Sukses

Kedelai Lokal Lebih Bagus dan Murah, Kenapa Masih Impor?

Harga kedelai global tercatat mengalami kenaikan 11,2 persen di pertengahan Mei 2021 dari Rp 9.203 per kg menjadi Rp 10.084 per kg.

Liputan6.com, Jakarta - Harga kedelai global tercatat mengalami kenaikan 11,2 persen di pertengahan Mei 2021 dari Rp 9.203 per kg menjadi Rp 10.084 per kg. Hal ini berpengaruh terhadap harga produk kedelai terutama tahu dan tempe karena Indonesia masih mengimpor sebagian besar kedelai.

Meski naik, nampaknya pengrajin tahu dan tempe tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti fluktuasi harga. Padahal, kedelai lokal diakui lebih bagus dan harganya jauh lebih murah.

Ketua Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, kedelai lokal sebenarnya lebih sehat dan memiliki aroma khas ketimbang kedelai impor.

"Namun, kedelai lokal kan sedikit, paling ada 10 persen dari kebutuhan. 90 persennya impor," ujar Aip kepada Liputan6.com, Jumat (21/5/2021).

Bukan hanya keterbatasan stok, pembinaan petani kedelai pasca panen dinilai masih lemah. Aip menuturkan, para petani kedelai lokal masih belum dapat mengemas kedelai hasil panen dengan baik.

Kadang, kedelai yang dipanen terlalu muda, terlalu tua, lalu pengemasannya tercampur daun, batang, tanah, sehingga dari satu karung berkapasitas 50 kilogram, sebanyak 8 hingga 10 persen isinya bisa terbuang.

"Kalau petani kedelai lokal butuh uang, dia lihat masih muda dia sudah jual ke tengkulak dan lain-lain," ujar Aip.

Kemudian, 1 kilogram kedelai impor dapat diproduksi menjadi 1,6-1,8 kilogram tempe, sedangkan 1 kilogram kedelai lokal hanya bisa memproduksi 1,4-1,5 kilogram tempe.

"Kalau dibikin tahu, jauh lebih enak pakai kedelai lokal sebenarnya. Kalau tahu, kalau airnya bagus, baunya enak. lebih gurih," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Makin Mahal, Tengok Pergerakan Harga Kedelai Dunia

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (Dirjen PDN) Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan, mengapresiasi dukungan importir dalam menjaga stabilitas harga kedelai impor di tingkat perajin tahu dan tempe. 

Lantaran pada puasa dan Lebaran tahun ini, harga kedelai tetap stabil, tidak melebihi Rp10.000/kg, sehingga harga tahu tetap terjaga di kisaran Rp650/potong dan tempe Rp16.000/kg di tingkat perajin. 

“Kami menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya atas komitmen dan dukungan pelaku usaha kedelai dalam menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pada puasa dan Lebaran 2021," kata Dirjen PDN Kemendag, Oke, Kamis (20/5/2021).

Berdasarkan tren harga yang dikutip dari Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia masih mengalami kenaikan. Pada pertengahan Mei 2021, harga kedelai dunia berada di kisaran USD 15,86/bushels (Rp10.084/kg harga akhir), naik sekitar 11,2 persen dibanding April 2021 yang tercatat sebesar USD 14,26/bushels (Rp9.203/kg harga akhir).  

“Meskipun demikian, kami menjamin stok kedelai saat ini masih mencukupi untuk kebutuhan industri  pengrajin tahu dan tempe nasional,” ujarnya.

Memperhatikan harga kedelai dunia yang terus alami kenaikan tersebut, Oke memaklumi harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe akan mulai bergerak naik pada kisaran Rp10.500/kg dan berpotensi  mengerek harga tahu dan tempe di tingkat perajin. 

“Akan terjadi penyesuaian harga kedelai impor di tingkat perajin tahu dan tempe karena komoditas kedelai asal Amerika Serikat ini belum memasuki masa panen. Selain itu, juga ditengarai permintaan kedelai dari negara lain seperti Tiongkok sebesar 7,5 juta ton pada April 2021 yang berdampak pada tingginya harga kedelai dunia sampai dengan saat ini,” jelasnya. 

Kemendag secara periodik terus memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai  dunia, baik ketika terjadi penurunan ataupun kenaikan harga.

Hal ini bertujuan untuk memastikan harga kedelai di tingkat perajin dan di tingkat pasar tahu dan tempe berada di tingkat wajar.  

3 dari 3 halaman

Stok Kedelai

Dirjen PDN Kemendag mengimbau kepada para importir agar memastikan dan menyalurkan stok kedelai secara rutin kepada seluruh perajin tahu dan tempe, termasuk anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia  (Gakoptindo), baik di Puskopti Provinsi maupun Kopti Kabupaten/Kota seluruh Indonesia dengan tetap memperhatikan harga kedelai yang terjangkau. 

Selain itu, importir diimbau untuk memotong rantai distribusi dengan menyalurkan langsung kepada industri pengrajin, khususnya di daerah kota/kabupaten yang dekat dengan lokasi gudang importir atau distributornya guna mendapatkan harga terjangkau di tingkat perajin.

“Produksi tahu dan tempe harus terus berjalan meskipun terjadi peningkatan harga kedelai dunia, sehingga masyarakat masih tetap mendapatkan tahu dan tempe sebagai sumber protein dengan harga terjangkau,” pungkasnya.