Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun ini merusak tatanan perekonomian. Banyak bisnis yang harus menjalankan adaptasi dengan konsep new normal agar bisa bertahan dari tekanan pandemi. Salah satunya adalah bisnis kedai kopi atau kafe.
Dalam setahun terakhir bisnis kedai kopi mengalami tekanan karena adanya pembatasan sosial. Sebagian besar pendapatan dari kedai kopi hanya mengandalkan dari layanan pesan antar. namun belakangan ini, bisnis kedai kopi mulai bergairah. Adanya pelonggaran aktivitas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat kembali meningkatkan omzet para pelaku bisnis kedai kopi.
Baca Juga
Store Manager Kozi Gudang Selatan Bandung Sendy Septian Hamzah mengaku, selama Ramadan 2021 ini bisnis kedai kopi mulai mengalami perbaikan dibandingkan tahun lalu. Tercermin dari peningkatan transaksi yang mencapai 70 persen.
Advertisement
"Peningkatan transaksinya 70 persen dibandingkan tahun lalu," kata Sendy saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Minggu (9/5/2021).
Alasannya, tahun lalu kedai kopi hanya melayani penjualan lewat jasa pengantaran Gofood atau Grabfood. Sedangkan tahun ini, sudah diperbolehkan untuk menerima kunjungan. "Kalau sekarang sudah banyak yang datang langsung. Tahun lalu cuma melayani pembelian secara online," kata Sendy.
Meski begitu, peningkatan yang ada saat ini masih lebih jauh bila dibandingkan sebelum virus corona mewabah di dunia. Dibandingkan masa itu, transaksi yang ada masih turun 20 persen hingga 30 persen. "Kalau dibandingin sebelum pandemi ini masih turun, ya sekitar 20 sampai 30 persen," tutur dia.
Sebagai pengelola kedai kopi, pihaknya mencoba berbagai cara agar kedai tetap berjalan. Mulai dari bergabung dengan jasa pengantaran makanan-minuman, promosi dan merilis berbagai menu baru.
"Kita bikin promo paketan, launching menu baru dengan varian minumannya," kata dia.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Geliatkan Ekonomi Labuan Bajo Lewat Agrowisata Kopi
Sebelumnya, Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) Shana Fatina mengatakan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di sektor agrowisata kopi menjadi kebutuhan sangat mendesak agar dapat meningkatkan produktivitas olahan kopi, atraksi agrowisata, dan pengembangan desa wisata, yang berujung pada pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Kami sedang mengembangkan desa agrowisata kopi di Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur. BOPLBF bersinergi dengan pemerintah daerah, asosiasi petani kopi, dan para pemangku kepentingan di sektor agrowisata untuk menciptakan sumber daya andal,” kata Shana melalui keterangan tertulis pada Jumat (26/3/2021).
Ia mengatakan, sinergitas itu dilakukan BOPLBF dengan mengadakan benchmarking ke sejumlah kota di Pulau Jawa, diantaranya Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah, dengan mengikutsertakan perwakilan pemerintah, yakni Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur, Asosiasi Petani Kopi Jahe Manggarai (APEKAM), Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) yang bertujuan meningkatkan kapasitas SDM di sektor agrowisata kopi.
Di Kota Magelang, lanjut Shana, para peserta berkunjung ke MesaStila Resort yang berlokasi di dalam kawasan kebun kopi seluas 22 hektare. MesaStila yang kini dikenal sebagai Kebun Kopi Karangrejo, beroperasi sejak tahun 1920, di mana pemiliknya saat itu adalah Gustav van Der Swaan, seorang Indonesia keturunan Belanda.
Di kebun kopi Karangrejo ditanami empat jenis kopi, yaitu Robusta, Arabika, Liberica /Excelsa, dan Jawa, yang dipanen setahun sekali. Selain Magelang, para peserta juga akan mengunjungi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Banyuwangi (Jawa Timur), dan Jember (Jawa Timur).
“Kami melakukan benchmarking ke Magelang, Yogyakarta, Banyuwangi, dan Jember. Diharapkan kegiatan ini menjadi titik awal pengembangan desa wisata, khususnya agrowisata kopi sehingga nantinya akan tercipta pengembangan produk olahan kopi dan atraksi dari agrowisatanya,” jelas Shana.
Advertisement