Sukses

Pekerja dari 3 Negara Ini Rela Pindah ke Indonesia Demi Bekerja, Mana Saja?

Berdasarkan survei ketertarikan pekerja asing untuk bekerja di Indonesia mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan survei ketertarikan pekerja asing untuk bekerja di Indonesia mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Tahun 2020 daya tarik Indonesia bagi pekerja global menempati rangking 53. Naik dari tahun 2014 ada di urutan 63 dan tahun 2018.

"Ternyata ada peningkatan ketertarikan pekerja global untuk bekerja di Indonesia tahun 2020 dibandingkan tahun 2014," kata Chief Marketing Officer at SEEK Asia, Ramesh Rajandran, dalam Media Gathering Jobstreet : Patner Karier Kini dan Nanti, Jakarta, Kamis (22/4).

Pekerja asal Malaysia, Jepang dan Singapura menjadi tiga negara asal pekerja global yang ingin bekerja di Indonesia. Bahkan mereka rela pindah ke Indonesia untuk bisa bekerja di sini.

"Pekerja Malaysia, Singapura dan Jepang itu bahkan mereka mau pindah ke Indonesia," katanya.

Tak hanya itu beberapa negara di luar Asia pun berminat bekerja di tanah air. Antara lain, Ghana, Bulgaria, Belanda, Australia hingga Mesir.

"Ada juga pekerja dari Eropa Timur dan Australia yang berminat bekerja di Indonesia," kata dia.

Peningkatan ini juga didorong perkembangan teknologi digital. Tren bekerja jarak jauh (remote) juga mendukung peningkatan. Sebab tidak sedikit dari mereka yang ingin bekerja untuk perusahaan yang ada di Indonesia tanpa perlu pindah secara fisik.

"Jadi kerja di perusahaan Indonesia tetapi mereka bekerja dari negara masing-masing," kata Ramesh.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Jakarta Masuk Daftar Kota Termahal bagi Pekerja Asing, Peringkat Berapa?

Hong Kong kembali menyandang kota termahal di dunia bagi pekerja asing (ekspatriat) tinggal dan bekerja. Ini terkuak dari laporan terbaru bertajuk, Survei Cost of Living Mercer 2020.

Melansir laman CNBC, Kamis (11/6/2020), laporan tersebut menyoroti dampak ekonomi pandemi Virus Corona terhadap ekspatriat. 

Penelitian, yang memeringkat 209 kota di seluruh dunia, dilakukan pada Maret 2020, ketika pandemi ini menyebar terjadi secara global.

Dari daftar tersebut juga masuk Ibukota Indonesia, Jakarta. Ternyata, Jakarta naik 19 peringkat pada tahun ini ke posisi 86 dibandingkan 2019. Ini juga terjadi pada Manila, Filipina yang naik 29 peringkat ke posisi 80 di 2020.

Fluktuasi mata uang uang masih menjadi pemicu mahalnya kota-kota tersebut. Pelemahan mata uang bersanding dengan Dolar AS dan kenaikan harga barang serta jasa membuat kota-kota Asia Tenggara menjadi mahal.   

Meski Dolar mulai melemah dalam beberapa pekan terakhir, setelah terjadi intervensi moneter dari bank sentral yang bertujuan menopang perekonomian global.

Selain Hong Kong, Ashgabat, Turkmenistan masuk ke posisi kedua. Melompat lima peringkat dari tahun sebelumnya.

Ibukota Jepang, Tokyo menempati urutan ketiga dalam daftar 10 besar. Daftar didominasi kota-kota di Asia.

Ini termasuk Singapura (posisi ke-5) dan kota-kota besar Cina seperti Shanghai (posisi ke-7) dan Beijing (posisi ke-10).

Sementara itu, Eropa diwakili 3 kota Swiss yang berada pada posisi teratas. Zurich (posisi 4); Bern (posisi 8); dan Jenewa (posisi 9). Kota New York adalah satu-satunya kota di AS yang muncul dalam daftar 10 besar.

3 dari 3 halaman

Pandemi Bebani Perusahaan

Survei Biaya Hidup tahunan ke-26 Mercer, mengukur biaya akomodasi dan harga barang dan jasa secara lokal, dirancang untuk membantu perusahaan dan pemerintah menentukan paket pembayaran bagi karyawan asing.

Pandemi dikatakan telah sangat membebani strategi perekrutan dan penempatan pekerja di perusahaan pada tahun ini

Kepala Praktik Mobilitas Global, Perusahaan konsultan untuk UK dan Irlandia, Kate Fitzpatrick, mengaku yakin penugasan internasional akan dilanjutkan ketika negara-negara dibuka kembali.

“Jika melihat ke depan ketika akses perjalanan dibuka, ada harapan bahwa pekerja asing yang keluar dari posisinya akan kembali ke lokasi semula, dan penugasan baru akan dimulai sesuai rencana semula,” jelas dia.

Namun, dengan kejatuhan ekonomi yang diperkirakan akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan, Fitzpatrick mengatakan bahwa pengusaha dan karyawan akan memastikan paket yang ditawarkan mencerminkan keadaan baru mereka.