Sukses

Ini Strategi BSI Kembangkan Digitalisasi Perbankan Syariah

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Hery Gunardi blak-blakan mengungkapkan kelemahan yang dimiliki perbankan syariah dibandingkan konvensiona

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Hery Gunardi blak-blakan mengungkapkan kelemahan yang dimiliki perbankan syariah dibandingkan konvensional. Menurutnya, kelemahan itu ada di pemanfaatan teknologi digital yang belum secanggih perbankan konvensional.

"Untuk menjawab tantangan, bahwa memang salah satu kekurangan atau kelemahan syariah itu dari sisi teknologi digital," ucapnya dalam acara Sarasehan Industri Jasa Keuangan, Jumat (23/4/2021).

Kendati demikian, seluruh lembaga perbankan syariah, termasuk BSI dipastikan telah menyadari akan kelemahan tersebut. Yakni dengan terus berbenah untuk melengkapi ekosistem digital untuk mendukung peningkatan operasional bisnis.

"Alhamdulillah sebenarnya BSI sudah mempunyai BSI Mobile, cukup bagus, dari sisi ekosistem transaksi keuangan perbankannya bagus bisa untuk payment, transfer, booking, dan seterusnya," bebernya.

Selain menghadirkan layanan keuangan secara digital, BSI Mobile juga telah memiliki fitur-fitut lainnya untuk memberikan nilai tambah lebih terhadap nasabah. Dari sisi spiritual, BSI mobile bisa menunjukkan waktu solat, arah kiblat, informasi terkait ayat suci yang mesti dibaca, hingga menghadirkan ekosistem ZISWAF untuk bayar zakat dan wakaf.

"Dan ini kita sudah pakai dalam beberapa tahun ini dan hasilnya bisa disumbangkan lagi untuk kepentingan masyarakat. Jadi, kalau bapak/ibu lewat Tol Cipularang yang mau ke Bandung itu ada dua masjid yang dibangun oleh Bank Syariah Mandiri waktu itu dan itu bagian dari zakat/sedekah yang kita kumpulkan melalui teknologi digital yang dimiliki BSI," contohnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Terus Berinovasi

Hery menambahkan, BSI juga terus berinovasi dengan merambah bisnis baru yang sebelumnya tidak dilakukan oleh perbankan syariah masa lalu. Yakni menghadirkan pembiayaan korporasi dalam beberapa waktu mendatang.

"Pembiayaan korporasi kita masih lemah dan history masa lalu memang modalnya kecil, tapi sekarang modalnya BSI mungkin sekitar Rp23 triliun, mungkin nanti kalau bisa right issue di tahun depan dan juga akan menuju ke BUKU IV tentunya modal makin kuat kita bisa melakukan banyak pembiayaan dari sisi proyek yang besar-besar dan aman. Selain itu, pembiayaan komersial dan tentunya fokus ke UMKM, consumer serta pembiayaan kepada pesantren," tandasnya.

Sulaeman

Merdeka.com