Sukses

4 Langkah KKP Cegah Paus Pilot Terdampar Massal

Koloni Paus Pilot Sirip Pendek yang terdampar sedang melakukan migrasi dan berburu makanan.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan melakukan beberapa upaya untuk menindaklanjuti hasil nekropsi yang dilakukan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (FKH Unair) terkait fenomena terdamparnya 52 Ekor Paus Pilot Sirip Pendek di Pantai Modung, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur pada 18 Februari 2021.

“Kita bisa melakukan satu langkah membuat kebijakan agar hal ini tidak terulang kembali, kalau misalnya terulang bisa kita tekan tingkat magnitusinya dan bisa jadikan benchmarking,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Tb. Haeru Rahayu, dalam konferensi pers, Senin (12/4/2021).

Berikut upaya KKP. Pertama, melakukan pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang laut dari aktivitas yang berdampak pada koridor mamalia laut. Kedua, membentuk Jejaring Penanganan Mamalia Laut Terdampar di tingkat daerah, mengacu pada Kepmen KP 79/2018 tentang Rencana Aksi Nasional Konservasi Mamalia Laut.

Ketiga yakni melakukan kajian atau identifikasi atau pemetaan habitat atau koridor penting mamalia laut. Keempat, sosialisasi dan edukasi penanganan mamalia laut terdampar di lokasi yang sering mengalami kejadian terdampar.

Serta upaya kelima, KKP akan menjalin kemitraan dan melakukan MoU dengan instansi/organisasi terkait di wilayah yang tinggi kasus keterdamparannya paus pilot.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Hasil Nekropsi

Adapun hasil Nekropsi yang dilakukan oleh FKH Universitas Airlangga, yang dilakukan oleh Drh. Bilqisthi Ari Putra, M.Si. dari bagian Histopatologi Tim FKH Universitas Airlangga terdapat empat poin utama yaitu:

a. Koloni Paus Pilot Sirip Pendek yang terdampar sedang melakukan migrasi dan berburu makanan

b. Koloni Paus Pilot Sirip Pendek dipimpin oleh betina produktif dengan kondisi lapar, lemah dan mengalami gangguan pernafasan (emfisema). Sedangkan pejantan kelaparan dan mengalami gangguan pernafasan (pneumonia granulomatosa) serta gangguan jantung (infark miokardiark).

c. Penyebab terdampar adalah disorientasi akibat kelainan otot reflektor melon pada betina utama ditunjang dengan kelaparan, serta kondisi pernafasan dan pencernaan yang kurang baik. Disorientasi terjadi ketika terjadi dinamika oseanografi seperti MJO (Madden-Julian Oscillation).

d. Penyebab kematian pada betina utama maupun pejantan adalah terjadinya kegagalan pernafasan, sedangkan pada anggota koloni yang lain kematian disebabkan dehidrasi dan kelemahan.

Selain penyebab terdamparnya paus pilot yang telah dijelaskan pada hasil nekropsi di atas, ada kemungkinan kelompok paus pilot mengikuti betina pemimpinnya yang terdampar, dan apabila betina pemimpin tidak segera dikembalikan ke laut bisa menyebabkan paus pilot lainnya terdampar.