Sukses

Meski Pandemi, Unilever Raup Untung Rp 1,7 Triliun di Kuartal I 2021

Unilever meraih penjualan bersih sebesar Rp10,3 triliun, dengan kategori makanan menyumbang 3,7 persen pertumbuhan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemulihan Ekonomi Indonesia sudah berada pada jalur pertumbuhan positif, meski belum sesuai harapan yang diinginkan seluruh pemangku kepentingan. Emiten sektor produk konsumsi masih dapat menjaga profitabilitas meski terbatas. Hal ini menjadi bukti berbagai perusahaan tetap mampu menjaga kinerja yang efisien di tengah pandemi.

Salah satu emiten yang berhasil menjaga kinerja yaitu PT Unilever Indonesia, Tbk. (Unilever), salah satu pelaku usaha produk konsumsi terbesar di Indonesia.

Dihadapkan dengan pertumbuhan penjualan domestik yang melambat pada triwulan pertama 2021, Unilever masih meraih penjualan bersih sebesar Rp10,3 triliun, dengan kategori makanan menyumbang 3,7 persen pertumbuhan. Meski faktanya, hampir semua kategori produk konsumen masih mengalami pertumbuhan negatif.

Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk. Ira Noviarti menyampaikan, menghadapi pandemi yang berkepanjangan, Perseroan tetap berfokus pada pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis jangka panjang yang ditentukan oleh tiga prioritas utama yaitu ketersediaan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, keselamatan dan kesejahteraan karyawan.

"Serta tetap berkontribusi pada berbagai upaya yang dilakukan pemerintah agar Indonesia segera bangkit lebih kuat pasca pandemi,” ujar Ira Noviarti dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (30/4/2021).

Pada kuartal I 2021 belum terjadi pembatasan aktivitas masyarakat yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga kondisi ini menciptakan situasi yang kontras pada performa usaha lintas sektor. Meski demikian, Unilever berhasil mencapai laba bersih sebesar Rp 1,7 triliun dan peningkatan marjin laba sebelum pajak melalui optimalisasi dalam beberapa aspek, termasuk efisiensi pada operasional perusahaan.

Perusahaan juga berupaya menjaga daya beli agar pemulihan ekonomi bisa semakin positif. Karema itu, beberapa merek unggulan seperti Kecap Bango dan Sahaja kini telah tersedia pada kemasan ekonomis yang diharap mampu mendorong konsumsi masyarakat meski polanya berubah.

"Meski masih penuh tantangan, tahun 2021 juga diharapkan menjadi tahun pemulihan. Dengan mengandalkan inovasi yang tepat sasaran memenuhi kebutuhan konsumen saat ini dan terus beriorientasi pada pertumbuhan jangka panjang, kami optimis bahwa Perseroan dapat mengatasi berbagai tantangan dan siap menyambut dengan maksimal begitu momentum pemulihan ekonomi tiba,” ujar Ira.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Industri Halal

Strategi lain yang dilakukan Unilever yaitu meluncurkan Muslim Centre of Excellence (MCOE), Inovasi ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah karena sejalan dengan visi Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2024.

Secara nasional, pemerintah masih mencatatkan pertumbuhan yang positif pada sektor industri halal, khususnya produk makanan, farmasi, kosmetik, dan kebutuhan rumah tangga. Lewat Unilever MCOE, Perseroan diharapkan mampu menjawab kebutuhan konsumen muslim di Indonesia, dan sekaligus menangkap peluang ekspor ke pasar global.

Dalam paparan virtual peluncuran MCOE Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan bahwa penguatan industri halal sejalan dengan upaya pemerintah mewujudkan visi Indonesia maju sebagai pusat ekonomi syariah dunia.

“Saya menghargai komitmen dan juga keseriusan PT Unilever Indonesia Tbk di dalam melahirkan produk-produk yang sesuai dengan nilai-nilai yang dipercaya oleh umat muslim, yaitu produk halal," ujar Sri Mulyani

Dalam aspek kontribusi ke masyarakat, sekaligus penguatan komunitas Unilever melanjutkan beberapa program unggulan seperti dukungan sanitasi kepada 3.000 masjid di penjuru tanah air hasil kerjasama dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI).

Sementara itu, Analis Pasar Modal, Sukarno Alatas, menilai, agar kinerja bisa tetap terjaga, saat ini perusahaan bisa fokus efisiensi biaya, bahkan bisa melakukan diversifikasi produk jika diperlukan. Sehingga tetap diminati konsumen. Apalagi ditengah pandemi konsumen cenderung sensitif dengan harga.

"Kinerja sektor FMCG seperti Unilever dalam jangka panjang tetap positif karena selain target pasarnya besar, kontribusi tingkat konsumsi masyarakat terhadap ekonomi juga tinggi. Dan saat ini seharusnya menjadi kesempatan untuk masuk. Karena ketika pendemi selesai, tingkat konsumsi mulai normal disitu kita tinggal merasakan kenaikan dari kinerja perusahaan," ujar Sukarno.