Liputan6.com, Jakarta - Program Kartu Prakerja banyak memberikan perubahan kepada penerima. Contohnya adalah Stevenly Rio Loginsi (42) dari Manado dan Ubaidillah (31) dari Serang (Banten).
Direktur Eksekutif PMO Kartu Prakerja Deni Puspa Purbasari bercerita, Ubai sebelumnya bekerja serabutan, sedangkan Rio hanya sebagai satpam. Kedua orang ini, kini sudah mendapatkan pekerjaan yang layak. Bahkan salah satunya, menjadi manajer di perusahaan telekomunikasi.
"Ini contoh konkrit alumni Kartu Prakerja. Ada Ubay dari Serang, dia ini pekerjaannya serabutan pernah jadi kuli bangunan. Kemudian ada Rio, awalnya juga satpam, lalu dirumahkan. Dia sempat ngojek untuk menopang hidup. Kemudian kedua orang ini ikut Kartu Prakerja," ujarnya, Kamis (22/4/2021).
Advertisement
Deni menjelaskan, Ubai mengambil pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), autocad dan akuntansi keuangan. Adapun Rio mengambil pelatihan digital marketing, photoshop, Facebook dan Instagram marketing optimization.
Saat ini, kata Deni, Ubai sudah bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi. Dia bekerja sebagai petugas audit yang mengecek dan memastikan posisi antena pemancar.
"Karena dia seorang pecinta alam ketinggian bukan isu buat dia. Sekarang dia bekerja sebagai audit posisi antena apakah mengarah kepada posisi yang tepat," katanya.
Sementara itu Rio, kini menduduki jabatan sebagai manajer di salah satu perusahaan telekomunikasi. Dia membawahi 7 kabupaten atau kota di Sulawesi Utara.
Padahal pendidikan Rio hanya lulusan SMA, namun dengan semangat tinggi dan berbekal sertifikat Kartu Prakerja dia berhasil menggapai mimpi.
"Rio ini hanya lulusan SMA, tapi dia tidak menyerah. Mereka berdua sama-sama berlatih dengan serius menggunakan sertifikat untuk mendaftar pekerjaan. Tentu saja kunci sukses bukan pelatihan dan sertifikatnya, tapi tergantung bagaimana mereka membawa diri mereka," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kepesertaan 29 Ribu Penerima Kartu Prakerja Gelombang 12-14 Dicabut
Sebelumnya, Manajemen Pelaksana (PMO) Kartu Prakerja mencatat sudah mencabut sebanyak 29 ribu peserta Kartu Prakerja mulai dari gelombang 12 hingga 14 yang tidak melakukan pembelian pelatihan pertama.
“Dari gelombang 12-14 ada sekitar 29 ribu orang yang dicabut kepesertaannya,” kata kata Head of Communications Manajemen Pelaksana Program (PMO) Kartu Prakerja, Louisa Tuhatu, kepada Liputan6.com, Selasa (20/4/2021).
Padahal PMO selalu mengingatkan para peserta melalui website resmi Kartu Prakerja dan media sosial Instagram @prakerja.go.id terkait batas pembelian pelatihan pertama. Namun tetap saja banyak peserta yang tidak membeli pelatihan.
Biasanya PMO akan menginformasikan kepada peserta Kartu Prakerja 3 hari sebelum batas pembelian pelatihan pertama ditutup. Jika peserta tetap tidak membeli pelatihan tersebut mau tidak mau akan dicabut kepesertaannya secara otomatis.
Pencabutan sesuai dengan peraturan Permenko No. 11 Tahun 2020, dimana setiap penerima Kartu Prakerja memiliki waktu 30 HARI untuk membeli pelatihan pertama sejak mendapat SMS pengumuman dari Kartu Prakerja.
“Ini sangat menyedihkan karena banyak orang yang sangat ingin bergabung tetapi tidak lolos seleksi. Yang sudah lolos malah tidak memanfaatkannya,” ungkap Louisa.
Adapun PMO hingga kini mencatat sebanyak 11.000 peserta Kartu Prakerja gelombang 15 belum melakukan pembelian pelatihan pertama sejak dinyatakan lolos dari pendaftaran.
“Sekitar 11 ribu. Di setiap gelombang selalu ada saja yang tidak membeli pelatihan pertama sehingga terpaksa kami cabut kepesertaannya dan mereka tidak akan bisa mengikuti Program Kartu Prakerja lagi,” jelasnya.
Demikian peserta Kartu Prakerja gelombang 15, PMO memberikan waktu hingga Kamis 22 April untuk segera mengikuti pelatihan.
“Batas akhir pembelian pelatihan pertama bagi penerima Kartu Prakerja Gelombang 15 adalah tanggal 22 April 2021 pukul 23.59 WIB,” keterangan di Instagram @prakerja.go.id.
Advertisement