Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, Indonesia akan memasuki periode supercycle. Dalam periode ini harga beberapa komoditas seperti minyak goreng akan naik secara signifikan.
Supercycle dapat didefinisikan sebagai periode lonjakan permintaan untuk beragam komoditas, yang menyebabkan lonjakan harga. Kondisi ini biasanya akan diikuti oleh jatuhnya permintaan.
Kendati begitu, Mendag Lutfi menyatakan, fenomena supercycle ini tidak akan berdampak terhadap lonjakan harga BBM. Menurut pantauannya, stok BBM di PT Pertamina (Persero) masih mencukupi.
Advertisement
"Kalau saya lihat BBM dalam negeri tidak ada pelonjakan, suplainya cukup seperti diutarakan Pertamina, dan kita melihat bahwa ini tidak ada apa-apa," ujar Mendag Lutfi di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (7/4/2021).
Namun, dia menyoroti, ada beberapa komoditas lain yang harganya akan naik dalam periode supercycle, seperti minyak bumi, gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG), bijih besi, dan tembaga.
Dikatakan Mendag Lutfi, Indonesia sebenarnya pernah mengalami masa supercycle selama 10 tahun pada rentang waktu 2004-2014. Tidak selalu membawa dampak negatif, fenomena tersebut juga dapat membawa berkah untuk ekonomi makro Indonesia, seperti kenaikan harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO).
"Ini bukan kali pertama Indonesia menghadapi periode supercycle. Beberapa tahun lalu, Indonesia telah mengalaminya dan seperti periode sebelumnya, periode supercycle kali ini diharapkan juga akan membawa keberuntungan dan dampak positif bagi perekonomian Indonesia," tutur Mendag Lutfi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pulang dari China, Mendag Bawa Oleh-Oleh Kesepakatan Dagang Rp 20 Triliun
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, Indonesia berhasil mencapai kesepakatan perdagangan dengan China senilai USD 1,38 miliar atau Rp 20,04 triliun.
Nilai tersebut merupakan hasil dari kunjungan kerja ke China pada 1—3 April 2021 bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi.
“Kesepakatan dagang tersebut berasal dari komitmen enam perusahaan China yang akan mengimpor produk sarang burung walet, buah tropis khususnya nanas, porang, gula aren dan furnitur,” kata Mendag Lutfi dalam keterangan resmi, Senin (5/4/2021).
Untuk produk furniture, Mendag menyebut, Shandong Jinruyi Group mengungkapkan minatnya melakukan investasi di Indonesia yang diperkirakan bisa menyerap hingga 3.000 tenaga kerja.
Sejumlah pertemuan diagendakan dalam kunjungan kerja para Menteri tersebut, di antaranya pertemuan dengan pejabat pemerintah Provinsi Fujian, Wakil Menteri Perdagangan Tiongkok Zhang Ziangchen, serta state councillor/Menteri Luar Negeri RRT, Wang Yi.
Mendag Lutfi juga bertemu dengan Chairman China Agricultural Wholesale Market Association (CAWA) Ma Zheng Jun dan Chairman Shandong Timber and Wood Association Yang Yuelu. Serta para pelaku usaha China yang fokus pada perdagangan produk pertanian, perikanan, dan furniture.
Selain kesepakatan dagang dan investasi, Mendag Lutfi menyampaikan, kedua negara sepakat menjajaki kerja sama ekonomi yang lebih dalam dengan melakukan pembaruan dari skema bilateral Economic and Trade Cooperation yang telah terjalin sejak 2011 menjadi Trade and Investment Facility Agreement (TIFA).
Indonesia dan China juga sepakat mengoptimalisasi kesepakatan yang telah terjalin seperti dalam skema ASEAN-China FTA dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Kedua negara juga sepakat memperkuat perdagangan multilateral dalam kerangka World Trade Organization (WTO). Pemerintah Tiongkok berharap Indonesia dapat mendukung proposal Investment Facilitation yang sedang digagas di WTO.
Secara umum, ketiga menteri menyepakati penguatan komitmen kedua negara soal isu kawasan, kerja sama ekonomi, investasi, pendidikan, serta penanganan pandemi, pemulihan ekonomi, dan percepatan vaksinasi.
Advertisement