Sukses

Mengintip Kemana Aliran Harta CEO Facebook Mark Zuckerberg, Miliarder yang Kian Kaya Raya di Tengah Pandemi

Mark Zuckerberg dinobatkan sebagai salah satu dari 5 orang paling kaya di dunia berkat kesuksesan Facebook.

Liputan6.com, Jakarta Di tengah serangkaian tantangan baru usai ramainya isu rasisme dan misinformasi di media sosial, Mark Zuckerberg adalah orang pertama yang sering jadi sorotan dan dipanggil regulator.
 
Meski begitu, sebagai pemilik jaringan media sosial terbesar dunia, dari Facebook, Instagram hingga WhatsApp, Mark Zuckerberg  termasuk salah satu orang paling kaya sejagat.
 
Ia mulai menapaki karirnya di daftar orang terkaya dunia setelah kesuksesan Facebook melantai di bursa saham New York pada Mei sembilan tahun silam.
 
Dikutip dari Business Insider, Jumat (23/4/2021) saat itu, IPO Facebook dinobatkan sebagai yang terbesar dalam sejarah IPO perusahaan teknologi.
 
Kekayaannya saat ini mencapai USD 110 miliar atau sekitar Rp 1.595 triliun berdasarkan data Forbes 20 April 2021.
 
Setelah hampir dua dekade membawa Facebook merajai industri media sosial dan teknologi, uniknya Zuckerberg hanya meminta untuk digaji USD 1 atau sekitar Rp 14.500 dalam setahun.
 
Meski kemudian diketahui Facebook menghabiskan lebih banyak uang untuk biaya keamanannya, hampir USD 23,4 juta.
 
Pandemi 2020 yang jadi berkah bagi banyak miliarder juga turut dirasakan Zuckerberg.  Nilai kekayaannya berhasil menyentuh USD 100 miliar, nilai yang belum pernah dicapai sebelumnya.
 
Ini berkat peningkatan konsumsi media sosial selama pandemi, ditambah Instagram juga merilis fitur barunya, Reels untuk menandingi TikTok. 
 
Sekalipun memiliki harta berlimpah, Mark Zuckerberg bersama istri dan dua putrinya terkenal dengan gaya hidupnya yang sederhana.
 
Pria yang akan berusia 37 tahun bulan depan ini sering kali bepergian dengan pakaian sederhana. Mengenakan atasan kaos dan beberapa kali memakai jaket serta jeans biasa, namun beberapa media mengungkap pakaian biasa itu memiliki harga yang jauh lebih mahal dari persepsi banyak orang.
 
Zuckerberg juga dikenal suka mengemudikan mobil yang relatif murah. Dia terlihat sering menggunakan Acura TSX dan Honda Fit, keduanya diketahui memiliki harga USD 30.000 atau sekitar Rp 435 juta. Termasuk mobil lamanya, Volkswagen Golf GTI hitam yang dibeli saat pertama kali meraup untung.
 
Meski begitu, ia tetap tertarik untuk mengoleksi mobil mewah. Dia telah menghabiskan banyak uang untuk membeli satu mobil sport Pagani Huayra Italia yang dijual sekitar USD 1,3 juta atau sekitar Rp 18,8 miliar.
 

Saksikan Video Ini

2 dari 3 halaman

Hobi Koleksi Properti

Sekalipun Zuckerberg cukup berhemat untuk mengoleksi kendaraan, tapi ini tampaknya berbeda dengan properti. Pada Mei 2011, dia membeli rumah seluas 464 meter persegi di Palo Alto, California seharga USD 7 juta.
 
Setahun kemudian, ia diketahui membeli beberapa properti di sekitar rumahnya itu. Dengan menghabiskan hingga USD 30 juta untuk membeli empat rumah dan merenovasinya.
 
Termasuk sebuah Townhouse di tengah kota San Fransisco, dengan luas 510 meter persegi dan menghabiskan biaya USD 1 juta untuk merenovasi.
 
Bukan hanya itu, ia juga memiliki dua properti yang berlokasi di danau Tahoe, yang letaknya berada di perbatasan California dan Nevada.
 
Dua properti itu ditaksir bernilai USD 59 juta. Salah satunya diketahui berupa rumah dengan luas 486 meter persegi, yang berdiri di atas lahan seluas enam hektar dan memiliki dermaga pribadi.
 
Di luar California, Zuckerberg juga membeli hunian mahal di Hawaii. Ia membeli lahan seluas 144 Hektar yang merupakan bekas perkebunan tebu, serta resort dengan pantai pasir putih seluas 159 hektar, yang keduanya di pulau Kauai.
 
Tetapi kehadiran pasangan itu di Hawaii telah menuai reaksi negatif selama bertahun-tahun. Pada tahun 2016, Zuckerberg sempat berselisih dengan tetangganya karena ia membangun tembok setinggi hampir 2 meter di sekeliling propertinya.
 
Setahun kemudian, Zuckerberg mengajukan gugatan terhadap satu keluarga yang mengklaim kepemilikan sah atas sebidang tanah di dalam propertinya. Meskipun dia telah membatalkan gugatannya, atas kejadian itu penduduk setempat mencapnya sebagai 'neokolonialisme'.
 
3 dari 3 halaman

Mendonasikan Hartanya

Belanja hunian mewah, menggunakan pakaian sederhana namun mahal atau membeli sebuah kendaraan mewah hanyalah sebagian kecil dari total harta yang dimiliki Zuckerberg. Di samping itu, ia tampaknya cukup ambisius untuk menyumbangkan hartanya.
 
Bersama ratusan jutawan dan miliarder dunia, Zuckerberg juga ikut menuliskan janjinya di situs Giving Pledge.
 
Situs yang banyak dipakai para carzy rich dunia menuliskan janji untuk menyumbangkan hartanya, termasuk Jeff Bezos, Bill Gates hingga Warren Buffett.
 
Pada tahun 2017 silam, Zuckerberg juga mengungkapkan rencananya untuk menjual 35 hingga 75 juta lembar sahamnya untuk mendanai Chan Zuckerberg Initiative(CZI). Rencana penjualan ini akan dilakukannya selama 18 bulan berikutnya, dengan total potensi pendapatan USD 6 miliar hingga 12 miliar.
 
CZI merupakan organisasi filantropi yang didirikan Zuckerberg bersama istrinya, Priscilla Chan pada tahun 2015. Tujuannya beragam, mulai dari memberi akses pembelajaran gratis, layanan kesehatan hingga pemberdayaan komunitas. Sampai saat ini, CZI telah menyalurkan USD 2 miliar atau sekitar Rp 29 triliun dana hibah.
 
Organisasi itu juga telah menggelontorkan USD 4,2 juta atay sekitar Rp 60 miliar ke dalam program pelatihan kerja bagi penduduk Kauai di Hawai. Dan berkomitmen menyumbang USD 1 juta atau sekitar Rp 14,5 miliar untuk membantu wilayah itu memerangi virus corona.
 
Zuckerberg dan Chan juga telah menggelontorkan miliaran dolar untuk penelitian yang berfokus pada penyembuhan penyakit. Untuk mencapai tujuan ini, CZI meluncurkan organisasi nirlaba bernama Biohub untuk melakukan berbagai penelitian, termasuk penelitian tentang genomik, penyakit menular, dan perangkat implan.
 
"Pada dasarnya kita akan dapat mengelola atau menyembuhkan semua hal utama yang diderita orang dan meninggal hari ini. Berdasarkan data yang sudah kita lihat, sepertinya ada bidikan yang masuk akal. " mengatakan kepada The New Yorker pada tahun 2018.
 
 
Reporter: Abdul Azis Said
Â