Sukses

Cuan Lagi, Microsoft Teken Kontrak Hampir USD 22 Miliar buat Produksi Headset Canggih Tentara

Microsoft berhasil menandatangani kontrak kerjasama dengan kementerian pertahanan AS untuk menyuplai headset canggih untuk alat latihan militer.

Liputan6.com, Jakarta Setelah lebih dua tahun kerjasama untuk uji coba teknologi, Microsoft baru-baru ini mengabarkan telah berhasil meneken kontrak kerjasama senilai hampir USD 22 miliar (Rp 319 triliun) dengan kementerian Pertahanan AS, Pentagon.
 
Microsoft akan menyuplai ribuan teknologi headset augmented reality buatannya, HoloLens untuk pasukan tentara AS selama beberapa tahun ke depan.
 
Dikutip dari AP News, Selasa (6/4/2021) kontrak baru ini diperkirakan mencapai USD 21,88 miliar untuk jangka waktu kerjasama selama satu dekade ke depan. Meski begitu, perjanjian dasarnya ialah lima tahun yang dapat diperpanjang untuk lima tahun lagi.
 
Diperkirakan Microsoft akan memproduksi massal lebih dari 120 ribu unit HoloLens yang akan dikirimkan kepada para tentara di pasukan tempur jarak dekat Angkatan Darat AS. 
 
Teknologi headset HoloLens Microsoft ini sebenarnya diproduksi untuk menyasar konsumen industri video game dan hiburan.
 
Melalui layar HoloLens yang dipasang di atas kepala ini, pengguna bisa melihat gambar visual yang ada di depan mereka mulai dari hologram video game hingga sebuah notifikasi mengambang di atas HP yang sedang rusak.
 
Meski sudah dibekali teknologi canggih dan dibandrol dengan harga terbilang mahal, HoloLens kabarnya tidak moncer-moncer amat. Terlebih banyak juga perusahaan lain yang sedang mengembangkan teknologi serupa. 
 
Karena itu, sejak beberapa tahun terakhir Microsoft beralih dan dan mencoba membidik pasar baru yang tidak kalah menjanjikan, para pasukan tentara.
 
Angkatan Darat AS pertama kali mulai menguji sistem Microsoft tersebut pada tahun 2018 dengan nilai kontrak USD 480 juta atau sekitar Rp 6,9 triliun. 
 
Selama masa uji coba tersebut, Pentagon memuji fitur teknologi HoloLens yang disebutnya mampu memenuhi kebutuhan para tentara.
 
Menurut mereka, headset buatan Microsoft itu bukan hanya dapat digunakan selama pelatihan, namun juga pada saat pertempuran yang sesungguhnya.
 
Situs web Angkatan Darat mengatakan tentara menguji HoloLens tahun lalu di Fort Pickett di Virginia. Dikatakan bahwa sistem tersebut dapat membantu pasukan mendapatkan keuntungan "di medan perang yang semakin padat, padat, gelap dan tidak dapat diprediksi".
 

Saksikan Video Ini

2 dari 2 halaman

Menuai Kontroversi

Sekalipun kontrak tersebut jadi lahan basah baru yang bisa menguntungkan perusahaan. Begitupun dengan Pentagon yang memberi testimoni positif, kerjasama ini rupanya masih menuai sorotan dari sejumlah pihak.
 
Pada tahun 2019 silam saat generasi kedua dari HoloLens pertama kali diperkenalkan, sekelompok pekerja Microsoft mengajukan petisi kepada perusahaan untuk membatalkan kesepakatannya dengan Angkatan Darat.
 
Mereka khawatir teknologi buatannya itu akan mengubah medan perang dunia nyata menjadi tampak seperti permainan video game.
 
Tidak hanya terkait kepastian masa depan sektor pertahanan, beberapa pihak juga mulai menyoroti kontrak jumbo tersebut yang dinilai berseberangan dengan rencana pemerintah yang ingin memangkas biaya untuk pengembangan teknologi tersebut.
 
Skema kontrak tersebut masih belum bisa dipastikan akan berjalan seperti apa. Sejauh ini kementerian pertahanan mendapatkan anggaran sekitar USD 740 miliar atau hampir Rp 11 ribu triliun berdasarkan kebijakan kongres awal tahun lalu. RUU tersebut menegaskan kenaikan gaji 3 persen untuk pasukan AS tetapi termasuk pemotongan inisiatif pembelian headset.
 
Senator Jack Reed dari partai Demokrat dari negara bagian Rhode Island yang menjadi perwakilan komite untuk angkatan bersenjata senat, mengatakan pada hari Rabu bahwa teknologinya menjanjikan tetapi hasilnya harus dilacak dengan cermat.
 
"Dan itu tugas kami untuk mengangkat masalah jika teknologinya tidak memenuhi kebutuhan kami. pasukan sekarang dan di masa depan," sebutnya.
 
Presiden Microsoft, Brad Smith mengatakan kepada senator Reed pada bulan Februari lalu bahwa sistemnya dapat mengintegrasikan penglihatan malam termal dan pengenalan wajah untuk memberi tentara "analitik waktu nyata" di medan perang jarak jauh.
 
Dia juga mencoba meyakinkan efektivitas teknologinya dengan menyebut, HoloLens dapat membantu dalam merencanakan operasi penyelamatan sandera dengan menciptakan "kembaran digital".
 
 
 
Reporter: Abdul Azis Said
Â