Liputan6.com, New York- Harga minyak mentah dunia naik seiring munculnya kekhawatiran produksi minyak mentah yang lebih rendah di Libya, mengimbangi ekspektasi bahwa meningkatnya kasus virus korona di India dan Jepang akan menyebabkan permintaan energi menurun.
Melansir laman Financial Post, Jumat (23/4/2021), harga minyak Brent berjangka naik tipis 8 sen, atau 0,1 persen menjadi USD 65,40 per barel. Sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) naik 8 sen, atau 0,1 persen menjadi USD 61,43.
Baca Juga
Libya mengatakan produksi minyaknya turun menjadi sekitar 1 juta barel per hari dalam beberapa hari terakhir dan bisa turun lebih jauh karena masalah anggaran.
Advertisement
“Pasar menyadari bahwa kembalinya permintaan minyak secara global tidak dapat datang tanpa kembalinya ekonomi terbesar dunia,” kata Bjornar Tonhaugen, Kepala Pasar Minyak di Rystad Energy.
Dikatakan jika India kian mendekati ke krisis mata uang utama dipicu jumlah infeksi Covid-19 yang membuat rekor baru setiap hari.
India, pengguna minyak terbesar ketiga di dunia, melaporkan peningkatan harian tertinggi di dunia hingga saat ini dengan 314.835 kasus virus korona baru.
Kilang Indian Oil Corp Ltd (IOC) beroperasi pada sekitar 95 persen dari kapasitasnya, turun dari 100 persen pada waktu yang sama bulan lalu.
Jepang, importir minyak nomor 4 dunia, diperkirakan akan mengumumkan gelombang penguncian ketiga yang mempengaruhi Tokyo dan tiga prefektur barat, media melaporkan.
"Sentimen bearish yang mendasari juga dipicu oleh kemajuan pembicaraan antara Iran dan kekuatan dunia untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015," kata analis minyak PVM Tamas Varga.
Analis mengatakan Iran memiliki potensi untuk menyediakan sekitar 1-2 juta barel per hari (bph) tambahan pasokan minyak jika kesepakatan tercapai.
Setiap peningkatan pasokan dari Iran akan berada di atas barel ekstra yang sudah diharapkan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia.
Ini sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC +, yang berencana untuk mengembalikan sekitar 2 juta barel per hari produksi selama tiga tahun berikutnya.
Anggota OPEC + akan bertemu minggu depan tetapi perubahan besar pada kebijakan produksi tidak mungkin terjadi, kata wakil perdana menteri Rusia dan sumber OPEC +.
Saksikan Video Ini
Kurangi Emisi
Sementara itu, Bank Sentral Eropa, membiarkan kebijakan tidak berubah seperti yang diharapkan, menjaga aliran stimulus yang berlebihan bahkan seperti prediksi rebound dalam ekonomi zona euro dalam beberapa bulan mendatang karena pembatasan pandemi dicabut.
Di Amerika Serikat, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah 13 bulan pada minggu lalu.
Sementara saat pemulihan pasar tenaga kerja semakin cepat, bendera merah muncul di pasar perumahan dengan penjualan rumah yang sebelumnya dimiliki turun ke level terendah tujuh bulan pada bulan Maret.
Dalam jangka panjang, permintaan minyak diperkirakan akan terpukul karena lebih banyak negara mengadopsi kebijakan untuk memerangi perubahan iklim.
Amerika Serikat dan negara-negara lain menaikkan target mereka untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada pertemuan puncak iklim global yang diselenggarakan oleh Presiden Joe Biden. Sebuah acara yang dimaksudkan untuk menghidupkan kembali kepemimpinan AS dalam perang melawan pemanasan global.
Biden mengungkapkan tujuan untuk mengurangi emisi hingga 50 persen -52 persendari tingkat tahun 2005.
Jepang hampir menggandakan targetnya untuk mengurangi emisi karbon menjadi 46 persen pada tahun 2030.
Advertisement