Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia di angka 53,2 untuk Maret 2021 buah dari sejumlah kebijakan pemerintah. Salah satunya adalah percepatan vaksinasi Covid-19.
"Kita lihat dalam 3 bulan terakhir di 2021 ini aktivitas di manufaktur merespons terhadap optimisme yang bisa dilihat dari perbaikan kondisi penanganan Covid-19 (melalui) percepatan vaksinasi," jelas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, dalam webinar bertajuk Indonesia Macroeconomic Update 2021, Kamis (8/4/2021).
Baca Juga
Kenaikan angka PMI ini juga tak lepas dari insentif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) Ditanggung Pemerintah sebesar 0 persen untuk kendaraan bermotor. Kebijakan yang efektif berlaku sejak 1 Maret lalu diklaim sukses meningkatkan permintaan masyarakat akan mobil baru di tengah pandemi Covid-19.
Advertisement
"Bagaimana kemudian pabrik merespons mengatakan sudah saatnya untuk menaikkan produksi. Makanya PMI manufaktur meningkat," bebernya.
Oleh karena itu, dia yakin jika kinerja ekonomi Indonesia pada tahun ini akan mengalami perbaikan jika dibandingkan 2020. Menyusul pulihnya aspek telah menggeliatnya aktivitas bisnis di industri manufaktur dalam negeri.
"Itu (peningkatan PMI) menunjukkan bahwa mereka mengantisipasi bahwa perekonomian membaik secara signifikan di 2021 ini," ucap dia menekankan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Indeks Manufaktur Indonesia Tembus Level Tertinggi Dalam 10 Tahun, Ini Rahasianya
Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan capaian Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Maret 2021 berada di level 53,2. Ini merupakan tertinggi dalam 10 tahun terakhir
"PMI manufaktur pada Maret 2021 meningkat 2,3 poin dari Februari 2021. Peningkatan PMI tersebut menjadi titik tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dan ini merupakan 6 bulan berturut-turut dimana PMI manufaktur kita pada titik agresif yaitu titik ekspansif," kata Agus dalam pembukaan Hannover Messe 2021 "Agro-based Industry Journey to Industry 4.0" pada Selasa (6/4/2021).
Pertumbuhan sektor industri ini juga didukung meningkatnya penanaman modal dari sektor industri. Berdasarkan data BKPM, sektor industri sepanjang Januari - Desember 2020 berhasil merealisasikan penanaman modal sebesar Rp 272,9 triliun, atau menyumbang 33 persen dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp 826,3 triliun.
Realisasi investasi tersebut berhasil tumbuh 26 persen dibandingkan 2019, yang mencapai Rp 216 triliun.
Menurut Agus, peningkatan investasi dan PMI menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia akan semakin cepat. Ia pun berharap pencapaian ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional pada 2021.
"Salah satu upaya yang dapat didorong untuk akselerasi pertumbuhan industri adalah melalui penerapan peta jalan making Indonesia 4.0 atau revolusi industri 4.0.
Industri 4.0 akan menjadi salah satu cara Indonesia masuk dalam daftar 10 negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada 2030. Ada tujuh sektor prioritas dalam Making Indonesia 4.0 yaitu industri makanan dan minuman, otomotif, elektronik, kimia, tekstil dan busana, farmasi, serta alat kesehatan.
Agus berharap penerapan industri 4.0 di Indonesia antara lain meningkatkan produktivitas dan inovasi, mengurangi biaya produksi, meningkatkan ekspor produk dalam negeri dan meningkatkan daya saing produk Indonesia.
"Industri 4.0Â merupakan upaya transformasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini produksi di industri, dimana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama," ungkapnya.
Advertisement