Sukses

Berhubungan Baik dengan Palestina, Neraca Dagang Indonesia Surplus USD 7,6 Juta dalam 5 Tahun

Ekspor Indonesia ke Palestina pada tahun 2016 ialah sebesar USD 2,23 juta.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia merupakan salah satu negara yang berhubungan baik dengan Palestina termasuk dalam sektor perdagangan.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), selama periode 2016-2020, neraca perdagangan Indonesia surplus USD 7,6 juta.

Nilai ekspor Indonesia ke Palestina, jika dijumlahkan, mencapai USD 11,96 juta sejak periode 2016-2020.

Secara rinci, ekspor Indonesia ke Palestina pada tahun 2016 ialah sebesar USD 2,23 juta, tahun 2017 sebesar USD 2,05 juta, tahun 2018 sebesar USD 2,80 juta, tahun 2019 sebesar USD 2,91 juta, dan tahun 2020 sebesar USD 1,95 juta.

Sedangkan impornya berjumlah total USD 4,36 juta dengan rincian dari tahun 2016 sebesar USD 283.970, tahun 2017 sebesar USD 341.030, tahun 2018 sebesar USD 727.052, tahun 2019 sebesar USD 1,35 juta, dan tahun 2020 sebesar USD 1,64 juta.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Konflik dengan Israel, Bagaimana Kondisi Ekonomi Palestina?

Sebelumnya, Konflik menahun Palestina-Israel terus memuncak. Tidak hanya dari segi politik, kondisi ekonomi kedua negara juga terdampak akibat pertikaian ini, terutama bagi Palestina.

Sebagai catatan, Palestina hampir tidak pernah memiliki ekonomi yang stabil sejak dilanda perang. Menurut laporan Bank Dunia bertajuk Palestinian Territories Economy Update - April 2021, pertumbuhan ekonomi Palestina di tahun 2017- 2019, dimana Covid-19 belum merebak, tercatat hanya 1,3 persen.

Pada tahun 2020, ekonomi negara ini minus 11,5 persen. Ketika kondisi politik memanas, pandemi datang dan membuat ekonomi Palestina semakin terpuruk.

"Otoritas Palestina sendiri telah berupaya keras untuk menanggulangi pandemi," jelas Direktur Bank Dunia untuk Tepi Barat dan Gaza Kanthan Shankar dalam laporannya.

Meski demikian, donasi dan bantuan terus mengalir untuk negara ini, walaupun jumlahnya terus menyusut. Shankar mengatakan, Palestina semakin kesulitan untuk melindungi warganya.

Lebih dari seperempat warga Palestina hidup di garis kemiskinan. Sejak pandemi melanda, jumlahnya lebih banyak. Untuk wilayah Palestina sendiri jumlahnya 30 persen, sementara untuk jalur Gaza jumlahnya 64 persen.

Selain itu, tingkat pengangguran anak muda Palestina mencapai 38 persen. Angka ini jauh di bawah rata-rata negara kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

Lalu, jaringan internet di wilayah Tepi Barat Palestina masih didominasi jaringan 3G. Untuk di Gaza, jaringannya masih 2G.