Sukses

Ingin Mandiri dan Bermodal Pinjaman BRI, Wulaningsih Membangun Bisnis Keripik Keladi di Papua

Wulan bercerita sejak berusia 19 tahun, sudah terbiasa menjual keripik buatan sang kakak di Kota Nabire, Papua.

Liputan6.com, Jakarta Dengan tekad ingin mandiri, ibu 3 anak bernama Wulaningsih asal Manokwari, Papua, memilih merintis usaha keripik keladi dan kerupuk.

Wulan bercerita sejak berusia 19 tahun, sudah terbiasa menjual keripik buatan sang kakak di Kota Nabire, Papua. Keripik keladi tersebut memang merupakan usaha turun temurun dari ibu mertua kakaknya.

“Awalnya itu kakak saya di Nabire jualan keripik bersama mertuanya sekitar tahun 1984. Kemudian saya diajak ke Nabire untuk kerja. Saya mengikuti kakak saya berjualan keripik,” kata Wulan saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (29/4/2021).

Kemudian pada 2009, Wulan pun mulai memproduksi dan menjual keripik keladi buatannya sendiri. Alasannya, daripada menganggur setelah menikah lebih baik berusaha saja sekaligus menambah penghasilan keluarga kecilnya.

Kabar baiknya, dia mendapatkan bantuan pinjaman modal usaha dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI sebesar Rp 5 juta. Dari modal ini, usaha keripik keladi milik Wulan semakin berkembang.

Wulan mengaku rekam jejak meminjam modal usaha ke BRI baik. Tak heran, Bank BUMN ini pun percaya kepadanya, yang selalu tepat waktu ketika membayar angsuran. Bahkan sebelum jatuh tempo Wulan sudah menyetor ke BRI.

Kemudian dia kembali memberanikan diri meminjam modal usaha dalam nominal yang lebih besar mencapai Rp 200 juta. "Ini saya gunakan untuk buka usaha keripik dan membeli bahan baku serta peralatannya,” ungkap dia.

Keripik keladi buatannya pun sudah terjual hingga keluar kota seperti Makassar, Surabaya, Solo dan kota lainnya.

Harga keripik sangat terjangkau hanya dibanderol Rp 14 ribu per pieces. Dengan produksi mencapai hingga 80 pcs per hari atau tergantung pesanan.

“Harganya dari saya Rp 14 ribu saya jual. Kalau dari toko yang menjual kembali ada yang seharga Rp 15 ribu ada juga reseller menjualnya Rp 18 ribu. Per bulannya sekitar 15 juta per bulan (omzet),” ujarnya.

 

2 dari 2 halaman

Sempat Kesulitan Bahan Baku

Saat bisnis sedang berjalan lancar, pandemi covid-19 pun hadir. Usaha keripik keladi Wulan sedikit terganggu ketika pandemi mencapai puncaknya pada 2020. Namun, seiring berjalannya waktu perlahan-lahan permintaan sudah mulai normal kembali.

Wulan mengaku, selama menjalani usaha keripik keladi tidak menemukan kesulitan berarti. Hal yang pernah dialami kesulitan dalam mencari bahan baku keladi ketika mendapat pesanan yang cukup banyak.

“Pas kita keliling cari keladi tidak ada dan pesanan banyak saya pusing cari bahan baku utamanya. Kalau singkong kan banyak, sedangkan keladi itu susah adanya diambil di gunung. Saya biasanya beli langsung dari petani keladi, langsung saya beli dan dibawa ke rumah untuk di produksi,” ujarnya.

Selama ini, Wulan tidak bekerja sendiri, melainkan dibantu 5 pekerja. Mereka digaji Rp 2,5 juta. Kebanyakan pekerjanya merupakan orang-orang sekitar yang diberdayakan.

Wulan telah menjadi nasabah BRI sejak tahun 2010. Dia mengaku sangat senang dan berterima kasih bisa mendapatkan bantuan modal usaha dari BRI.

Tanpa BRI, dia mengaku sulit mewujudkan cita-citanya. Ada satu cita-cita yang ingin dia wujudkan saat ini, yakni membuat usaha baru kos-kosan.

“Berkat bantuan modal usaha dari BRI saya sudah membeli tanah 3 dan rencananya mau buka kos-kosan,” ungkapnya.

Selain mendapatkan bantuan modal kerja, Wulan juga mendapatkan pelatihan dan pembinaan dari BRI. Biasanya dalam pelatihan tersebut, dia dibantu untuk mencari solusi terkait cara memperluas jangkauan usaha, dan solusi membuat desain yang menarik.

Hasil dari pelatihan tersebut membuat omset penjualan keripik keladi milik Wulan ini meningkat. “Omset saya jadi naik, bisa terbantu dan saya di BRI bersyukur dan berterimakasih orang-orangnya baik kepada saya,” ujar Perempuan asal Manokwari ini.

Di akhir, Wulan berharap agar BRI bisa memberikan modal usaha lebih besar lagi. Agar dia mampu membangun usaha kos-kosan di samping berjualan keripik keladi.

“Semoga saya bisa pinjam modal lagi lebih banyak. KUR-nya bisa meningkat agar saya bisa ambil KUR yang nominal Rp 500 juta karena saya bercita-cita ingin bangun kos-kosan,” katanya.

Demikian, Wulan berpesan kepada para pelaku UMKM di luar sana, khususnya kaum perempuan, agar tidak pantang menyerah dalam berusaha.

Menurutnya, perempuan juga bisa untuk usaha tidak hanya lelaki saja. “Ibaratnya perempuan bisa lebih dihargai juga bahwa kita bisa punya usaha dan jangan minta sama suami terus. Jika kita berusaha kita akan punya penghasilan sendiri. Pantang menyerah sebagai kunci kesuksesannya,” pungkas Wulan.

Selama menjalankan usahanya, Wulan didampingi Karyawan BRI, Lemen. Dia yang menjadi pendamping nasabah BRI untuk membina para nasabah potensial. Salah satunya Wulan yang merupakan salah satu nasabah BRI di Manokwari, Papua.

Lelaki berusia 41 tahun ini mengatakan, biasanya BRI Manokwari melakukan pembinaan sekitar 2 atau 3 bulan sekali. Tugasnya memantau perkembangan usaha para pelaku UMKM.

“Pelatihan itu biasanya gathering yang didalamnya disajikan materi-materi. Kan usaha mikro ini lebih belajar pemasaran ke online, walaupun produknya lokal tapi ternyata sudah terjual kemana-mana. Kami lebih membimbing bagaimana membranding usaha mereka cara mereka bisa survive di era pandemi ini,” pungkasnya. (*)