Sukses

Telat Dapat Insentif? Begini Penjelasan Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja

Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (MPPKP) bekerjasama dengan Cyrus Network melakukan survei terhadap 2.000 responden penerima program prakerja.

Liputan6.com, Jakarta Beberapa peserta Kartu Prakerja mengeluhkan terlambat mendapatkan insentif. Direktur Eksekutif PMO Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari menjelaskan terdapat beberapa alasan peserta terlambat mendapatkan insentif program Kartu Prakerja. Salah satunya karena akun peserta sudah over limit.

Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (MPPKP) bekerjasama dengan Cyrus Network sebagai lembaga survei professional di luar manajemen melakukan survei terhadap 2.000 responden penerima program prakerja.

Hasilnya diperoleh sebanyak 83,6 persen mengatakan insentif diterima tepat waktu. Namun sisanya 15,4 persen menyatakan tidak setuju atau insentif terlambat disalurkan.

“Kita ingin perbaiki, sudah sebenarnya terkait dengan keterlambatan insentif. Jadi tadi ada kan Kalau nggak salah sekitar 80 persen (responden peserta) mengatakan tepat waktu tetapi sisanya itu mengatakan tidak tepat waktu,” kata Denni dalam Pemaparan hasil survei Persepsi Penerima Kartu Prakerja, Kamis (20/5/2021).

Kendati begitu, PMO sudah menerapkan strategi frontloading sehingga proses penyaluran insentif bisa cepat. Misal, biasanya peserta menerima insentif setiap tanggal 25, maka PMO berusaha mentransfer insentif di minggu pertama secara bertahap.

Namun, bagi peserta yang mengalami keterlambatan merima insentif Kartu Prakerja. Denni menyebut hal itu bisa disebabkan peserta mengganti nomor teleponnya sehingga perlu ditautkan ulang.

“Atau ternyata akunnya teman-teman sudah overlimit, nggak boleh harus tunggu satu minggu lagi. Jadi ada sebab-sebab kayak gitu. Tapi kan teman-teman mungkin nggak tahu tahunya saya sudah dijanjikan tanggal segini, kenapa kemudian kok lewat tanggal. Padahal sebenarnya banyak hal yang tidak dalam kontrol Manajemen pelaksana,” ungkapnya.

Oleh karena itu, PMO menggunakan strategi frontloading. Disisi lain PMO juga terus memperbaiki kualitas pelatihan, karena pihaknya tidak berpuas diri meskipun program Kartu Prakerja kini berjalan dengan cukup baik.

Disamping itu pula, PMO juga akan meningkatkan edukasi terkait saldo pelatihan. Lantaran banyak peserta yang tidak membelikan saldonya untuk pelatihan, sehingga saldo yang tersisa akan ditarik kembali secara otomatis ke Kas Negara.

“Kita akan memperbaiki atau meningkatkan edukasi kita terkait dengan saldo pelatihan, bahwa saldo pelatihan itu tidak bisa diuangkan jadi harus dihabiskan, Rp 50 perak sisa saja itu diambil ibu Sri Mulyani (Menteri Keuangan). Jadi teman-teman pokoknya udahlah ambil pelatihan,” pungkasnya.

 

Saksikan Video Ini

2 dari 2 halaman

Survei: Angka Pengangguran Berkurang Usai Ada Program Kartu Prakerja

Survei menemukan jika terjadi penurunan angka pengangguran sebesar 16,2 persen setelah peserta mengikuti program pelatihan Kartu Prakerja.

Ini terkuak dari survei Manajemen Program pelaksana Kartu Prakerja bekerja sama dengan Cyrus Network. Survei dilakukan terhadap penerima program prakerja dari gelombang 1-11. 

“Yang belum bekerja sebelum mengikuti program Kartu Prakerja itu ada sekitar 56 persen dan setelah mengikuti pengangguran menurun menjadi 16,2 persen menjadi 39,8 persen,” kata Direktur Riset Cyrus Network Fadhli MR dalam Pemaparan hasil survei Persepsi Penerima Kartu Prakerja, Kamis (20/5/2021).

Fadhli menjelaskan dari 16,2 persen, 13 persen diantaranya mereka berubah atau bertransformasi menjadi wirausaha dan sebagian sisanya 3,2 persen menjadi karyawan atau bekerja di perusahaan.

Selain itu, sebanyak 92,6 responden menyatakan sangat setuju ilmu yang didapatkan dalam pelatihan Kartu Prakerja bisa diaplikasikan di tempat kerja atau usaha, namun ada sebagian kecil 7,1 yang mengatakan tidak setuju.

Kemudian 98,7 persen responden juga menyatakan sangat setuju mendapatkan manfaat dari pelatihan Kartu Prakerja.

Adapun survei ini menggunakan telesurvei yakni metode survei yang dilakukan secara jarak jauh menggunakan perangkat komunikasi berupa telepon seluler, maupun memanfaatkan teknologi informatika.

Data yang didapatkan dari Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (MPPKP) hanya dipergunakan untuk Telesurvei ini dan kedua belah pihak sudah menandatangani Non-Disclosure Agreement.

Telesurvei ini bertujuan untuk mengetahui persepsi penerima Program Kartu Prakerja terhadap penyelenggaraan Program Kartu Prakerja. Telesurvei ini dilakukan pada tanggal 1-5 Mei 2021.

“Pengambilan data dilakukan secara wawancara via telepon terhadap 2.000 responden yang terpilih secara acak. Seluruh tahapan pelaksanaan Telesurvei ini dilakukan dengan netral dan profesional oleh Cyrus Network,” ujarnya.

Demikian dari populasi tersebut diambil sampel secara acak sebanyak 2.000 responden sehingga menghasilkan margin of error sebesar ± 2,24 persen pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

Jumlah responden laki-laki 55 persen, perempuan 44,7 persen. Serta umur responden yang paling banyak umur 18 tahun sampai 35 tahun 70,2 persen.

Selain itu, mayoritas responden ada di Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah yang lainnya dibawah 5 persen populasi penerima Prakerja.