Sukses

Neraca Dagang Pertanian Indonesia-China Surplus Rp 24 Triliun

Produk pertanian asal Indonesia yang diekspor antara lain kacang hijau, ubi kayu, porang, hingga talas.

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar (Dubes) China untuk Indonesia, HE Xiao Qian, menyebutkan nilai ekspor pertanian Indonesia ke negaranya pada 2020 mencapai USD 4,2 miliar. Sementara ekspor China ke Indonesia untuk sektor yang sama hanya USD 2,5 miliar.

Dengan kata lain neraca perdagangan sektor pertanian Indonesia ke Tiongkok surplus USD 1,7 miliar, atau setara Rp 24,13 triliun (estimasi kurs Rp 14.195 per dolar AS).

"Produk pertanian asal Indonesia banyak masuk dan disukai masyarakat Cina. Ke depan diharapkan kerjasama ini dapat terus ditingkat," kata Xiao Qian dalam pernyataan tertulis, Selasa (11/5/2021).

Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian mencatat, ragam jenis produk pertanian asal Indonesia yang diekspor masing-masing berasal dari sub sektor tanaman pangan berupa kacang hijau, ubi kayu, porang, hingga talas.

Kemudian asal sub sektor hortikultura berupa manggis, kapulaga, mangga, dan tanaman biofarmaka. Lalu asal sub sektor perkebunan berupa kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, dan teh, serta asal sub sektor peternakan berupa obat hewan, pakan ternak, daging babi, dan produk susu.

Sebaliknya, komoditas pertanian yang diimpor dari China antara lain bawang putih, pir, gingseng, dan gelatin.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyatakan, sebagai penghasil produk pertanian khas tropis, pihaknya tengah gencar melakukan peningkatan produksi buah manggis, nanas, pisang, salak, dan porang serta sarang burung walet (SBW).

"Sebagai mitra dagang strategis tentunya kami berharap dapat terus meningkatkan ekspor pertanian melalui kerjasama baik investasi, ekspor dan lainnya," kata pria yang biasa di sapa SYL ini.

Menurut dia, saat ini sudah ada 23 perusahaan eksportir sektor pertanian yang telah berhasil mengantongi izin dari otoritas kepabeanan dan karantina pemerintah China (General Administration of Customs of the Republic of China/GACC), sehingga dapat melakukan ekspor SBW ke Tiongkok secara langsung. Saat ini 20 perusahaan lain masih menunggu persetujuan untuk hal yang sama.

"Sesuai dengan perjanjian dengan Pemerintah China, kami melalui Badan Karantina Pertanian memberikan pendampingan teknis secara penuh. Indonesia adalah penghasil SBW terbesar di dunia, dan China adalah pasar terbesar SBW kami," jelas Syahrul Yasin Limpo.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Hambatan Lain

Masih menurut Syahrul Yasin Limpo, hambatan ekspor komoditas pertanian asal Indonesia selain SBW juga terjadi pada komoditas porang atau konjac chips sejak Oktober 2019 terkait penilaian analisis risiko. Disebutkannya, Kementan telah menindaklanjuti persyaratan yang dimaksud dan menunggu respon pihak Pemerintah China hingga saat ini.

SYL juga mengajak China untuk berinvestasi di sektor pertanian. Saat ini baru tercatat 20 investor asal Negeri Tirai Bambu yang menanamkan modalnya di bidang pangan dan obat hewan serta budidaya pertanian.

"Mudah-mudahan pertemuan ini bisa jadi tindak-lanjut untuk kita lebih intens berkomunikasi, khususnya soal perluasan kerjasama baik investasi dan ekspor pertanian," pungkas Mentan Syahrul Yasin Limpo.