Sukses

Produsen Jamin Pasokan Gula Rafinasi, IKM Bisa Bernafas Lega

Pulihnya industri makanan dan minuman ini terlihat dari meningkatnya permintaan gula rafinasi sebagai bagan baku industri.

Liputan6.com, Jakarta - Industri makanan dan minuman (mamin) khususnya skala kecil dan menengah (IKM) optimis bisa kembali bangkit dari pandemi covid-19. Hal ini didukung oleh ketersediaan bahan baku industri ini seperti gula rafinasi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Ketua Asosiasi Gula Rafinasi (AGRI) M. Yamin Rahman dalam diskusi bertajuk AGRI Ngobrol bareng Koperasi dan IKM Pengguna GKR di Batu, Malang, Jawa Timur (22/4/2021). 

Yamin mengungakpakan sinyal pulihnya industri makanan dan minuman ini terlihat dari meningkatnya permintaan gula rafinasi sebagai bagan baku industri.

"Permintaan GKR dari IKM mulai meningkat sejalan dengan mulai membaiknya perekonomian nasional," kata dia dikutip Jumat (23/4/2021).

Dia pun memastikan kesiapan seluruh industri pemasok gula rafinasi untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan nasional. Sehingga tidak perlu ada kekhawatiran dari pelaku industri dalam negeri akan kekurangan gula rafinasi.

"AGRI berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan IKM dalam bentuk mensuport penuh kebutuhan GKR dari IKM,” ungkapnya.

Cukupnya pasokan gula rafinasi disampaikan langsung oleh pelaku industri makanan, salah satunya Tjokro Tjahyono yang merupakan pemilik industri makanan ringan dengan merk dagang Happy Tos di Malang. Dia menyebut pasokan gula rafinasi aman tanpa kendala.

"Lancar-lancar saja. Pengiriman juga cepat. Paling lama dua hari sudah sampai di Malang," ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Tak Perlu Impor

 

Dengan melihat pasokan gula rafinasi yang mencukupi, maka tidak perlu ada tambahan impor hingga akhir tahun ini. Adanya impor gula ini justru dikhawatirkan akan membuat petani dalam negeri khawatir.

Menurut Ketua DPD APTRI Kebon Agung, Malang, Dwi Irianto, bila kuota impor gula rafinasi ditambah, ia justru khawatir itu malah merembes ke pasar konsumsi dan mengganggu industri gula berbasis tebu rakyat khususnya di Jawa Timur.

"Stok gula petani sisa giling 2020 masih ada 42 ribu ton. Yang jadi masalah saat ini adalah perembesan dengan modus adanya over sak/ penggantian karung gula rafinasi menjadi gula kristal putih," sebut dia.

Sementara itu, Ketua Umum APTRI, Soemitro Samadikoen mengungkapkan produksi di Jawa Timur berkisar antara 1-1,1 juta ton. Dengan adanya tambahan dari impor maka produksi di Jawa Timur menjadi 1,3 juta ton GKP. Sementara, peruntukan konsumsi gula di Jawa Timur kurang lebih hanya 450 ribu ton.

"Tolong yang minta izin impor itu tolong buktikan bahwa itu murni kebutuhan mamin. Kalau diperlukan kami para petani siap untuk ketemu dengan pihak minta impor untuk industri mamin, tunjukan industri mana yang mengalami kekuarangan," tutup dia.