Sukses

Pengelola PLTU Jawa 9 dan 10 Pakai Teknologi agar Lebih Ramah Lingkungan

Menurut peraturan, standar baku mutu SOx, Partikulat, dan NOx untuk PLTU dalam tahap konstruksi masing-masing adalah 550 mg/Nm3, 100 mg/Nm3, 550 mg/Nm3.

Liputan6.com, Jakarta Pengelola PLTU Jawa 9 dan 10, PT Indo Raya Tenaga (IRT) memastikan untuk memanfaatkan teknologi ramah lingkungan dalam operasional pembangkit. Ini sebagai bentuk komitmen terhadap pemeliharaan lingkungan.

Presiden Direktur Indo Raya Tenaga Peter Widjaya mengatakan jika teknologi dimaksud, termasuk Selective Catalytic Reduction (SCR).

"Selain itu ada juga sense of achievement secara pribadi, boleh dibilang orang menggadang-gadangkan green, we are try to make it as green as possible untuk base load yang reliable," kata dia seperti melansir Antara, Kamis (8/4/2021).

Menurut peraturan, standar baku mutu SOx, Partikulat, dan NOx untuk PLTU dalam tahap konstruksi masing-masing adalah 550 mg/Nm3, 100 mg/Nm3, 550 mg/Nm3.

Namun, dengan teknologi di pembangkit Jawa 9&10, angka-angka tersebut dipangkas menjadi di bawah 350 mg/Nm3, 30 mg/Nm3, dan 128mg/Nm3, secara berurutan untuk SOx, Partikulat, dan NOx.

"Memang sudah cukup rendah, namun kami yakin akan bisa jauh di bawah itu apabila bahan bakar yang disuplai sesuai standar pabrikan," kata Peter yang didampingi Direksi IRT lainnya, Jinyoung Jeong dan Moch Chairul.

Dia mengungkapkan hal tersebut usai manajemen IRT memperoleh penghargaan Indonesia Green Award (IGA) 2021 sebagai pengelola PLTU berteknologi maju ramah lingkungan yang merupakan wujud gambaran komitmen pemeliharaan lingkungan dan prinsip dasar berbisnis.

Ia menambahkan PLTU Jawa 9&10, sebanyak 51 persen kepemilikannya berada pada PLN. Ini dinilai bentuk keberhasilan pemerintah dalam menggaet swasta dan bank-bank internasional untuk mendanai mega proyek tanpa jaminan pemerintah dan tidak membebani APBN.

"Proses project financing sangat melelahkan, belum ada preseden joint venture yang seperti ini, apalagi tahun lalu kami financial closing sewaktu pandemi," jelas dia.

 

Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai pembangunan PLTU Jawa 9&10 yang menggunakan teknologi Ultra Super Critical (USC) patut menjadi role model untuk pengembangan pembangkit yang ramah lingkungan.

Wakil Menteri KLHK Alue Dohong mengatakan keberadaan perusahaan seperti IRT memunculkan kesadaran para pengusaha untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah kerusakan alam akibat emisi atau gas buang.

Untuk itu, Alue mendorong para pengusaha yang masih abai untuk berani mengeluarkan terobosan baru dan mencegah kerusakan lingkungan seperti pengelola PLTU Jawa 9&10.

"Itu bisa membuat branding usaha-nya lebih bagus. Sebab, tidak hanya mengejar keuntungan saja. Tapi juga memperhatikan sosial juga," katanya.

Ia mengkhawatirkan terjadinya perubahan iklim secara drastis seperti banjir, kekeringan maupun peningkatan air laut apabila tidak ada bisnis yang lebih memperhatikan lingkungan.

Dalam acara yang berlangsung Rabu malam (7/4), penyelenggara IGA memberikan penghargaan kepada IRT dengan kategori perusahaan yang memelopori PLTU Nan Ramah Lingkungan dengan Teknologi Maju karena telah mampu menekan emisi udara berupa SOx, partikulat, dan NOx.