Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) memastikan api di tangki T-301G Kilang Balongan berhasil dipadamkan pada pukul 08.30 WIB pagi tadi.
Padamnya api ini berkat upaya fire fighting intensif oleh Tim Emergency Pertamina. Sebelumnya, 2 tangki yang terbakar juga telah padam tadi pagi.
Baca Juga
"Kabar gembira kembali kami peroleh, tangki T-301G telah padam dan ikhtiar tim emergency di lapangan terus berlanjut untuk mematikan api di tangki T301-F," ungkap Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina Agus Suprijanto dalam keterangannya, Rabu (31/3/2021).
Advertisement
Lanjut Agus, skenario pemadaman titik api di tangki T-301F terus dilakukan. Saat ini tim emergency sedang mengarahkan pengaturan orientasi peralatan fire fighting dengan sasaran tangki T-301F yang masih menyisahkan api.
"Diharapkan api di area tangki T-301 Kilang Balongan seluruhnya dapat padam hari ini. Kami masih terus melakukan upaya pendinginan di 3 tangki yang telah padam dan memastikan tidak ada potensi api muncul kembali. Kami mohon doa dari masyarakat Indonesia," tutup Agus.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pasca Kilang Balongan Terbakar, DPR Minta Pemerintah Serius Bangun Kilang BBM
Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto mendorong pemerintah untuk lebih bekerja keras dalam meningkatkan kinerja pengembangan dan pembangunan kilang BBM Nasional. Pasalnya, selama ini pengembangan dan pembangunan kilang BBM ini masih sangat lamban.
Keberadaan kilang BBM baru semakin penting pasca kebakaran yang melanda Kilang Refinery Unit (RU) VI Balongan, Indramayu, Senin (29/3) yang diperkirakan berdampak pada jumlah produksi BBM Nasional.
"Hampir 25 tahun sejak pengoperasian RU VII Kasim di Papua pada tahun 1997, dengan kapasitas 10 ribu barel per hari (bph). Maka praktis tidak ada lagi pembangunan kilang minyak baru. Kita belum tahu apakah pasca musibah ini, RU VI Balongan dapat mempertahankan tingkat produksinya. Bila tidak, maka kita akan kehilangan produksi bbm sejumlah 16% tersebut. Kita berdoa, agar hal ini tidak terjadi," ujar Mulyanto dalam siaran persnya.
Ditambahkan Mulyanto sebelumnya, Pertamina berencana mengembangkan kilang-kilang yang ada dan menambah 2 kilang baru, yakni Kilang Tuban dengan kapasitas terpasang 300 ribu bph dan Kilang Bontang. Ia menilai, bila rencana ini sukses, maka Pertamina diperkirakan akan mengolah minyak sebesar 2.2 juta bph dan mampu mencapai swasembada BBM di tahun 2023.
Namun, menurut Politisi dari Fraksi PKS ini, hal tersebut serasa masih sebuah mimpi. Mengingat Kilang Tuban terus molor pembangunannya, Kilang Bontang dibatalkan karena kekurangan lahan, dan terakhir terjadi musibah kebakaran di Kilang Balongan, ia memperkirakan akan terus terjadi peningkatan impor BBM akibat sedikitnya jumlah dan kapasitas kilang kita. Dampaknya, defisit transaksi berjalan dari sektor migas akan melonjak.
"Dengan kebutuhan BBM hari ini yang sebesar 1,6 juta barel, maka praktis kekurangannya sebesar 800 ribu bph dipenuhi dari impor," jelas Mulyanto.
Data BPS menunjukkan, BBM olahan saat ini mendominasi defisit transaksi migas nasional sebesar 12 miliar dollar AS di tahun 2019. Di sisi lain, di tahun 2050 Kementerian ESDM memperkirakan kebutuhan BBM nasional mencapai 4 juta bph. Karenanya, dapat dipahami kalau impor BBM dan defisit transaksi berjalan dari sektor migas ini akan meroket dan membahayakan ketahanan energi nasional.
"Karena itu pemerintah harus serius menangani pengembangan dan pembangunan kilang baru BBM ini. Semakin hari, soal ini semakin kritis. Pemerintah tidak boleh menunda-nunda dan kalah dari mafia impor minyak," tegas Mulyanto.
Advertisement