Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, harga beras premium di tingkat penggilingan turun 0,60 persen pada April 2021. Penurunan juga terjadi untuk harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sampai 2,51 persen.
"Dari 2.523 transaksi penjualan gabah di 27 provinsi selama April 2021, tercatat transaksi gabah kering panen (GKP) 65,36 persen, gabah kering giling (GKG) 13,71 persen, dan gabah luar kualitas 20,93 persen," jelas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Senin (3/5/2021).
Baca Juga
Berdasarkan catatan Setianto, selama April 2021, rata-rata harga GKP di tingkat petani Rp 4.275 per kg atau turun 2,51 persen. Sementara di tingkat penggilingan Rp 4.398 per kg atau turun 1,85 persen dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.
Advertisement
Rata-rata harga GKG di tingkat petani Rp 4.882 per kg atau turun 6,36 persen, dan di tingkat penggilingan Rp 4.994 per kg atau turun 6,31 persen. Harga gabah luar kualitas di tingkat petani Rp 3.981 per kg atau turun 1,54 persen, dan di tingkat penggilingan Rp 4.084 per kg atau turun 1,32 persen.
Setianto memaparkan, selama April 2021, survei harga produsen beras di penggilingan dilakukan terhadap 1.195 observasi beras di penggilingan pada 896 perusahaan penggilingan di 31 provinsi.
"Pada April 2021, rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar Rp 9.550 per kg, turun sebesar 0,60 persen dibandingkan bulan sebelumnya," jelasnya.
Sedangkan beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp 8.979 per kg atau turun sebesar 1,91 persen, dan rata-rata harga beras luar kualitas di penggilingan sebesar Rp 8.675 per kg atau turun sebesar 0,76 persen.
"Dibandingkan dengan April 2020, rata-rata harga beras di penggilingan pada April 2021 untuk kualitas premium, medium, dan luar kualitas masing-masing turun sebesar 4,68 persen, 7,16 persen, dan 3,49 persen," tutur Setianto.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Target Stok 2 Juta Ton Beras di Akhir 2021, Bos Bulog: Tak Perlu Impor Lagi
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menjamin Indonesia tak perlu lagi melakukan impor beras hingga akhir 2021. Terlebih dia memperkirakan stok beras nasional hingga penghujung tahun ini bisa mencapai 2 juta ton.
Pria yang akrab disapa Buwas ini melaporkan, hingga hari ini Bulog telah menyerap beras dari petani hingga 438 ribu ton. Jumlah tersebut dikatakannya akan terus bertambah hingga Mei 2021.
"Jadi kalau sekarang ini sudah 1 juta ton, maka Mei bisa sampai 1,5 juta ton. Artinya karena kewajiban 1-1,5 juta (sesuai rakortas), hari ini tugas Bulog sudah sesuai. Jadi tak perlu lagi impor," ucapnya di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta, Senin (26/4/2021).
Kendati demikian, ia menggarisbawahi jika penyerapan tersebut juga perlu dukungan dari sisi hilir. Sebab percuma saja jika Bulog banyak menyerap gabah petani untuk dijadikan cadangan beras pemerintah (CBP), namun pembelinya masih terhitung.
"Sehingga sebenarnya kalau stok kita 2-3 juta ton tidak ada masalah. Bahkan sebelum pemilu kita sampai 3,1 juta ton. Tapi kalau kita ada hilirnya, maka keuntungan juga buat petani," sebutnya.
Melansir prediksi Badan Pusat Statistik (BPS), Buwas menyampaikan, petani Indonesia masih akan tetap merasakan musim panen hingga Mei 2021. Panen selanjutnya akan kembali terjadi pada Agustus-September tahun ini.
"Paling sedikit 1,5 juta ton CBP. Jadi Juni/Juli, sampai agustus-september sudah panen lagi. Kalau 1,5 juta ton tak ada hilirnya, berarti kita akan nambah lagi. Jadi stok CBP bisa sampai 2 juta sampai akhir tahun," paparnya.
"Kalau ditanya pasti apakah 2021 tidak impor, pasti," tegas Buwas.
Advertisement