Liputan6.com, Jakarta Kasus return to base (RTB) atau putar balik ke bandara semula kerap dilakukan suatu pesawat komersil/penumpang yang mengalami kendala teknis di mesin. Kejadian ini tampaknya sering menimpa maskapai Lion Air, yang pada 2021 ini sering menunda atau menurunkan kembali pesawatnya yang sudah mengangkasa.
Seperti kejadian pada pesawat Boeing 737-900ER PK-LHM milik Lion Air yang gagal lepas landas di Bandara Sepinggan, Balikpapan, sehingga penerbangan ke Surabaya, Minggu (21/2/2021) dibatalkan.
Baca Juga
Pesawat tujuan Surabaya dengan kode penerbangan JT-261 tersebut sebenarnya sudah berada di landasan pacu dan siap lepas landas pads pukul 14.40 WITA. Namun kemudian mengurangi kecepatan dan berhenti di ujung landasan.
Advertisement
"Pilot mengidentifikasi ada indikator di kokpit yang menunjukan ada komponen mesin yang perlu pengecekan lebih lanjut dan memutuskan batal terbang," kata Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro, dikutip Rabu (31/3/2021).
Danang menyebutkan, kecepatan mesin rendah jadi penyebab pilot memutuskan untuk batal lepas landas. Akibatnya, penumpang yang berjumlah 73 orang penumpang dewasa dan 2 anak-anak, termasuk 7 awal pesawat pun terpaksa kembali ke terminal.
Permasalahan tak jauh beda juga menimpa salah satu pesawat Batik Air rute Jambi-Jakarta yang harus RTB ke Bandara Sultan Thaha pada Sabtu, 6 Maret 2021.
"Setelah lepas landas, pilot memutuskan untuk kembali ke bandar udara keberangkatan dikarenakan ada salah satu indikator menyala di ruang kokpit yang menunjukan kemungkinan ada kendala teknis," papar Danang.
Adapun dalam pesawat dengan nomor penerbangan ID-6803 ini, Batik Air membawa 6 anak pesawat, 114 tamu dewasa, 2 tamu anak-anak, serta 1 balita. Batik Air meruapakan bagian dair Lion Air Group.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tunda Rute Palu-Jakarta
Maskapai Batik Air lagi-lagi mengalami kendala 2 hari setelahnya pada Senin (8/3/2021). Pesawat dengan nomor penerbangan ID-6561 rute Pali melalui Bandar Udara Mutiara Sis-Aljufri tujuan Jakarta melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, mengalami penundaan.
Batik Air penerbangan ID-6561 ini rencananya akan dioperasikan menggunakan Boring 737-800 NG registrasi PK-LDP, dengan jumlah penumpang 151 orang.
Pesawat tersebut kemudian gagal lepas landas karena adanya temuan garis yang melengkung pada permukaan lapisan kaca kokpit di bagian kiri.Â
Hasil pengecekan pada pesawat, ditemukan adanya pola menyerupai garis yang melengkung dengan panjang kurang lebih 30 cm di permukaan lapisan kaca kokpit di bagian kiri.
Penerbangan Semarang-Jakarta Terlambat
Selang 20 hari setelahnya, tepatnya Minggu (28/3/2021), pesawat Batik Air lagi-lagi mengalami masalah. Kali ini, pesawat dengan nomor penerbangan ID-6355 rute Semarang-Jakarta mengalami keterlambatan keberangkatan akibat kendala teknis pada sistem hidrolik pesawat.
Pilot pesawat kemudian memutuskan untuk kembali ke Bandar Udara Internasional Jenderal Ahmad Yani di Semarang, dan menahan keberangkatan menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang.
Penerbangan ID-6355 laly diberangkatkan kembali menggunakan jadwal keberangkatan terbaru dari Bandar Udara Internasional Jenderal Ahmad Yani. Dalam penerbangan ini, Batik Air mengganti pesawat udara dengan menggunakan armada lainnya yakni Airbus 320-200CEO registrasi PK-LZJ.
Â
Advertisement
Gangguan Kemudi
Hanya selang 2 hari, Lion Air Group kembalo harus berhadapan dengan kejadian RTB. Kali ini, maskapai Lion Air harus memulangkan pesawat dengan kode penerbangan JT-224 rute Surabaya-Banjarmasin pada Selasa (30/3/2021) pukul 06.45 WIB.
Danang menjelaskan, sebelum pesawat diterbangkan, teknisi dan pilot telah melaksanakan pengecekan pesawat (pre flight check). Pesawat telah dinyatakan laik terbang dan beroperasi (airworthy for flight).Â
Pasca 20 menit mengudara dari jadwal keberangkatan pukul 06.45 WIB, pilot memutuskan untuk kembali ke bandar udara asal (RTB).
"Keputusan pilot sangat tepat dan sesuai prosedur pengoperasian pesawat udara. Hal tersebut dilakukan karena pilot mengetahui adanya indikator pada ruang kemudi (kokpit) yang menunjukan kemungkinan adanya gangguan pada kontrol kemudi, sehingga tidak berfungsi secara maksimal. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan pemeriksaan terhadap pesawat udara di darat," tutur Danang.
Pesawat Butuh Perawatan
Insiden berulang yang dialami Lion Air Group ini memancing reaksi pengamat penerbangan Gatot Raharjo. Menurut dia, pihak maskapai sebenarnya sudah memiliki SOP berstandar internasional dalam hal perawatan pesawat.Â
Hanya saja, dia sedikit mencemaskan tak maksimalnya perawatan imbas dari pandemi Covid-19. Ini karena kondisi keuangan maskapai yang juga terganggu hingga faktor sumber daya manusia (SDM).
"Apa semua (perawatan pesawat) sudah dilaksanakan dengan baik dan benar? Soalnya hampir semua maskapai dan regulator SDM-nya tidak 100 persen seperti sebelum pandemi," ujarnya kepada Liputan6.com.
Soal SDM, Gatot menambahkan, pola kerja Work From Office (WFO) menjadikan inspektur yang melakukan pengecekan serta perawatan pesawat harus kerja bergantian sesuai jadwal.
"Soalnya inspektur juga manusia, ada yang takut juga kerja di lapangan. Mereka tidak tiap hari masuk, ada jadwalnya. Jadi tidak 200 persen kayak sebelum pandemi," tandasnya.