Liputan6.com, Jakarta- Perubahan memang tak mudah untuk dihadapi, namun terkadang mau tak mau harus dilalui. Sebab, tak ada banyak pilihan saat pandemi Covid-19 akhirnya terjadi.
Banyak dari masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan harus mencari segala cara untuk bisa bertahan. Termasuk keluar dari zona nyaman mereka dan Berani Berubah.
Agung Indra Dwipayani adalah salah satunya. Memiliki butik pakaian tenun endek Bali artinya memiliki banyak pegawai yang harus digaji. Belum lagi membayar para penenunnya sendiri yang bekerja sama dengan butiknya.
Advertisement
Namun, saat pandemi datang, penjualan turun drastis, dan Agung harus berpikir cepat. Kain endek yang menumpuk harus segera dikreasikan agar terjual. Saat itulah muncul ide untuk membuat masker dari kain tenun yang ada.
“Sampai 75 persen kita naik dari masker ini. Ya kita awalnya sih memang optimis ya, awalnya optimis memang. Artinya yang penting jalan aja dulu, yang penting karyawan bisa makan setiap hari aja,” ungkap Agung kepada Tim Berani Berubah.
Berkat tekad dan kerja kerasnya, Agung tetap bisa menghidupi seluruh karyawan dia yang berjumlah lebih dari 25 orang.
Menurutnya, dia harus membela hak pekerjanya. Ketika dulu saat sedang tidak ada pesanan pun, Agung tetap membayar mereka dengan tabungannya.
“Karyawan-karyawan saya itu memang kerjanya ya ini. Kalau mereka sehari gak kerja ya gak makan, gitu. Jadi itu memang kita usahakan banget,” tutur dia.
Untuk meningkatkan penjualan, Agung pun juga berinovasi untuk melukis masker buatannya. Sebab, saingan dalam menjual masker semakin hari semakin bertambah. Melihat potensi pasar luar negeri, Agung akhirnya mengekspor masker lukisnya dan kini sudah menjual ke 50 negara.
“Ternyata setelah kita lukis dengan berbagai alam-alam di Bali itu juga sangat menjanjikan ternyata masker itu, bisa kembali membangkitkan kita dari keterpurukan ini,” ucap Agung.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Memberi Harapan Bagi Para Penenun
Tekad Agung untuk tetap memanfaatkan kain tenun endek Bali juga memberi harapan bagi para penenunnya yang berada di kampung. Saat pandemi terjadi, para penenun yang kebanyakan adalah ibu rumah tangga lantas kebingungan.
Sebab, mereka tak tahu apa yang harus mereka lakukan bila tidak menenun kain. Agung Aggraeni, seorang pemilik usaha tenun, bahkan sampai harus merogok kocek sendiri guna menggaji para penenunnya.
“Saya tetap berusaha biarpun sangat sulit bagi saya untuk melanjutkannya, sedangkan teman-teman lain yang punya tenun sudah nggak begitu jalan, tapi saya tetap berusaha. Dengan mencari order, biarpun tidak dipakai baju,” ungkap Agung Anggraeni.
Namun, kedatangan Agung Indra Dwipayani sebagai pemilik butik menyelamatkan para penenun. Mereka tetap bisa memproduksi kain dan tidak harus beralih pekerjaan.
“Biasanya kalau Bu Agung (Indra Dwipayani) nyari bahan ke sini, dia biasanya pakai (buat) masker. Sangat terbantu sekali, biasanya kan ada pecahan-pecahan kain yang sedikit-sedikit itu kita bisa manfaatkan untuk pakai masker,” dia mengakhiri.
Pastinya cerita ini menjadi kisah inspiratif untuk pantang menyerah di saat kondisi terpuruk. Yuk, ikuti kisah ini maupun yang lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.
Program ini tayang di Stasiun Televisi SCTV setiap Senin di Program Liputan6 Pagi pukul 04.30 WIB, dan akan tayang di Liputan6.com serta Merdeka.com pada pukul 06.00 WIB di hari yang sama.
Ingin tahu cerita lengkapnya, simak dalam video berikut ya.
Advertisement