Sukses

Perahu Terbalik di Waduk Kedungombo, Potret Buruknya Keselamatan Wisata Danau

Sebuah perahu yang ditumpangi sekitar 20 orang wisatawan lokal tenggelam di Waduk Kedung Ombo, Boyolali Jawa Tengah, Sabtu (15/5) lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah perahu yang ditumpangi sekitar 20 orang wisatawan lokal tenggelam di Waduk Kedung Ombo, Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, Sabtu (15/5) lalu. Kepala Bidang Darurat BPBD Kabupaten Boyolali Kurniawan Fajar Prasetyo menyebut enam korban ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat, Djoko Setijowarno, menilai peristiwa tersebut tidak terlepas dari pengelolaan pariwisata danau atau waduk yang belum mengutamakan faktor keselamatan penumpang. Kewajiban menggunakan baju penolong (life jacket) bagi penumpang perahu belum sepenuhnya ditaati.

"Sungguh tragis, pengelola pariwisata danau atau waduk tidak memperhatikan faktor keselamatan penumpang. Kewajiban menggunakan baju penolong (life jacket) bagi penumpang perahu belum sepenuhnya ditaati," kata Djoko kepada wartawan, Jakarta, Senin (17/5).

Djoko menilai, faktor keselamatan belum menjadi prioritas para pelaku pariwisata danau. Orientasi pelaku usaha hanya pada pendapatan, namun mengabaikan keselamatan. Terlebih di musim libur Lebaran, jumlah wisatawan akan bertambah, tak terkecuali wisata ke danau (waduk).

Selain itu, masih banyak ditemukan operasional kapal atau perahu di waduk atau danau yang dikelola perorangan dan kurang memperhatikan aspek keselamatan. Seolah hal ini dibiarkan oleh pemda setempat dan terkadang ditarik pungutan atau retribusi.

"Sama halnya dengan operasional angkot yang manajemen perorangan, pasti kesulitan untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan monitoring," kata dia.

Namun sudah ada pula yang dikelola secara profesional oleh pihak desa, misalnya dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Jenis usaha seperti ini akan mudah dilakukan monitoring, pembinaan dan pengawasan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pengawasan

Adapun monitoring dan pengawasan dapat berupa memastikan penumpang yang berada di atas kapal sudah menggunakan baju penolong (life jacket) sebelum kapal diberangkatkan. Mengecek data penumpang dalam manifest. Membantu memberikan informasi tentang kondisi cuaca dan menunda keberangkatan kapal apabila cuaca ekstrim.

"Kegiatan sosialisasi penggunaan penggunaan baju penolong (life jacket) masih diperlukan dan harus tetap dilakukan. Untuk kapal penumpang tradisional, setiap pelayar (termasuk penumpang) wajib menggunakan baju penolong (life jacket) selama pelayaran.

Djoko menambahkan, pariwisata sudah menjadi ujung tombak pendapatan negara, termasuk pariwisata di danau (waduk). Standar Operasi Prosedur (SOP) keselamatan harus ada di setiap lokasi wisata danau (waduk).

"Sudah saatnya, kelak para pengelola pariwisata danau (waduk) diwajibkan untuk mengikuti dan memenuhi persyaratan Standar Keselamatan Transportasi Danau (waduk) yang sudah ada. Agar petaka yang serupa tidak akan terulang di kemudian hari," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com