Liputan6.com, Jakarta - Harga emas terus berada di kisaran USD 1.700 per ounce pada perdagangan minggu lalu. Harga emas sulit menembus level resisten di USD 1.750 per ounce. Apakah hal ini akan terjadi terjadi pada minggu ini?
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kitco, suara para analis yang memperkirakan harga emas bakal naik sama besar dengan analis yang memperkirakan harga emas bakal tertekan.
Baca Juga
Di antara para analis tersebut, banyak yang berpikir bahwa saat terjadi penurunan harga seperti saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengakumulasikan pembelian untuk jangka panjang.
Advertisement
"saya melihat harga emas akan berada di level USD 1.700 dan kemudian para investor akan terjun ke pasar melakukan pembelian," jelas kepala analis Bue Line Futures, Phillip Streible.
"Imbal hasil obligasi AS tidak akan terus berada di level tertinggi selama-lamanya. Akan ada tren pembalikan dan kemudian emas akan memperoleh kesempatan yang baik," tambah dia.
Pada pekan ini, 16 analis Wall Street berpartisipasi dalam survei Kitco. Dari jumlah tersebut 7 peserta atau 44 persen menyerukan harga emas akan naik.
Kemudian 8 analis atau 50 persen mengatakan harga emas akan mengalami tekanan. Sedangkan satu suara atau 6 persen menyqatakan netral.
Sementara itu, total 807 suara dari pelaku pasar diberikan dalam jajak pendapat online. Dari jumlah tersebut, 377 responden atau 47 persne menyatakan harga emas akan naik pada minggu ini.
Di luar itu, 255 lainnya atau 32 persen harga emas akan mengalami tekanan dan 175 pemilih, atau 22 persen memilih netral.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Analisis
Analis dan pelaku pasar terbagi dua pada survei pekan ini karena harga emas mengakhiri minggu kemarin dengan melemah 0,5 persen. Harga emas berjangka untuk pengiriman Juni ditutup pada level USD 1.735 per ounce.
Dengan perdagangan di kisaran yang cukup sempit antara USD 1.700 per ounce dan USD 1.750 per unce, analis mengatakan bahwa ada kesempatan untuk bullish dan bearish untuk harga logam mulia tersebut.
Banyak pelaku pasar memperkirakan gerak harga emas bergantung pada apa yang terjadi dengan dolar AS dan imbal hasil obligasi yang terus bertahan di dekat level tertinggi lebih dari satu tahun.
"Perkembangan yang menggembirakan vaksin di AS telah memicu harapan untuk pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat, akibatnya meningkatkan selera untuk dolar AS. Jika dolar AS terus menguat pada minggu ini maka akan menyeret harga emas ke level yang lebih rendah," kata analis senior FXTM, Lukman Otunuga.
Sedangkan Kepala analis mata uang Forexlive.com Adam Button menjelaskan, dolar AS memang terus menguat pada pekan lalu. Kemungkinan akan berlanjut di pekan ini.
"Saya rasa ini bukan waktu yang tepat untuk kembali ke emas. Dolar AS menunjukkan banyak tanda positif," jelas dia.
Advertisement