Liputan6.com, Jakarta Raksasa startup pesan antara makanan asal China, Meituan belum lama ini mengumumkan pengumpulan dana baru sebesar USD 10 miliar atau lebih dari Rp 145 triliun. Suntikan dana itu akan dipakai perusahaan untuk mendanai pengembangan teknologi bisnisnya.
Â
Dikutip dari AP News, Sabtu (1/5/2021) Meituan mengumpulkan investasi tersebut lewat penerbitan obligasi konversi serta penerbitan tambahan saham di bursa Hongkong.
Â
Meituan berhasil mengumpulkan USD 6,6 miliar atau sekitar Rp 95 triliun dari penerbitan tambahan 187 juta lembar saham baru.
Â
Perusahaan juga mendapat dana USD 3 miliar atau sekitar Rp 43,5 triliun dari penerbitan dua tranche obligasi konversi.
Â
Sementara itu, mereka juga mendapat dana USD 400 juta atau sekitar Rp 5,8 triliun dari penjualan sejumlah saham yang merupakan saham mayoritas perusahaan kepada Tencent Holdings.
Â
Dengan dana baru tadi, perusahaan berencana untuk mengalokasikannya untuk mendukung penelitian dan pengembangan kendaraan otonom, pengiriman dengan teknologi drone, dan teknologi lainnya yang mendukung inovasi layanan pesan antar makanan dan barang belanjaan.
Â
Selama setahun terakhir, Meituan juga telah berinvestasi secara agresif dalam pesan antar ritel grosir dan pembelian berbasis kelompok.
Â
Perusahaan mencoba bersaing dengan raksasa seperti Alibaba dan Pinduoduo di sektor-sektor yang sedang berkembang di pasar domestik China.
Â
Namun, Investasi agresif untuk mendapatkan pangsa pasar di sektor-sektor baru e-commerce ini harus dibayar mahal.
Â
Laba kuartal keempat Meituan tahun lalu merosot 250 persen, dengan kerugian bersih mencapai USD 330 juta. Hingga saat ini, Meituan memiliki valuasi pasar sekitar USS 217 miliar atau sekitar Rp 3.146 triliun.
Â
Saksikan Video Ini
2 dari 2 halaman
Tren Belanja Berkelompok
Meituan bukan hanya terkenal dengan layanan pesan antar makanannya, namun juga menyedialan layanan ritel online yang terhubung dengan layanan pengantar khusus. Dalam beberapa tahun terakhir, Meituan juga mengembangkan model baru belanja berbasis kelompok yang sedang berkembang pesat di China.
Â
Model baru ini memungkinkan konsumen yang tinggal di lingkungan yang sama, secara kolektif membeli bahan makanan atau barang lain dalam jumlah besar untuk mendapatkan diskon. Model ini terutama populer di kota-kota kecil di China, pasalnya dapat menghemat biaya pengiriman dan penyimpanan.
Â
Konsep baru berbelanja online ini bukan hanya diisi oleh Meituan, namun juga jadi rebutan raksasa e-commerce China lainnya. Seperti Alibaba, Pinduoduo, JD.com hingga Didi.Â
Â
Hal ini tidak mengherankan, pasalnya nilai dari pasar grosir di China merupakan yang terbesar di dunia. Dikutip dari Technode, sektor grosir China diperkirakan bernilai USD 1,8 triliun atau lebih dari Rp 26.000 triliun menurut penelitian dari lembaga riset IGD.
Â
Goldman Sachs memperkirakan pembelanjaan grosis di China saat ini sekitar 20 persen telah dilakukan melalui platform online. Dan memproyeksikan pada tahun 2025 mendatang, hampir setengahnya sudah berpindah serba online dan mencapai penjualan sekitar USD 1 triliun.
Â
Â
Reporter: Abdul Azis Said
Â
Advertisement