Sukses

Harga Minyak Melonjak Tajam Dipicu Kembalinya Pasokan dari Iran

Harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,33, atau 2,04 persen menjadi USD 66,44 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik tajam pada perdagangan Jumat setelah tiga hari mengalami penurunan. Namun harga minyak masih berada di jalur penurunan mingguan karena investor bersiap untuk kembalinya pasokan minyak mentah Iran setelah para pejabat mengatakan Iran dan kekuatan dunia membuat kemajuan dalam kesepakatan nuklir.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (22/5/2021), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,33, atau 2,04 persen menjadi USD 66,44 per barel, sementara US West Texas Intermediate naik 2,65 persen menjadi USD 63,58 per barel.

Kedua kontrak minyak tersebut berada di jalur penurunan sekitar 3 persen pada minggu ini dan menjadi kerugian terbesar sejak Maret setelah presiden Iran mengatakan Amerika Serikat siap untuk mencabut sanksi pada sektor minyak, perbankan, dan pengiriman negaranya.

Iran dan kekuatan dunia telah dalam pembicaraan sejak April untuk menghidupkan kembali kesepakatan di 2015 dan pejabat Uni Eropa yang memimpin diskusi mengatakan bahwa dia yakin kesepakatan akan tercapai.

Namun, investor tetap optimis tentang pemulihan permintaan bahan bakar di musim panas ini karena program vaksinasi di Eropa dan Amerika Serikat akan memungkinkan lebih banyak orang untuk bepergian, meskipun lonjakan kasus di seluruh Asia meningkatkan kekhawatiran.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Prediksi Harga Minyak

Diperkirakan produksi minyak mentah dan kondensat Iran akan naik menjadi 3,2 juta barel per hari pada Desember, dari sekitar 2,8 juta barel per hari pada kuartal pertama.

Barclays memperkirakan harga minyak Brent dan WTI rata-rata di level USD 66 per barel dan USD 62 per barel, tahun ini.

Ini memangkas perkiraan permintaan untuk kawasan Emerging Markets Asia (ex-China), menandai risiko penurunan lebih lanjut jika lonjakan infeksi baru-baru ini berlanjut.

“Pembatasan mobilitas yang diperpanjang di wilayah tersebut mungkin agak memperlambat pemulihan permintaan, tetapi tampaknya tidak mungkin untuk menghentikannya untuk jangka waktu yang berkelanjutan, mengingat sebagian besar hasil positif dari program vaksinasi di seluruh dunia,” katanya.