi beras Januari-April 2021 bisa mencapai 14,54 juta ton. Jumlah itu meningkat 3,08 juta ton atau 26,84 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

"Kenaikan ini tak lepas dari kenaikan potensi luas panen yang cukup menjanjikan yaitu sebesar 1 juta hektar selama periode yang sama dibandingkan tahun lalu. Ditopang pula oleh potensi kenaikan produktivitas," terangnya.

Meski stok akhir di penghujung 2020 memang di bawah 1 juta ton, namun Faisal mengindikasikan adanya peningkatan produksi beras cukup tajam pada April-Mei 2021 nanti. Sehingga menurutnya masih ada waktu yang cukup untuk mengamankan peningkatan produksi sampai akhir tahun ini dan tidak perlu impor beras.

"Dengan tekad kuat dan kerja keras, Insya Allah kita bisa mengandalkan produksi petani dan meningkatkan kesejahteraan puluhan juta keluarga tani. Bukankah itu janji Presiden Jokowi pada masa kampanye Pilpres 2014?" tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Harga Beras Vietnam dan Thailand Terus Meroket, Indonesia Masih Mau Impor?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan pemerintah tidak akan melakukan impor beras hingga Juni 2021. Pernyataan tersebut menghentikan sementara argumen, bahwa Indonesia akan kembali impor beras sejak terakhir kali pada 2018.

Kendati demikian, Jokowi mengatakan, Pemerintah RI saat ini masih punya ikatan kerjasama untuk menyerap beras dari Vietnam dan Thailand. Impor beras dari kedua negara tersebut baru akan dilakukan jika Indonesia mulai kekurangan stok beras di masa pandemi Covid-19 ini.

"Saya tegaskan, memang ada ada MoU dengan Thailand dan Vietnam. itu hanya untuk berjaga-jaga. Mengingat situasi pandemi yang penuh dengan ketidakpastian," tekan Jokowi.

Namun, Ekonom Senior Faisal Basri justru menyoroti potensi impor beras dari Vietnam dan Thailand. Sebab, ia memandang Indonesia masih lebih bisa mengontrol harga beras daripada kedua negara tersebut.

"Harga beras di Indonesia juga lebih stabil dari harga beras di pasar internasional yang mengacu pada harga beras Thailand maupun Vietnam," tulis Faisal Basri dalam situs resminya, dikutip Sabtu (27/3/2021).

Menurut catatannya, harga beras di Vietnam sejak akhir 2019 terus meningkat tajam. Jika dirupiahkan, harga beras di Vietnam pada Oktober 2019 setara Rp 4.724 per kg, lalu meroket hingga Rp 7.256 per kg pada Februari 2019.

Sementara di Thailand, harga beras pada November 2019 telah mencapai Rp 6.105 per kg, dan melonjak jadi Rp 8.077 per kg pada Februari 2021.

"Boleh jadi harga beras di pasaran internasional akan terus naik jika pembeli besar baru (new big buyer) masuk pasar," ujar Faisal.

Faisal pun mengamati posisi Indonesia yang saat ini masih jadi salah satu negara pengimpor beras terbesar di dunia. Indonesia menduduki peringkat satu importir beras terbesar dunia, namun lengser ke posisi kedua pada 2017.

"Wajar jika para pengekspor beras utama dunia mencermati dengan seksama kebijakan perberasan Indonesia," kata Faisal.