Liputan6.com, Jakarta Menabung merupakan salah satu alternatif bagi para pemilik usaha dalam menjalankan bisnisnya. Biasanya uang yang ditabung dari hasil usaha tersebut disimpan di bank.
Namun sayangnya nggak semua masyarakat Indonesia mempunyai rekening bank. Padahal dengan memiliki rekening tabungan di bank, otomatis inklusi keuangan di Indonesia yang berdampak pada pengurangan angka kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat meningkat.
Baca Juga
Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat inklusi keuangan masyarakat hingga kini masih relatif rendah terutama di daerah-daerah di luar Pulau Jawa.
Advertisement
"Sebanyak 51 persen dari penduduk dewasa atau 95 juta penduduk Indonesia masih diklasifikasikan sebagai tidak memiliki rekening bank atau tidak memiliki akun lembaga jasa keuangan," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank OJK dalam diskusi virtual, Jakarta, pada Selasa (9/3).
Dari jumlah rendahnya inklusi keuangan itu menjadi tantangan terbesar Pemerintah, mengingat ternyata masih banyak masyarakat yang belum melek teknologi dan ketersediaan konektivitas internet yang masih kurang, terutama di pedesaan.
Nah diketahui pula, dari jumlah tersebut mereka yang belum memiliki rekening tabungan umumnya adalah para pedagang tradisional yang memiliki usaha warung kelontong. Untungnya sekarang ada solusi tepat yang membantu para pengusaha konvensional (pedagang tradisional) untuk menabung, dalam rangka meningkatkan inklusi keuangan.
Strategi Grassroot Tingkatkan Inklusi Keuangan
Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Teten Masduki mengatakan ada sekitar 3,5 juta warung tradisional di Indonesia yang harus digerakkan dalam satu ekosistem, seperti perluasan pasar melalui digitalisasi.
Menjawab kondisi tersebut dengan melihat peluang yang ada, Grab sebagai salah satu perusahaan teknologi terkemuka di Asia mulai menghadirkan layanan keuangan hingga ke pelosok negeri sejak tahun 2017.
Grab melihat bahwa teknologi keuangan (fintech) memegang kunci untuk membantu menekan angka kemiskinan di Tanah Air, mengurangi ketimpangan sosial, dan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Director of Financial Technology Strategy Grab Indonesia Anandhita Kasetra mengatakan bahwa fintech hadir untuk membantu perusahaan, pemilik bisnis, dan konsumen mengelola operasional mereka. Fintech juga membantu menjaga kestabilan keuangan dengan menawarkan kemudahan layanan finansial hanya melalui ponsel.
Melalui pendekatan ekosistem terbuka, Grab bekerja sama dengan mitra untuk menghadirkan produk terbaik kepada konsumen yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.
"Kami berekspansi ke dunia fintech pada 2017 dengan mengakuisisi bisnis online to offline (Kudo) menjadi GrabKios. Fokus kami pada awalnya adalah pemberdayaan warung tradisional agar pembeli bisa membeli kebutuhannya melalui aplikasi termasuk menyediakan berbagai produk digital. Kami mendorong pengadopsian produk keuangan dan memastikan bahwa kami menyediakan apa yang mereka butuhkan dengan mudah," jelas Anan.
Dengan kata lain, GrabKios memungkinkan para pemilik warung tradisional atau individu untuk menawarkan layanan digital dan keuangan. Termasuk menyoal pengiriman uang ke seluruh bank di Indonesia, pembayaran listrik dan BPJS dan isi ulang pulsa.
Advertisement
Warung Tradisional Jadi Duta Inklusi Keungan
Hingga saat ini, ada jutaan agen GrabKios di lebih dari 500 kota di seluruh Indonesia. Kehadiran GrabKios membantu mereka yang nggak memiliki rekening bank, namun tetap bisa mengakses layanan keuangan dengan cepat dan mudah.
Salah satunya adalah Sugiyati (50) yang melengkapi toko kelontongnya dengan menjadi agen GrabKios di Jayapura. Sugiyati mengaku kalau saat ini toko kelontongnya menjual produk digital, termasuk isi ulang pulsa dan transaksi digital.
"Dengan adanya layanan ini, membantu sebagian besar penjual di Pasar Lama Abepura untuk mentransfer uang dari pendapatan sehari-hari dengan mudah, tanpa harus ke bank yang jaraknya cukup jauh dari lokasi pasar," jelasnya.
Selain Sugiyati, GrabKios juga menjalankan misi inklusi keuangannya dalam ekosistem Grab, yaitu mitra pengemudi. Berdasarkan Riset Tenggara dan CSIS pada 2020, Grab berhasil meningkatkan akses mitra ke layanan keuangan.
Dari riset tersebut diketahui sebanyak 19% mitra pengemudi GrabBike dan 12% untuk mitra pengemudi GrabCar membuka rekening bank pertama mereka setelah bergabung dengan Grab. Nggak hanya itu saja, dari penghasilan yang ditawarkan Grab, mereka juga berpeluang menabung secara rutin.
