Sukses

Terkuak Sifat Murah Hatinya, Orang Terkaya Hong Kong Sumbang Rp 18,7 Triliun untuk Pendidikan

Sebelum meninggal pada bulan lalu, miliarder Chao Kuang-piu diketahui menyumbang lebih dari USD 1 miliar hartanya untuk Tsinghua University.

Liputan6.com, Jakarta Sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada bulan lalu, salah satu orang terkaya di Hong Kong, Chao Kuang-piu diketahui mendonasikan belasan triliun harta untuk membantu sistem pendidikan di China.
 
Dikutip dari Apple Daily, Rabu (28/4/2021) sebelum meninggal, Chao rupanya mendonasikan USD 1,29 miliar atau sekitar Rp 18,7 triliun hartanya kepada salah satu perguruan tinggi ternama di Beijing, Tsinghua University.
 
Taipan yang meninggal di usia lebih dari satu abad ini juga diketahui donatur setia universitas. Sejak tahun 1994 ia telah mendonasikan harta untuk kampus ini.
 
Tahun itu, setelah melakukan makan malam dengan presiden deputi Tsinghua University, Chao langsung mengirimkan HKD 10 juta untuk membantu meningkatkan kapasitas teknologi kampus. Dan menjadikannya donatur tunggal yang memberi sumbangan paling besar bagi kampus.
 
Hubungannya dengan yayasan juga kian dekat, terlebih kedua anaknya, Silas Chou dan Susana Chou jiga merupakan jebolan dari kampus tersebut.
 
Sementara itu, pihak Tsinghua University menyebut akan mengalokasikan donasi tersebut untuk memfasilitasi renovasi sejumlah gedung perkuliahan, memperbarui teknologi di lingkungan kampus serta menghadirkan pengajar profesional dari berbagai penjuru dunia.
 
Chao lahir di Shanghai tahun 1920 dan tutup usia pada 12 Maret lalu, saat usianya hampir genap 102 tahun pada bulan November mendatang. 
 

Saksikan Video Ini

2 dari 2 halaman

Kekayaan Chao Kuang-piu

Chao terkenal sebagai salah satu pelopor industrialisasi Hong Kong. Ia memulai dengan mendirikan Novel Enterprises pada tahun 1964 dan membangunnya menjadi salah satu perusahaan wol terbesar di dunia. Karena itu, ia juga dijuluki sebagai "Raja Benang Kapas" karena kesuksesannya di industri tekstil.
 
Selain itu, Chao juga dikenal sebagai salah satu pendiri Dragonair pada tahun 1985. Yang saat itu menjadi maskapai penerbangan milik China pertama di Hong Kong.
 
Dragonair kemudian diakuisisi oleh Cathay Pacific pada tahun 2006 dan mengakhiri operasinya tahun lalu selama pandemi COVID-19.
 
Meski begitu, Chao dalam sebuah wawancara menyebut bangga telah berkontribusi membawa Hong Kong tumbuh sebagai salah satu hub terpenting perjalanan udara di dunia.
 
"Pramugari berbahasa Kanton, makanan hangat di penerbangan kami sangat disukai oleh penumpang kami. Semua ini membuat Dragonair menjadi salah satu merek paling sukses di Hong Kong,” sebut Chao seperti dikutip dari the Standard.
 
Chao juga sempat menjabat sebagai anggota Komite Konsultasi & Seleksi Hong Kong, Ketua Dewan Perusahaan Novel, Ketua Kehormatan Dragonair, dan mantan Konsulat Kehormatan Republik Mauritius di Hong Kong.
 
 
Reporter: Abdul Azis Said