Liputan6.com, Jakarta Dalam mendukung Pemerintah untuk memperkuat pemulihan ekonomi di masa pandemi ini, Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah bersinergi dengan PT Manggala Jaya Utama Sampali berkomitmen penuh untuk membantu Pemerintah dengan menyalurkan fasilitas pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui Unit Usaha Syariah yang Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah miliki.
Baca Juga
Dengan hal tersebut, Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah yakin akan dapat tercipta ketahanan pangan dan meningkatkan taraf hidup rakyat terutama Peternak Sapi.
Advertisement
Sinergi tersebut adalah bentuk dukungan nyata dan peran serta Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah dalam menumbuhkan perekonomian terutama sektor UMKM melalui pembiayaan Kredit Usaha Rakyat khususnya kepada peternak sapi di wilayah Nusa Tenggara Barat.
Tidak hanya literasi keuangan kepada peternak sapi, Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah juga mendampingi para santri dengan memberikan literasi Keuangan menabung, sehingga budaya menabung para santri bisa ditanamkan di pribadi santri sejak dini.
Sinergi ini merupakan bukti nyata Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah untuk mendukung program Pemerintah, terutama sebagai Bank Penyalur tentunya mendukung program pemberdayaan ekonomi berbasis kerakyatan.
Melalui Sinergi ini diharapkan dapat mendorong kegiatan ekonomi yang lebih produktif sehingga tercipta literasi keuangan yang berkesinambungan, para peternak sapi dan santri bisa menyisihkan penghasilannya dan menabung untuk keperluan di masa mendatang.
"Diharapkan juga mereka bisa melaksanakan menjalankan rukun Islam ke 5, menunaikan ibadah haji melalui tabungan Simas Haji," ujar Halim selaku Direktur Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah, Rabu (31/3/2021).
Dalam kegiatan ini, Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah melalui Yayasan Muslim Sinar Mas menyalurkan Wakaf 500 mushaf Al-Quran kepada Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan memberikan beasiswa kepada santri di beberapa pesantren di wilayah Nusa Tenggara Barat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kredit Macet KUR Pertanian Hanya 0,06 Persen
Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim kredit macet Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian sangat kecil. Dari total Rp 55 triliun yang tersalurkan, hanya sekitar 0,06 persen yang bermasalah.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) berharap Perbankan terus memfasilitasi pembiayaan di sektor pertanian, karena hampir tidak ada kerugian. Apalagi, sektor pertanian tidak terimbas pandemi Corona.
"Kemarin kita menggulirkan sekitar Rp 55 triliun di seluruh Indonesia. Alhamdulillah yang macet hanya sekitar 0,06 persen. Kecil sekali," ujar Syahrul Yasin Limpo saat berkunjung ke Karanganyar, dalam keterangan tertulis, Senin (8/3/2021).
Pada kesempatan itu, Syahrul mengunjungi beberapa integrated farming di Kabupaten Karanganyar. Dia mendorong produktivitas lahan pertanian dan menilai potensi pertanian di Kabupaten tersebut masih cukup bagus.
"Yang terpenting Bupati dan Pemerintah Daerah mau mendorong peningkatan sektor pertanian. Ini bisa diskala ekonomikan perseribu hektar. Dan kita coba sikapi atas desakan bupati ada 5000 hamparan yang kita coba," jelasnya.
Dia berharap pertanian Karanganyar bisa melakukan diversifikasi dengan membudidayakan jeruk, kelapa serta penghasil pakan ternak itik. "Dengan demikian hasilnya itu bisa komperhensif dan bisa berskala ekonomi yang kuat," tandasnya.
Sementara, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy Edhy menerangkan, petani mendapatkan keringanan untuk membayarnya, yakni dapat dibayar dan boleh dicicil pada saat produk pertaniannya sudah menghasilkan (panen).
“Ini tentu memudahkan para petani, misalnya petani mengajukan KUR Rp 50 juta (tanpa agunan) untuk modal usaha taninya yang berupa tanaman padi atau jagung,” ujar Sarwo Edhy.
Sarwo Edhy menambahkan, tahun ini pemerintah menurunkan suku bunga menjadi 6 persen per tahun dan tanpa agunan untuk pinjaman maksimal Rp 50 juta.
Sarwo Edhy menggambarkan, tanaman tersebut baru menghasilkan setelah kurang lebih tiga bulan. Jadi ketika sudah 3 bulan, petani dapat melunasinya.
“Tahun sebelumnya bunga KUR 7-8 persen, tapi sekarang menjadi 6 persen. Ini pasti tidak akan memberatkan petani,” pungkas Sarwo Edhy.
Advertisement