Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrahman mengatakan, salah satu strategi penting dalam membangun usaha kecil menengah dan koperasi berbasis sawit di era pandemi adalah kemitraan strategis.
“Kemitraan strategis antara perusahaan besar dengan usaha kecil menengah koperasi sawit dengan prinsip saling menguntungkan. Dalam upaya untuk meningkatkan daya saing,” kata Eddy dalam Webinar Kemitraan UKMK Sawit, Selasa (27/4/2021).
Adanya kemitraan usaha kecil menengah koperasi dengan perusahaan besar diharapkan dapat membantu usaha kecil menengah dan koperasi sawit untuk dapat masuk dalam rantai produksi Global atau global value chain.
Advertisement
Sehingga akan meningkatkan peluang dari usaha kecil menengah dan Koperasi untuk naik kelas. Usaha kecil naik kelas menjadi usaha menengah dan uang menengah diharapkan bisa naik kelas ke yang besar.
Sementara, dari sisi kualitas produk-produk usaha kecil menengah dan koperasi sawit, diharapkan juga dapat lebih kompetitif baik dari kualitas produknya, desain, kemasan dan dari sisi manajemennya menjadi lebih baik dengan adanya kemitraan seperti yang diharapkan.
“Harapan kami akan diperoleh usulan solusi dan ide-ide kreatif dalam upaya meningkatkan peran usaha kecil menengah dan koperasi dalam perekonomian terutama di masa kolaborasi dan kemitraan dengan berbagai stakeholder terkait,” ujarnya.
Dimana kemitraan strategis ini menjadi bagian penting dari tindak lanjut dalam upaya memperkuat kelembagaan usaha kecil menengah dan koperasi sawit.
Lantaran, sektor perkebunan dengan komoditas sawit merupakan primadona yang menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kontribusi Sawit
Bahkan, kata Eddy, pertumbuhan di sektor pertanian Kehutanan dan perkebunan di triwulan 4 tahun 2020 didorong oleh peningkatan permintaan luar negeri terutama untuk komoditas sawit.
“Tanaman perkebunan tumbuh sebesar 1,13 persen yang didorong oleh peningkatan produksi kelapa sawit. Industri sawit menjadi variabel yang sangat penting terhadap roda perekonomian karena melibatkan lebih dari 16 juta tenaga kerja yang termasuk di dalam sekitar 7 juta pekerja di kebun sawit rakyat,” katanya.
Selain itu, sektor industri sawit memberikan sumbangan yang cukup besar kepada perekonomian Indonesia. Industri sawit memberikan sumbangan dalam perolehan devisa negara melalui ekspor CPO dan produk-produk turunannya dengan rata-rata nilai ekspor sebesar USD 21,4 miliar atau sebesar rata-rata 14,19 persen per tahun dari total ekspor non migas Indonesia.
Dari sisi penerimaan negara industri sawit menyumbang pemasukan negara dalam bentuk pajak negara dengan estimasi sekitar Rp 14-20 triliun.
“Sehingga dapat disimpulkan betapa signifikannya peranan industri sawit terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan,” ungkapnya.
Dengan demikian, Eddy menegaskan sangat penting untuk menjalin kemitraan strategis antara pelaku UMKM sawit dengan perusahaan besar agar mampu naik kelas dan mencapai global value chain.
Advertisement