Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (/Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan, daya saing Indonesia masih tertinggal dari negara lain. bahkan peringkat daya saing Indonesia di bawah negara lain yang ada di Asia Tenggara (ASEAN).
"Seperti kita ketahui bersama, bahwa daya saing sumber daya manusia (daya saing Indonesia) masih tertinggal," ujarnya dalam acara Laporan Indonesia's Occupational Employment Outlook 2020 (IOEO) dan Indonesia's Occupational Tasks and Skills 2020 (IndoTaSk), Selasa (25/5/2021).
Baca Juga
Suharso mengungkapkan, berdasarkan laporan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) dalam The Global Competitiveness Report Tahun 2019, daya saing Indonesia masih berada di peringkat 50 dari 141 negara. Dengan begitu, posisi Indonesia masih tertinggal dibandingkan negeri tetangga Malaysia.
Advertisement
"Jadi, (Indonesia) masih sedikit di bawah Malaysia, Thailand, dan Singapura di peringkat pertama," terangnya.
Merespons rendahnya peringkat daya saing Indonesia ini, pemerintah akan mendorong upaya pembangunan sumber daya manusia dilakukan secara holistik dan terintegrasi. Salah satunya dengan menyediakan sistem informasi pasar kerja yang kredibel dan berkelas.
"Karena (sistem informasi pasar kerja) salah satu prasyarat yang harus dipenuhi. Ini sebagai bagian dari upaya reformasi pendidikan dab pelatihan vokasi kita," ucap dia mengakhiri.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sri Mulyani: Daya Saing Indonesia Turun karena Kualitas SDM Rendah
Sebelumnya. Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai turunnya peringkat daya saing RI karena kualista Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih rendah. Posisi daya saing Indonesia saat ini berada di tingkat 50, turun 5 angka dibandingkan tahun 2018 lalu yang berada di posisi ke-45.
"Masalah fundamental struktural di Indonesia yang memang selama ini pemerintah dan presiden menyampaikan yaitu SDM, dimana mayoritas hanya lulusan SD dan SMP. Dan juga dari kualitas pendidikan yaitu hasil skor kalau dilihat entah tes, talent management memang menunjukkan kemampuan kita perlu ditingkatkan," kata dia, saat ditemui di Pantai Tanjung Pasir, Tangerang, Jumat (11/10/2020).
Dia menjelaskan, memperbaiki kondisi tersebut butuh waktu yang tidak sebentar. Sehingga upaya-upaya yang selama ini telah dilakukan pemerintah terutama dalam 5 tahun terakhir belum mampu mendongkrak daya saing RI.
Anggaran yang digelontorkan di sektor pendidikan pun tidak sedikit. Tahun ini sektor pendidikan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 505 triliun, dan Rp 508 triliun di tahun depan.
"Kita perlu untuk melakukan betul-betul evaluasi bersama, apa efektifitasnya dan bagaimana memperbaiki hasil dari keseluruhan anggaran yang sudah dialokasikan untuk pendidikan tersebut," ujarnnya.
"Apakah kita perlu perbaiki di semua lini, apakah itu kurikulumnya, proses belajar mengajar, guru, sampai kepada delivery nya. Itu perlu," Sri Mulyani menambahkan.
Selain itu, untuk jangka pendeknya, perbaikan kualitas SDM dapat dilakukan dengan penambahan program vokasi dan training.
Sebelumnya, Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) baru saja merilis 10 negara dengan daya saing terbaik di dunia. Dalam laporan tersebut, Singapura menduduki peringkat pertama, dengan mengungguli di 103 indikator utama.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) menduduki posisi kedua, tepat di bawah Singapura dalam competitiveness (daya saing) di tingkat global. Kalahnya AS dengan Singapura disebabkan salah satunya terkait kontestasi politik yaitu perang dagang antara AS-China yang berkepanjangan.
China sendiri terlampau jauh dengan AS yakni dalam posisi ke-28 dalam hal daya saing dengan skor 73,9. China juga kalah dengan Malaysia yang berada di peringkat 27.
Advertisement