Liputan6.com, Jakarta Setelah sempat menghambat lalu lintas pelayaran di Terusan Suez hampir seminggu, pemilik kargo dari kapal raksasa Ever Given, yakni Evergreen Marine menyebut tidak akan bertanggung jawab atas kerugian apa pun yang timbul akibat insiden tersebut.
Â
Dikutip dari Nikkei Asia, Minggu (4/4/2021) Eric Hsieh, Presiden Evergreen Marine menyebut yang harus bertanggung jawab atas kompensasi tersebut ialah Shoe Kisen Kaisha, perusahaan asal Jepang pemilik kapal. Pasalnya Evergreen Marine hanya berperan sebagai penyewa dari kapal tersebut.Â
Â
"Perusahaan kami tidak bertanggung jawab sedikit pun. Kecelakaan itu terjadi selama pengangkutan, dan selama keadaan seperti itu, pemilik kapal secara kontraktual memikul tanggung jawab tersebut," kata Hsieh Kamis dalam jumpa pers di Taipei.
Â
"Perusahaan kami hanya bertanggung jawab atas kargo itu sendiri, dan itu ditanggung oleh perusahaan asuransi," tambahnya.
Â
Selain itu, Hsieh menyebut Evergreen sebagai perusahaan kargo turut terdampak atas kejadian ini. Ia menyebut penundaan pelayaran ke Eropa sekitar tujuh hingga 10 hari membuat beberapa pelabuhan di Eropa akan sangat sibuk usai palayaran ke Eropa kembali normal. Begitupun dengan pelayaran ke AS yang juga tertunda 10 hari.Â
Â
Bukan hanya itu, kejadian ini disebut Hsieh juga memperparah masalah keterbatasan jumlah peti kemas karena sebelumnya pelayaran sempat tertunda berhari-hari. "Insiden di Terusan Suez tersebut memperburuk kekurangan peti kemas," sebutnya.Â
Â
Sementara itu, mengenai tanggung jawab atas kompensasi yang terkait dengan kerugian, Presiden Shoei Kisen Kaisha, Yukito Higaki pekan lalu hanya mengatakan bahwa perusahaan akan mematuhi hukum.
Â
"Ada banyak hukum," menyebut aturan itu bisa jadi termasuk hukum internasional dan lokal," kata Higaki.
Â
Saksikan Video Ini
2 dari 2 halaman
Dampak Mampetnya Terusan Suez
Hambatan hampir seminggu oleh kontainer Ever Given yang kandas di jalur perdagangan utama itu terjadi pada 23 Maret. Meski sudah berhasil lolos sejak Senin yang lalu, diperkirakan ada sekitar 370 pelayaran yang terhambat akibat kejadian tersebut.
Â
Ada sekitar 12 persen dari perdagangan global melewati jalur tersebut. Kejadian ini turut menghambat pelayaran untuk pengiriman jutaan barel minyak, termasuk mengganggu 8 persen perdagangan gas alam cair yang melintasi terusan Suez tiap harinya.
Â
Otoritas terkait masih terus bergerak untuk mengkalkulasi nilai kerugian akibat mampetnya jalur pelayaran tersibuk itu. Osama Rabie, ketua Otoritas Terusan Suez Mesir, mengatakan kepada stasiun TV lokal pada hari Rabu bahwa kompensasi yang dibutuhkan diperkirakan lebih dari USD 1 miliar atau lebih dari Rp 14,4 triliun.Â
Â
Di tempat terpisah, dikutip dari BBC, pada hari Sabtu yang lalu Osama Rabie menyebut kejadian tersebut menyebabkan pendapatan dari jalu perdagangan di kanal terpukul hebat. Kerugian itu diperkirakan menyentuh USD 15 juta atau sekitar Rp 216 miliar untuk setiap harinya.
Â
Sebagai negara yang mengendalikan jalur tersebut, Mesir tidak luput dari potensi dampak ekonominya. Meski tidak diketahui pasti berapa persen dampaknya terhadap perekonomian Mesir, lembaga konsultan Moody's menyebut perdagangan yang melintas di jalur ini menyumbang 2 persen dari total PDB negara.
Â
Salah satu yang turut terdampak dari insiden mampetnya terusan Suez yang lalu ialah industri elektornik. Pandemi telah meningkatkan permintaan untuk komputer pribadi dan komponen elektronik di seluruh dunia, dan insiden Suez terjadi di tengah ledakan pengiriman kargo untuk kebutuhan industri tersebut.
Â
Â
Reporter: Abdul Azis Said
Advertisement