Liputan6.com, Jakarta Tantangan terbaru dalam masalah penanganan perubahan iklim ternyata meningkatnya jumlah orang kaya yang membuat masalah ini kian rumit. Berbagai riset menunjukkan para crazy rich dunia menghasilkan emisi karbon berkali lipat lebih banyak dari penduduk biasa.
Â
Dikutip dari BBC, Rabu (14/4/2021) Data PBB mencatat, 1 persen orang terkaya dunia menghasilkan emisi karbon dua kali lipat lebih banyak daripada gabungan emisi karbon yang dihasilkan 50 persen orang termiskin.
Â
Dalam laporan PBB tersebut, data juga menunjukkan 5 persen orang paling kaya yang disebut sebagai 'elit pencemar' menyumbang pertumbuhan emisi karbon antara tahun 1999 sampai 2015.
Â
Dalam sebuah panel riset yang terdiri dari 31 lebih peneliti di Inggris, menemukan bahwa perubahan pola konsumsi oleh para orang kaya jadi kunci untuk mengatasi permasalah perubahan iklim.
Â
"Kami sepenuhnya mendukung peningkatan teknologi dan produk yang lebih efisien - tetapi jelas bahwa tindakan yang lebih drastis diperlukan karena emisi terus meningkat," ujar Prof Peter Newell, dari Sussex University yang juga merupakan salah satu bagian dalam panel penelitian tersebut.
Â
"Kita harus mengurangi konsumsi berlebihan dan tempat terbaik untuk memulai adalah konsumsi berlebihan di antara para elit pencemar," tambahnya.
Â
Menurutnya perilaku konsumsi para crazy rich dunia yang gemar berlibur dengan pesawat, mengoleksi mobil SUV mewah hingga membangun hunian luas menyumbang tumpukan emisi karbon yang sangat banyak.
Â
Newell juga mengkritisi para crazy rich yang menggunakan berbagai aksi lingkungan, seperti penanaman pohon atau mengganti mobil fosil menjadi mobil listrik, untuk menunjukkan tanggung jawabnya terhadap karbon yang dihasilkan.
Â
Menurutnya ini tidak efektif. "Namun skema ini sangat kontroversial dan tidak terbukti seiring waktu." sebut Newell.
Â
Saksikan Video Ini
2 dari 2 halaman
Jejak Karbon Para Miliarder
Analisis terhadap perilaku konsumsi crazy rich dunia dalam kaitannya dengan potensi hasilan emisi karbon juga pernah ditulis oleh akademisi dari Indiana University, Richard Wilk dan Beatriz Barros, di The Conversation.
Â
Keduanya menemukan, dari 20 miliarder dengan sejumlah kepemilikan aset mewah, rata-rata menghasilkan 8.190 ton CO2 pada 2018. Sementara pada tahun yang sama, penduduk global hanya menyumbang 5 ton CO2 per orang.
Â
Beberapa miliarder pemilik kapal pesiar mini rupanya memiliki kontribusi emisi karbon yang paling besar. Dari 20 daftar miliarder yang diteliti, pemilik emisi terbesar adalah Roman Abramovich. Ia adalah miliarder pengusaha minyak sekaligus pemilik klub sepak bola Chelsea.
Â
Ia menghasilkan 33.859 ton CO2, sebagian besar disumbangkan dari kapal pesiar pribadi serta transportasi pribadi lainnya seperti pesawat, helikopter dan mobil. Hampir 3/4 total emisi tersebut disumbangkan dari kapal pesiar mininya, yaitu 25.100 ton CO2 pertahun.
Â
Dalam analisis yang dibuat Wilk dan Barros ada juga nama miliarder kawakan Bill Gates, Jeff Bezos, Bernard Arnault hingga Elon Musk.
Â
Meski peringkat keempatnya jauh di bawah Abramovich, tetap saja mereka menghasilkan emisi karbon ratusan kali lebih banyak dari yang penduduk biasa hasilkan.
Â
Bill Gates diperkirakan menghasilkan emisi karbon sekitar 7.494 ton CO2. Sebagian besar disumbangkan dari aktivitas perjalanannya dengan kendaraan pribadi. Sementara hunian mewahnya diperkirakan menghasilkan emisi 86 ton CO2.
Â
Bos LVMH, Bernard Arnault memiliki jumlah emisi yang paling tinggi dibanding tiga miliarder lainnya. Ia menghasilkan 10.421 ton CO2, yang mana 86 persen dari jumlah tersebut disumbangkan oleh kapal pesiar mini pribadinya. Yang lain datang dari kepemilikan rumah serta kendaraan pribadi seperti jet pribadi dan mobil mewah.
Â
Sementara bos Amazon, Jeff Bezos diperkirakan menyumbang 2.224 ton CO2. Lebih dari 90 persen emisi itu dihasilkan dari perjalanannya dengan jet pribadi dan sejumlah mobil mewah.
Â
Di antara top 4 orang terkaya dunia tersebut, Elon Musk punya emisi paling kecil. Jumlah emisi Musk diperkirakan sekitar 2.084 ton CO2. Pada tahun 2018 ia diketahui mempunya 8 rumah dan sebuah pesawat pribadi.
Â
Â
Reporter: Abdul Azis Said
Â
Advertisement