Sukses

Diuber Pajak Negara, Pewaris Samsung Siap Bayar Rp 159,5 Triliun dan Sumbang Ribuan Koleksi Seni Mewah

Koleksi pribadi mantan Bos Samsung, Lee Kun-hee berharga mahal termasuk mahakarya Salvador Dalí, Claude Monet dan Pablo Picasso.

Liputan6.com, Jakarta
Sekalipun telah tutup usia sejak enam bulan lalu, tagihan pajak atas kekayaan miliarder sekaligus mantan Bos Samsung, Lee Kun-hee masih jadi incaran pemerintah Korea Selatan.
 
Kabar terbaru, keluarga Lee akan membayar pajak yang nilainya lebih dari setengah kekayaan Lee bersama ribuan aset seni mewahnya.
 
Dikutip dari Financial Times, Senin (3/5/2021) Keluarga Lee berjanji untuk membayar pajak USD 11 miliar atau sekitar Rp 159,5 triliun, yang nilainya 60 persen dari total kekayaan Lee. Ini disebut-sebut akan jadi pembayaran pajak terbesar yang pernah dilakukan di negeri ginseng.
 
Dalam pernyataan publiknya pada hari Rabu waktu setempat, keluarga tersebut mencatat bahwa tagihan pajak setara dengan tiga hingga empat kali lipat total pendapatan pajak properti pemerintah Korea Selatan tahun lalu. Pajak akan dibayarkan dalam enam kali angsuran selama lima tahun.
 
Dalam keterangannya, keluarga terkaya di Korea Selatan ini juga akan menyumbangkan 23 ribu lebih karya seni antik nan langka milik Lee, kepada dua museum Korea Selatan.
 
Koleksi pribadi berharga mahal tersebut juga termasuk mahakarya Salvador Dalí, Claude Monet dan Pablo Picasso. Serta sejumlah buku dan lukisan karya seniman terkenal Korea Selatan, seperti Park Soo-keun, Lee Jung-seop dan Kim Whan-ki.
 
Memberikan banyak koleksi mahakarya almarhum Lee dapat membantu memperlancar pembayaran, karena keluarganya tidak perlu membayar pajak untuk barang seni yang disumbangkan, seperti dikutip dari AP News.
 
Selain itu, mereka juga akan menyumbangkan USD 900 juta atau sekitar Rp 13 triliun, untuk mendanai penelitian dan pengobatan penyakit menular untuk anak-anak penderita kanker dan penyakit langka.
 
Sekitar setengah dari uang itu akan digunakan membiayai pendirian rumah sakit baru, dengan 150 tempat tidur yang menyediakan perawatan khusus untuk penyakit menular. Kebutuhan atas layanan kesehatan ini terus meningkat seiring kecemasan publik atas penularan Covid-19.
 
Sekitar USD 267 juta atau Rp 3,8 triliun dari dana tersebut juga dipakai untuk program decadelong dengan Rumah Sakit Anak salah satu kampus terbaik di Korea Selatan, Seoul National University (SNU).
 
Layanan ini akan membantu keluarga membayar perawatan anak-anak penderita kanker dan penyakit langka serta mendukung uji klinis dan pengembangan obat.
 
Meski begitu, dalam keterangannya tersebut keluarga Lee belum menjelaskan langkah mereka untuk membagi sisa warisan sang miliarder. Terutama memisahkan harta Lee dengan istri dan ketiga anaknya yang saat ini juga mewarisi tahtanya di perusahaan.
 
 

Saksikan Video Ini

2 dari 2 halaman

Terlilit Sejumlah Skandal

Grup Samsung, yang mulai berdagang ikan dan sayuran kering pada tahun 1930-an ketika Jepang menguasai semenanjung Korea, adalah salah satu produsen chip komputer dan ponsel cerdas terbesar di dunia. 
 
Lee adalah ketua Samsung generasi kedua yang mengarahkan transformasi besar perusahaan menjadi raksasa teknologi global.
 
Kekayaan Lee Kun-hee termasuk kepemilikan saham sebesar 4,18 persen di Samsung Electronics. Serta kendalinya di sejumlah bisnis kecil anak usaha grup Samsung, seperti Samsung Life Insurance dan Samsung C&T.
 
Namun, Samsung di bawah kendalinya bukan tanpa skandal. Ia sudah sejak beberapa tahun silam terus diisukan terlibat dalam sejumlah kasus penyuapan yang melibatkan bisnisnya dengan pemerintah. Sampai kemudian, ia harus dirawat di rumah sakit selama bertahun-tahun setelah serangan jantung pada tahun 2014.
 
Anak sulungnya, Lee Jae-yong kemudian meneruskannya sebagai wakil ketua Samsung Electronics. Meski begitu, tidak jauh dari kasus yang pernah menyeret ayahnya, Jae-yong juga terlibat dalam skandal korupsi pada tahun 2016 dan harus dipenjara 2,5 tahun.
 
Jae-yong bersama Samsung diketahui menjadi salah satu perusahaan yang berkolusi dengan mantan presiden Park Geun-hye pada saat itu.
 
Korupsi berskala besar yang melibatkan berbagai korporasi dan pemerintahan, yang kemudian memancing protes besar-besaran yang berujung pada pemakzulan presiden Geun-hye dan vonis 20 tahun penjara yang dijatuhkan kepadanya.
 
 Reporter: Abdul Azis Said