Kini total ada 75% mitra GrabBike dan 69% mitra GrabCar yang menabung teratur di bank, dengan rata-rata penghematan mulai dari Rp890 ribu sampai Rp1,4 juta per bulan. Selain itu sebesar 46% mitra GrabBike, 34% mitra GrabCar, dan 50% mitra GrabFood diketahui sudah memiliki akses pinjaman yang lebih mudah setelah bergabung dengan Grab.
Hal itu terwujud karena mereka sebagai mitra Grab telah mendapat kepercayaan dari lembaga keuangan. Tentunya ini menjadi keuntungan yang baik bagi mitra Grab, bukan sekadar untuk melakukan pinjaman, tapi sekaligus memperbesar peluang mereka dalam mengembangkan bisnis.
Buka Peluang untuk Penyandang Disabilitas
Di tengah kemajemukan Indonesia, Grab bukan hanya hadir untuk para pedagang tradisional dan mitra pengemudinya saja. Grab ikut memberikan peluang bagi para penyandang disabilitas untuk mendapatkan pendapatan di tengah keterbatasan mereka.
Pada Desember 2020, Grab menjalin kerja sama dengan Kominfo dan Komunitas Koneksi Inklusi Indonesia (Konekin) untuk membuka peluang bagi penyandang disabilitas.
Kerja sama itu berkaitan dengan rangkaian pelatihan untuk membekali penyandang disabilitas, agar dapat menemukan peluang penghasilan sebagai mitra agen GrabKios.
Ternyata program pelatihan dari hasil kolaborasi Grab dengan Kominfo dan Konekin memang benar bermanfaat. Hal itu diakui oleh Gilang Rizky Hendrayana, penyandang disabilitas netra yang menjadi mitra agen GrabKios.
"Selama hidup saya, nggak pernah saya membayangkan bisa memanfaatkan platform digital. Dengan mengikuti pelatihan ini, saya mendapat harapan baru bahwa disabilitas netra seperti saya, ternyata dapat melakukan banyak hal. Dengan GrabKios, saya berharap banyak penyandang disabilitas dapat menemukan peluang bisnis sehingga mereka dapat #TerusUsaha dan bertahan di tengah pandemi melalui digitalisasi," jelasnya.
Advertisement
Akses Asuransi yang Mudah dan Terjangkau
Pada 2018 Grab sempat meluncurkan pinjaman mikro, perlindungan asuransi, dan layanan keuangan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan unik para mitra pengemudi.
Anan mengungkapkan bahwa Grab berusaha memahami riwayat pendapatan mitra pengemudinya, dengan memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan atau pembayaran pendidikan yang tidak terduga.
"Kami memperkirakan bahwa 1 dari 4 penerima akan ditolak oleh bank tradisional karena mereka tidak memenuhi jumlah minimum karena keterbatasan jumlah pendapatan. Banyak juga yang ditolak bank karena tidak bisa memenuhi syarat yang dibutuhkan," jelas Anandhita.
Tiga tahun kemudian, Grab yakin bahwa kini posisinya berada di puncak misi inklusi keuangan. Namun Grab kembali dihadapkan kembali pada tantangan besar.
Di tengah pandemi, inklusi keuangan di Indonesia merosot karena kepemilikan asuransi masyarakat yang masih rendah. Oleh karena itu, masyarakat menghadirkan solusi layanan keuangan digital inovatif.
"Layanan keuangan digital inovatif ini dapat diakses dan terjangkau. Mengingat iklim saat ini, maka penting bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki asuransi yang lebih baik," kata Anandhita.
Untuk melengkapi kebutuhan tersebut sekaligus mendukung proteksi masyarakat Indonesia, Grab meluncurkan Community Cover, produk asuransi penyakit kritis pertamanya yang bekerja sama dengan PFI Mega Life.
Asuransi ini menawarkan penanggungan untuk 36 penyakit kritis. Community Cover memiliki beberapa fitur inovatif, termasuk struktur premium yang tidak tetap.
Ya, kamu sebagai pengguna dapat membayarkan premi bulanan yang kompetitif, yaitu mulai dari Rp20 ribu per bulan, ditambah adanya diskon bulanan tergantung pada jumlah peserta program dan jumlah klaim di bulan sebelumnya.
Meski demikian, upaya Grab untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui peningkatan inklusi keuangan masih belum selesai. Namun Grab hingga saat ini secara teratur melakukan sejumlah survei terkait pengalaman dari pelayanan Grab yang dihadirkan melalui platform-nya.
"Saat ini kondisi berubah dan kami juga perlu perubahan untuk penyesuaian. Kami ingin memastikan semua orang memperoleh manfaat dan solusi keuangan lebih di era digital seperti sekarang ini, agar kehidupan masyarakat Indonesia jadi lebih baik," tutup Anan.
(Adv)