Sukses

Meski Berambisi Bawa Manusia ke Mars, Elon Musk Peringatkan Perjalanan Luar Angkasa Berisiko Tinggi

Elon Musk menyebut perjalanan ke luar angkasa beresiko tinggi bahkan bisa membahayakan nyawa. Karena itu, menurutnya ini bukan hanya perjalanan biasa melainkan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu.

Liputan6.com, Jakarta Elon Musk, CEO Tesla mendirikan SpaceX pada tahun 2002, dan sejak saat itu telah berambisi untuk mengantarkan manusia ke luar angkasa. Tapi kenyataannya tidak semudah itu, Musk mengungkap realitanya.
 
Dikutip dari Fox Business, Minggu, (22/4/2021)  perjalanan ke ruang angkasa yang dalam beberapa bulan terakhir jadi rebutan para orang kaya untuk dicicipi, Elon Musk menyebutnya penuh tantangan. Bahkan beresiko mengancam nyawa orang yang melakukannya.
 
"Anda mungkin mati, rasanya tidak nyaman dan mungkin tidak akan mendapatkan makanan yang enak," kata Elon Musk kepada Peter Diamandis, pendiri dan ketua X Prize Foundation, yayasan yang aktif memberikan penghargaan untuk penemuan-penemuan ilmiah.
 
Sambil sedikit tertawa, Elon Musk menyebut iklan penawaran perjalanan ke luar angkasa seharusnya mengungkap realita tersebut. Bahwa menuju Bulan atau Mars adalah perjalanan yang sulit, bahkan menyebutnya "anda mungkin tidak akan kembali hidup-hidup,"
 
Dengan resiko tersebut, ia juga menambahkan misi ke luar angkasa bisa saja mempertaruhkan adanya korban jiwa, sebelum berhasil membuahkan penemuan yang gemilang. Karenanya, ia menyebut misi ini tidak bisa dilakukan semua orang dan hanya untuk relawan.
 
Perusahaan luar angkasa Elon Musk, SpaceX telah meluncurkan lebih dari 100 roket selama satu dekade terakhir dalam upayanya untuk membawa wisatawan ke Bulan dan Mars. Meski kemudian sejumlah prototipe tak berawak telah gagal dan terbakar.
 
Ambisinya untuk membangun peradaban di Mars mulai diungkapkan ke publik sejak tahun 2015. Musk membahas cita-citanya untuk bisa membangun kota di Mars, setelah SpaceX berhasil mendaratkan roket Falcon 9 miliknya di Mars di penghujung 2015.
 
Dua tahun berselang, Elon Musk kemudian menerbitkan sebuah makalah pada bulan Juni 2017, yang berisi idenya untuk menjadikan manusia sebagai spesies multi-planet. Menyusun rencana untuk memiliki sebanyak 1 juta manusia yang akan tinggal di Mars.
 
Musk memperkirakan pada bulan Desember tahun lalu, bahwa perusahaannya akan memiliki manusia di Mars pada tahun 2026.
 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Elon Musk VS Jeff Bezos

Bukan hanya berkompetisi di bumi sebagai orang terkaya sejagat, keduanya juga sudah sejak lama berkompetisi untuk menaklukkan luar angkasa. Kalau Elon Musk punya SpaceX, Jeff Bezos lebih dulu mendirikan perusahaan penerbangan luar angkasanya, Blue Origin sejak tahun 2000.
 
Belum lama ini, lembaga antariksa Amerika Serikat, NASA mengumkan penunjukkan SpaceX untuk memgembangkan misi Artemis, yang akan membawa manusia kembali ke bulan. Misi kedua yang diharap dapat menyusul kesuksesan Apollo beberapa dekade silam.
 
Seperti dikutip dari The Washington Post, NASA sebelumnya membuka kompetisi tiga perusahaan untuk kontrak misi Artemis ini. Selain SpaceX, perusahaan Jeff Bezos, Blue Origin serta perusahaan pesawat tempur, Dynetics juga bersaing untuk memperoleh kontrak tersebut.
 
NASA diketahui memberi kesempatan pada tiga perusahaan untuk membangun desain dan rencana perjalanan tersebut. Bezos dengan Blue Origin kemudian telah membentuk 'Tim Nasional' untuk membuat rencana perjalanan yang dinamai 'Blue Moon'. Untuk misi ini, Bezos bahkan bekerjasama dengan sejumlah perusahaan veteran dirgantara, termasuk Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan Draper.
 
Dari yang awalnya berencana memilih dua perusahaan, NASA kemudian hanya memilih Tesla untuk misi ini. Dan kemudian meneken kontrak senilai USD 2,9 miliar atau sekitar Rp 42 triliun. Rencananya perjalanan ini akan sukses mendarat di bulan 2024 mendatang. 
 
"Kami percaya diri dengan kerjasama dengan SpaceX untuk mencapai (kesuksesan) misi Artemis," sebut Lisa Watson-Morgan, manajer program penjelajahan bulan NASA. 
 
Sementara itu Blue Origin yang gagal memenangkan kontrak tersebut belum menentukan sikap apa pun. Perusahaan hanya menyebut timnya belum mendapat informasi yang cukup dan sedang mempelajari lebih lanjut terkait kompetisi tersebut.
 
 
Reporter: Abdul Azis Said