Sukses

Rp 182 Triliun APBD Parkir di Bank, Jokowi: Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi Mau Naik?

Jokowi mengajak seluruh pemerintah daerah (pemda), baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota untuk segera membelanjakan APBD.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh pemerintah daerah (pemda), baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota untuk segera membelanjakan APBD yang masih banyak tersimpan di bank.

Arahan itu diberikannya lantaran dia melihat angka belanja yang tinggi di tingkat pemda baru terjadi untuk belanja pegawai. Namun itu juga baru sekitar 63 persen.

"Belanja modal per Maret, akhir Maret kemarin belanja modalnya baru 5,3 persen. Baru 5 persen. Padahal yang namanya perputaran uang di sebuah daerah itu sangat menentukan pertumbuhan ekonomi," kata Jokowi dalam siaran video Pengarahan Presiden RI kepada Kepala Daerah se-Indonesia Tahun 2021, dikutip Kamis (29/4/2021).

Jokowi mencermati, transfer dari pemerintah pusat ke daerah selama ini belum banyak dibelanjakan, tapi masih terparkir di bank hingga sekitar Rp 182 triliun. Hal itu kemudian mengerem laju pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.

"Hati-hati, akhir Maret saya lihat di perbankan daerah ada Rp 182 triliun. Tidak semakin turun, semakin naik. Naik 11,2 persen," ungkap Jokowi.

"Artinya tidak segera dibelanjakan, bagaimana pertumbuhan ekonomi daerah mau naik kalau uangnya disimpan di bank? Hati-hati," tegasnya.

Diceritakan Jokowi, dia telah bolak-balik berkunjung ke Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian untuk mengingatkan semua pemerintah daerah agar segera Belanjakan APBD, baik yang bersifat belanja aparatur maupun modal.

"Tapi yang terpenting belanja modal. Ini disegerakan, sehingga terjadi peredaran uang di daerah. Hati-hati, Rp 182 triliun ini uang yang sangat guede sekali," imbuh Jokowi.

"Ini kalau segera dibelanjakan, uang akan berputar di masyarakat akan pengaruhi pertumbuhan ekonomi yang tidak kecil," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Jokowi Target Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen di Kuartal II 2021

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti pertumbuhan ekonomi nasional yang mulai menunjukan gejala perbaikan. Menurutnya, hal itu bisa dicapai lantaran kasus harian positif Covid-19 telah bisa ditekan.

"Bulan Maret-April ini sudah kelihatan, ekonomi sudah hampir menuju pada posisi normal. Sehingga target kita secara nasional di tahun 2021 ini target pertumbuhan kita 4,5-5,5 persen itu bisa kita capai," ujarnya dalam siaran video Pengarahan Presiden RI kepada Kepala Daerah se-Indonesia Tahun 2021, dikutip Kamis (29/4/2021).

Jokowi menilai, pertumbuhan ekonomi positif tersebut sangat bergantung sekali pada apa yang terjadi di kuartal II 2021. Artinya, gerak ekonomi di sepanjang April, Mei dan Juni ini akan sangat-sangat menentukan.

"Kalau kita bisa menekan covidnya, tanpa membuat guncangan di ekonomi, ini lah keberhasilan. Dan target kita kurang lebih 7 persen harus tercapai. Kalau itu bisa tercapai, Insya Allah kita pada kuartal berikutnya akan lebih memudahkan," ungkapnya.

Optimisme itu dipancarkannya lantaran ia melihat adanya pergerakan ekonomi di sektor pabrik, industri dan manufaktur. Itu tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) yang sebelum pandemi berada di angka 51, sekarang justru sudah di atas kenormalan sebelum pandemi pada level 53,2.

Kemudian konsumsi listrik yang mulai bertumbuh juga jadi sorotannya. Jokowi menilai positif angka konsumsi listrik yang terus naik dari sebelumnya selalu negatif.

"Ini sudah naik kurang lebih 3,3 persen. Baik itu di industri, di rumah tangga, di pemerintahan, semuanya konsumsinya naik. Ini juga patut kita syukuri," imbuh Jokowi.

Poin berikut yang jadi perhatiannya terkait impor barang modal non-konsumsi. Itu sudah meningkat 33,7 persen dari sebelumnya berada pada kisaran negatif.

Selanjutnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang juga tumbuh positif dari rentang 84,9-85,8 sekarang menjadi 93. Jokowi menekankan, segala pencapaian tersebut patut disyukuri dan harus dipandang secara optimistis.

"Kemudian indeks penjualan ritel. Meningkat mencapai 182,3 di bulan Maret 2021. Artinya ada demand di situ, ada permintaan di situ. Ada belanja di situ. Ada konsumsi. Kelihatan di indeks penjualan ritel," tutur Jokowi.Â