Sukses

Cerita Nasabah BRI Putu Sudiadnyani, Sulap Logam Jadi Kerajinan Pernak-pernik nan Indah asal Bali

Berbagai logam mulai dari tembaga hingga kuningan, disulap Putu Sudiadnyani jadi produk unik dan menarik di bawah naungan toko “Bara Silver”.

Liputan6.com, Jakarta Berlatar belakang keluarga sang suami yang merupakan pengusaha logam, perempuan asal Gianyar, Bali, bernama Putu Sudiadnyani (49 tahun) ikutan menggeluti bisnis ini.

Sedikit beda, dia memutuskan untuk mengembangkan usaha logam suaminya menjadi produk pernak pernik yang bernilai seni tinggi.

Berbagai logam mulai dari tembaga hingga kuningan, disulap jadi produk unik dan menarik di bawah naungan toko “Bara Silver”.

“Awalnya tahun 2008. Sebenarnya suami yang turun temurun untuk usaha segala logam, tembaga, kuningan. Cuma kan saya coba mendesain yang kekinian. Modal saya dulu Rp 30 juta murni modal sendiri, tapi setelah usaha saya berkembang saya pinjam di bank BRI Rp 1,5 miliar,” kata Putu kepada Liputan6.com, Kamis (20/5/2021).

Kerajinan perak yang dibuatnya bervariasi, mulai dari hiasan meja atau dinding, hingga aksesoris berupa perhiasan anting-anting, gelang, kalung dan lainnya. Pemasarannya pun sudah ke seluruh Indonesia, bahkan kini Putu menjajaki untuk ekspor.

“Saya baru mau mencoba merambah ke luar negeri, dan sekarang ada pameran di Jepang juga mencoba melebarkan sayap ke internasional,” ujarnya.

Produk kerajinan yang dibuat Putu Sudiadnyani tidak setiap saat diproduksi. Biasanya jika ada pameran dan permintaan banyak barulah produksi dilakukan massal.

Namun, di masa pandemi saat ini produksi agak lambat lantaran permintaan juga masih rendah. Kendati begitu, Putu tidak putus asa. Ia tetap membuka toko offline sambil mencoba berjualan secara online.

Meskipun pandemi covid-19 cukup berdampak pada usahanya, Putu mengaku masih bisa bertahan. “Setidaknya di tengah pandemi kita setidaknya walaupun tidak bisa berlari setidaknya masih bisa merangkak. Toko saya tidak tutup masih berjualan offline dan masih berkreasi walaupun masih agak lambat, kendati begitu di tengah pandemi ini kita tidak boleh berdiam diri tergerus begitu saja,” ungkapnya.

Dari kreasinya, kerajinan perak yang paling digemari adalah aksesoris anting-anting dan bros yang biasa digunakan kaum perempuan untuk pergi ke acara seperti pernikahan.

 

Saksikan Video Ini

2 dari 2 halaman

Dampak Pandemi

Sebelum pandemi, Putu mampu menjual hingga 300-400 produk. Minimalnya 250 produk laku terjual, dan harganya dibanderol mulai dari Rp 50 ribuan hingga puluhan juta. Dari usahanya, dia bisa mengantongi omzet sampai Rp 250 juta-Rp 400 juta per bulan.

Sejauh ini, perempuan ini mengaku tidak merasakan kesulitan selama merintis usaha kerajinan peraknya.

Hanya saja, pandemi cukup berpengaruh terhadap usahanya. Biasanya ketika normal, Putu sering mengikuti pameran fisik dan sering bertemu dengan pelanggan tetap yang benar-benar fanatik dengan karyanya.

“Saya rasa tidak ada kesulitan. Paling dukanya itu adanya pandemi covid-19 sudah 1 tahun lebih, sebelumnya usaha saya baik-baik saja tapi semenjak pandemi menjadi berbeda. Dulu ketika ada pameran saya sudah punya pelanggan tetap yang benar-benar fanatic dengan karya saya,” ujar Putu.

Hingga kini, Putu memiliki 70 orang pekerja. Namun semenjak pandemi, para pekerjanya sudah berhenti memproduksi kerajinan dan kembali beralih ke pekerjaan semula seperti bertani dan beternak.

“Sekarang sudah pada istirahat kembali ke basic mereka menjadi petani, karena sistem kerja di saya itu borongan bisa dikerjakan di masing-masing rumah pekerja,” katanya.

Lebih lanjut Putu bercerita, ia telah menjadi debitur BRI sejak tahun 2014. Tidak hanya modal usaha saja yang di dapat dari BRI, Putu juga mendapat berbagai pelatihan.

“Kalau berbicara BRI luar biasa, bukan hanya modal usaha yang diberikan tapi juga pelatihan, dimusim pandemi ini digital marketing ini kita digenjot, dan tentang berbagai hal baik promosi dan ketika ada buyer luar negeri mereka mengarahkan ke usaha saya, itu yang benar-benar saya butuhkan sebagai UMKM luar biasa banget,” ungkap Putu.

Putu menilai pelayanan BRI itu sangat baik dan memperlakukan nasabahnya seperti keluarga. Bahkan, Putu sering merekomendasikan kepada teman-teman UMKM lainnya untuk meminjam modal kerja ke BRI saja daripada ke bank lain.

“Saya rekomendasikan ke teman, jika ingin mendapat kredit dari bank saya anjurkan ke BRI saja. Karena saya sudah merasakan perlakuan BRI terhadap saya sebagai nasabahnya memang disapa dengan baik jadi saya terkesan banget,” ujarnya.

Berkat pendampingan yang dilakukan BRI, Putu pernah menjadi peserta rutin UMKM Expo BRI, dan mengikuti berbagai pameran seperti pameran di JCC 2017 di Jakarta, Kanpus BRI 2018, JCC 2019 di Jakarta, peserta IMF Annual Meeting 2018 Bali sebagai nasabah binaan BRI.

Demikian Putu berharap, setelah pandemi covid-19 selesai, para UMKM bisa bangkit kembali sehingga para nasabah tidak mengkhawatirkan lagi terkait angsuran pinjamannya ke BRI.

“Harapannya pandemi ini cepat berlalu, kalau sudah berlalu masalah tentang angsuran itu tidak dikhawatirkan lagi semuanya sudah baik. Kita berharap setelah pandemi bisa berdiri kembali. Saya juga berterima kasih ke BRI sudah diberi keringanan dan pendampingan,” pungkasnya. (*)