Liputan6.com, Jakarta - jumlah startup di Indonesia mencapai 2.229 perusahaan rintisan pada April 2021. Dengan jumlah tersebut maka Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia.
"Berdasarkan Startup Rangking.Com, Indonesia saat ini sudah menempati posisi kelima negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia. Yaitu 2.229 startup di bulan April 2021," kata Direktur Pemberdayaan Informatika Kemenkominfo Bonifasius Wahyu Pudjianto dalam acara Shopee Talk bertajuk Muda Mudi Bangsa Bangkit Bangun Bisnis, Jumat (21/5/2021).
Baca Juga
Adapun, peringkat pertama negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia masih di pegang oleh Amerika Serikat (AS). Saat ini, jumlah startup di negeri Paman Sam tersebut berkisar diangkan1.000-an.
Advertisement
"Kemudian, di susul India, UK, Kanada, baru Indonesia," bebernya.
Boni mengungkapkan, torehan tersebut menjadi prestasi sendiri bagi sebuah bangsa bangsa. Mengingat, peluang menjadikan Indonesia sebagai negara maju kian terbuka dengan tingginya jumlah startup yang dimiliki.
"Karena di dalam riset jurnal, ada yang mengatakan negara maju itu kalau jumlah enterpreneurship dalam negara itu tinggi. Angkanya sekitar 5 sampai 6 persen," ucapnya.
Maka dari itu, pemerintah terus berupaya mewujudkan ekosistem yang lebih ramah terhadap kelangsungan bisnis startup di tanah air. Salah satunya dengan menghadirkan sejumlah regulasi yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha di tengah pandemi Covid-19.
"Ini yang harus diperhatikan agar ke depan terus tumbuh. kami dari regulasi pemerintah terus memberikan ekosistem yang nyaman bagi teman-teman startup," terangnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Lagi, Softbank Danai Startup Asal Indonesia
Sebelumnya, aplikasi Super, sebuah platform social commerce dari Indonesia yang melayani kota-kota tier dua dan tiga, serta daerah pelosok Indonesia, mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menyelesaikan putaran pendanaan Seri B sebesar Rp405 miliar yang dipimpin oleh Softbank Ventures Asia.
Beberapa investor kembali berpartisipasi dalam pendanaan putaran ini yakni Amasia, Insignia Ventures Partners, Y-Combinator Continuity Fund, Co-Chairman dari Bain Capital, dan Pemilik dari Boston Celtics Stephen Pagliuca. Sedangkan investor baru dalam seri ini adalah Partners dari DST Global dan TNB Aura.
Putaran ini mengikuti pendanaan Seri A sebelumnya sebesar Rp102 miliar, yang dipimpin oleh Amasia dan diikuti oleh Y-Combinator, B Capital, Insignia Ventures Partners, Alpha JWC Ventures, Indonesian FMCG Group UNIFAM, World Bank Managing Director Mari Elka Pangestu dan Arrive, bagian dari perusahaan Roc Nation yang didirikan oleh JAY-Z dan bergerak di bidang music publishing, full-service management, serta entertainment.
Sejak berdiri, Aplikasi Super telah berhasil meraih pendanaan lebih dari Rp520 miliar, menjadikannya sebagai perusahaan social commerce di Indonesia dengan pendanaan terbesar hingga saat ini.
Sebagai perusahaan consumer technology Indonesia pertama yang lulus dari Y-Combinator, misi Aplikasi Super adalah untuk menyediakan akses ekonomi yang setara bagi semua masyarakat Indonesia.
"Harga barang kebutuhan di daerah dan pelosok Indonesia bisa lebih tinggi 200 persen dibandingkan harga barang yang sama di Jakarta. Tapi kemampuan membeli di daerah dan pelosok Indonesia ini biasanya tak sebesar kemampuan masyarakat di area Ibu Kota,” ujar CEO dan Co-Founder Aplikasi Super, Steven Wongsoredjo, yang juga masuk dalam jajaran Forbes 30 under 30 Asia tahun 2019.
Steven menambahkan, berangkat dari keluarga pebisnis yang bergerak di bidang industri retail di area pelosok Indonesia, pihaknya menyadari permasalahan ini sejak dulu.
"Menurut saya ini tak adil ketika seorang ibu di area pelosok Indonesia hanya mampu membeli satu gelas susu, sedangkan dengan jumlah uang yang sama ia bisa membeli 2 atau 3 gelas susu di Jakarta. Kami ingin memberikan harga yang adil untuk masyarakat di manapun. Karena itu kami membangun Aplikasi Super,” tambahnya.
Tim pendiri Aplikasi Super pun dengan tanggap menyadari bahwa kunci dari penyetaraan harga terdapat pada rantai distribusi yang efisien.
"Kami melihat ledakan social commerce di Tiongkok dan India memungkinkan tercapainya harga yang lebih terjangkau bagi konsumen di negara tersebut,” terang Co-Founder Aplikasi Super yang sekaligus mantan Googler, Debeasinta Budiman.
Advertisement